Share

Episode 3: Calon Istri   

“Kita makan di sini ya Adek." Ferdi berkata ketika menghentikan mobilnya di halaman parkiran restoran Padang.

“Makan masakan Padang ya dek. Mau ya, Abang lagi pengen sekali makan masakan Padang,” pinta Ferdi.

"Boleh,"  jawab Azahra yang tersenyum. "Apa saja yang Abang suka Rara pasti Suka kok.” Azahra tersenyum ketika menggoda Abang sepupunya. Jujur saja, melihat sikap Abang sepupunya yang salah tingkah, Azahra merasa gemas sekali. Abangnya itu terlihat lucu di matanya.

Ferdi hanya diam menelan salivanya. Gadis remaja itu begitu pandai membuat dirinya salah tingkah. Ferdi membuka sabuk pengamannya dan kemudian keluar dari dalam mobil yang diikuti oleh Azahra.

“Apa hari ini nggak ke kampus,” tanya Ferdi Ketika  berjalan bersama dengan Azahra masuk ke dalam restoran.

“Tadi pagi ke kampus, pulang dari kampus langsung ke pelabuhan,” jawab Azahra. Sudah beberapa minggu ini Azzahra selalu menghitung hari, ketika mengetahui bahwa Ferdi akan kembali dari Papua. Hari demi hari terasa begitu lama berlalu ketika dirinya menunggu kehadiran pria itu.

“Kira-kira Akbar masih ingat nggak ya sama Abang kalau ketemu lagi,” tanya Ferdi memandang azahra. Tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata gadis itu. Ada semacam aliran listrik yang menjalar ke tubuhnya, ketika menatap mata bening dengan bola mata berwarna coklat milik Azahra.

Azzahra tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

“Yakin,” tanya Ferdi.

“Yakinlah,” jawab Azahra. Azahra selalu menunjukkan kepada adiknya foto Ferdi. Ia selalu menceritakan tentang pria itu kepada adiknya, sehingga Azahra yakin bahwa Akbar pasti akan mengenali Ferdi.

Ferdi tersenyum dan duduk di kursi yang berada di bagian dalam. “Sudah gak sabar mau ketemu sama dia. Enaknya kalau datang ke restoran padang ya seperti ini,” ucap Ferdi yang tersenyum mandang Azahra.

“Seperti apa,” tanya Azahra.

“Kita belum makan aja teh es tawarnya sudah di letak,” jelas Ferdi yang meneguk air teh yang diisi es di dalam gelasnya.

“Satu lagi, kalau ditempat lain gitu datang pelayan akan bertanya mau memesan apa. Kalau sini gitu kita datang tanpa minta apa-apa pelayan sudah langsung meletakkan hidangannya ke atas meja,” ucap Ferdi memandang pelayan yang datang dengan susunan piring yang banyak di tangannya.

Azahra tertawa saat mendengar ucapan Ferdi tersebut.

Melihat menu yang tertata di atas mejanya Ferdi sudah tidak tahan ingin segera menikmatinya. Selama berada di Papua pria itu jarang menjumpai rumah makan padang seperti saat ini. 

Azzahra tersenyum ketika melihat Ferdi yang makan dengan sangat banyak. “Pengen sekali ya bang,” ucap Azahra.

Ferdi menganggukkan kepalanya.

“Adek makan yang banyak biar cepat besar,” kata Ferdi ketika melihat Azahra yang makan dengan santai dan juga nasi yang tidak banyak.

“Nggak mau, maunya kayak gini aja,” jawab Azahra.

Ferdi menganggukkan kepalanya saat mendengar ucapan gadis tersebut.

“Adek kuliahnya jurusan apa,” tanya Ferdi yang memasukkan nasi dengan daging rendang ke mulutnya.

“Jurusan akuntansi,” Jawab Azahra.

“Abang rencana mau memulai bisnis dalam waktu dekat ini. Sepertinya, Adek bisa Abang jadiin wakil direktur keuangan,” ucap Ferdi yang tersenyum dan mengunyah nasi di dalam mulutnya.

“Jangankan jadi wakil direktur keuangan Bang, jadi kekasih halal Abang aja Rara nggak nolak,” ucap Azahra yang tersenyum.

Ferdi langsung batuk ketika mendengar apa yang diucapkan oleh azahra. Pria itu merasakan hidungnya yang terasa panas dan tenggorokan yang sakit karena makanan.

“Ini Bang di minum,” ucap Rara yang meletakkan gelas di depan Ferdi.

Ferdi mengambil gelas itu dan meminum air yang di dalamnya.

“Kalau pengen bercanda tuh jangan pas lagi makanlah dek,” ucap Ferdi ketika hidung dan juga tenggorokannya sudah tidak sakit lagi.

“He..he... maaf ya Bang.” Azzahra tersenyumnya.

Ferdi menganggukkan kepalanya dan mengambil gelas yang ada di depannya.

Pria itu meminum teh es yang ada di dalam gelas tersebut.

“Tapi kalau abang serius, boleh kok yang tadi,” Azahra tersenyum dengan memegang dagunya dengan kedua tangannya.

Air yang diminum oleh Ferdi menyembur keluar, pria itu merasakan hal yang sama untuk kedua kalinya.

“He...he... salah lagi ya bang,” ucap Azahra yang tertawa.

Ferdi mengambil tisu kertas yang diberikan Azahra. Pria itu mengusap wajah dan juga mulutnya dengan tisu tersebut.

“Nanti abang mau langsung ke kantornya uncle,” ucap Ferdi.

“Iya bang. Daddy masih di kantor sekarang,” jawab Azahra.

****

“Assalamu’alaikum,” ucap Azahra dan Ferdi ketika membuka pintu ruangan Daddynya.

“W*’alaikumsalam,” jawab Alisa, Attar, Andi dan Indah yang sedang duduk di sofa.

Attar memandang ke arah pria itu, Ia tersenyum ketika melihat sosok yang bertubuh tinggi dengan tampilan yang begitu gagah. Attar tersenyum memandang keponakannya yang selalu menjadi kebanggaannya. Ferdi sangat tampan dan gagah dengan memakai baju seragam berwarna putih.

“Uncle,” sapa Ferdi mencium punggung tangan omnya, kemudian papa, dan mamanya.

“Akhirnya pulang juga,” ucap Attar yang tersenyum.

“Ya uncle Alhamdulillah akhirnya pulang juga,” ucap Ferdi.

“Aunty,” Ferdi tersenyum dan sedikit menganggukkan kepalanya memandang Alisa.

“Iya senang akhirnya pulang juga. Mana,” tanya Alisa yang tersenyum.

“Apa,” tanya Ferdi yang duduk di sofa yang ada di samping Attar

“Di Papua 4 tahun nggak mungkin pulang ke sini nggak ada yang dibawa,” ucap Alisa.

“Ada tapi masih di dalam tas,” jawab Ferdi yang tidak mengerti arah bicara Alisa.

“Yang di dalam tas itu istri, calon istri, anak atau oleh-oleh,” tanya Alisa.

“Oleh-oleh,” Jawab Ferdi.

“Calon istri mana,” tanya Alisa.

Ferdi diam ketika mendengar pertanyaan Alisa. Pria itu sudah tidak berani lagi untuk mengatakan bahwa gadis yang di sampingnya adalah calon istrinya.

“Iya 4 tahun di sana enggak mungkin pulang ke sini nggak bawa istri,” Attar ikut berbicara.

“Nggak sempat dapat ikan duyung uncle,” ucap Ferdi dengan