Share

CINTA BEDA USIA
CINTA BEDA USIA
Author: Liazta

Episode 1: Gadis Cantik

Azahra duduk di kursi tunggu yang ada di pelabuhan. Gadis cantik itu sudah tidak sabar untuk berjumpa dengan pujaan hatinya. Hari ini  Ferdi kembali ke Jakarta, setelah menjalankan tugasnya selama 4 tahun di Papua.

Selama 4 tahun Azahra tidak bertemu dengan Ferdi. Azahra begitu sangat merindukan Abang sepupunya tersebut. Tidak sabar Azahra  untuk berjumpa dengan pria yang selama ini selalu di nantinya. Berulang kali ia memandang ke arah laut, berharap kapal yang menjadi armada pria itu segera terlihat dari kejauhan.

Azahra memegang dadanya, degup jantungnya begitu sangat kuat . "Belum ketemu aja udah seperti ini deg-degan nya." Azahra berkata di dalam hatinya. Selama 4 tahun ini Azahra tidak pernah bertemu dengan Ferdi. Rasa rindu yang begitu besar, membuat Azahra tidak sabar untuk melihat pria tersebut.

4 tahun yang lalu, Azahra berada di pelabuhan ini mengantarkan pria itu, dan sekarang gadis berwajah cantik itu kembali duduk di sini untuk menjemput pria tersebut. Pelabuhan ini begitu ramai dengan keluarga dari para angkatan laut, yang berkumpul untuk menjemput keluarga mereka masing-masing.

Dirinya begitu sangat gugup dengan telapak tangan yang sudah dingin. Rasa rindu, seakan sudah tidak mampu lagi dibendungnya. Azahra melihat kapal berwarna putih yang masih terlihat kecil oleh pandangannya. Ia berdiri dari duduknya dan mendekat ke arah jembatan pembatas bersama dengan keluarga-keluarga para angkatan laut yang lainnya. "Apa bang Ferdi masih ingat sama Rara," ucap Azahra yang sudah tidak sabar menunggu pria tersebut.

Azahra begitu sangat senang ketika kapal itu semakin dekat dengan pandangannya, hingga kapal itu menepi.

Satu persatu para prajurit keluar dari dalam kapal. Mereka keluar dari dalam kapal dengan sangat gagahnya. Baju seragam berwarna putih menjadi kebanggaan bagi mereka.

Azahra melihat satu persatu prajurit yang keluar tersebut. Namun  sosok yang carinya belum terlihat. Azahra memandang sosok tampan yang muncul dari pintu keluar kapal. Dadanya berdegup dengan sangat hebatnya memandang pria tampan bertubuh tinggi tersebut. Rambut pria itu rapi dan memakai kacamata hitam. Wajah pria itu  sangat tampan seperti dulu. 

"Abang Ferdi," Azahra melambaikan tangannya agar pria itu melihat keberadaannya.

Ferdi memandang ke asal suara yang memanggilnya. Ferdi begitu senang ketika melihat gadis cantik yang memakai jilbab berwarna merah, dan memakai rok berwarna biru dengan bunga-bunga berwarna merah.  Gadis itu memiliki tubuh tidak besar dan juga tinggi, tidak seperti waktu ditinggalkannya yang memiliki badan yang besar dan tidak tinggi seperti sekarang.

“Adek Azahra,” Ferdi memanggil nama gadis tersebut. Ferdi berlari mengejarnya. Pria itu mengembangkan tangannya agar gadis itu memeluknya. Keningnya berkerut ketika gadis itu tidak mau memeluknya, bahkan gadis itu mundur ketika dirinya semakin mendekat.

“Adik," Ferdi mengembangkan tangannya dan meminta agar gadis itu mau datang ke pelukannya. Ferdi begitu merindukan gadis tersebut. "Apa nggak rindu sama abang?" Ferdi masih berharap Azahra mau memeluknya. Pria itu tidak bisa menutupi kerinduannya. Selama berada di Papua, Ferdi begitu merindukan Azahra. Tiga tahun terakhir ini Azahra tidak mau mengirimkannya foto, dengan alasan badan yang besar, kulitnya yang tidak bagus dan alasan lainnya, sehingga dia malu untuk mengirimkan Ferdi foto. Namun saat melihat gadis itu, Ferdi tahu bahwa ternyata gadis itu tidak jujur. Gadis kecil yang dulu bertubuh bulat, sekarang sudah menjelma menjadi seorang bidadari yang sangat cantik, dengan busana yang menutupi tubuhnya.

“Rindu tapi nggak mau peluk,” ucap Azahra yang tersenyum.

“Kenapa gitu,” tanya Ferdi yang masih mengembangkan tangannya.

“Halalkan dulu baru mau dipeluk," ucap Azahra yang membuat dada pria itu berdegup dengan sangat kuat. Azahra hanya tersenyum dan menundukkan kepalanya setelah mengucapkan kalimat tersebut.

“Ya sudahlah kalau nggak mau Abang peluk,” ucap Ferdi yang kemudian menurunkan tangannya. Ferdi begitu malu ketika memandang wajah gadis itu. Jika seandainya gadis itu mau dipeluknya, mungkin rasa rindunya sedikit terobati. Namun sikap Gadis itu membuat dirinya menjadi semakin penasaran dan salah tingkah. 

“4 tahun nggak ketemu ternyata Adek Abang makin cantik,” ucapnya memuji Azahra. Ferdi mengingat 4 tahun yang lalu ketika dirinya akan berangkat ke Papua.

****

back to back

"Rara nggak mau Abang pergi," Rara menangis memeluk tubuh tinggi tersebut.

“Nanti begitu tugas Abang selesai Abang akan langsung pulang," janji Ferdi yang juga memeluk tubuh gadis remaja yang berusia 14 tahun.

“Apa Abang perginya lama? kalau abang nggak ada di sini, nanti siapa yang bawa Rara jalan-jalan ke mall. Deddy selalu banyak aturan, bila jalan sama Deddy nggak asik. Nggak dibolehkan makan es krim, nggak boleh ini, nggak boleh itu,” ucap Rara. Rara begitu senang bila tiap minggu bisa jalan-jalan bersama dengan Ferdi, Abang sepupunya itu akan selalu menuruti apa maunya.

“Masa tugas Abang di sana 4 tahun, bila sudah selesai Abang  akan langsung pulang ke sini,” ucap  Ferdi. Pria itu mengusap kepala gadis tersebut.

Rara saat ini sudah duduk di kelas 2 SMP, namun sikapnya masih sangat manja bila berjumpa dengan Ferdi.

Azahra hanya diam dan menangis. Azahra tidak bisa membayangkan bila dirinya tidak bertemu dengan Abang sepupunya, yang sudah sangat dekat dan selalu bersama dengannya. Bahkan Abang sepupunya itu selalu datang menjemput dan juga mengantarnya ke sekolah. Azhara selalu bangga bila Abangnya yang datang mengantar dan menjemputnya, dia akan memamerkan kepada teman-teman di sekolahnya. Namun dirinya juga begitu sangat kesal, ketika guru-gurunya yang masih gadis sangat senang memandang Abang sepupunya tersebut.

“Adek nggak boleh nangis, gak boleh sedih, abang perginya demi tugas. Do’akan Abang pulang dengan selamat.”

****

"Abang," Azahra memanggil Ferdi ketika  pria itu yang hanya diam memandang.

Ferdi tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Suara gadis itu menyadarkan dirinya dari lamunan masa lalu. “Abang ambil tas sebentar," Ferdi ingin menetralkan detak jantungnya. Ada rasa yang berbeda saat dirinya memandangi wajah gadis cantik itu. Wajah gadis itu seperti wajah ibunya. “Wajahnya sama seperti ibunya,” ucap Ferdi di dalam hati. Ferdi memandang wajah Azahra secara diam-diam. 

“Apa ada yang mau adek beli,” tanya Ferdi ketika mereka akan keluar dari pelabuhan.

Azahra menggelengkan kepalanya.

"Kenapa gak ada yang jemput Abang?" Ferdi bertanya ketika dilihatnya hanya Azahra yang datang ke pelabuhan untuk menjemputnya.

“Kata om Andi dan onty Indah, Abang sudah tua jadi bisa pulang sendiri,” jawab Azahra yang tertawa menutup mulutnya.

“Tega benar ya mereka. Gak rindu sama anak sendiri," Ferdi berucap dengan menggeleng-gelengkan kepalanya.

“Iya benar. Tapi mereka benar kok,” jawab Azahra.

“Adek jangan ikut-ikutan,” Ferdi berucap dengan memandang wajah Azahra.

Azahra hanya tersenyum.

“Kita pulang pakai apa,” tanya Ferdi.

“Mobil, Abang yang bawa" Azahra mengeluarkan kunci mobil dari dalam saku roknya, dan memberikannya kepada pria tersebut.

****

Comments (1)
goodnovel comment avatar
tince_elisha
jangan lupa mampir ke karya aku juga y kak Dokterku isteriku
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status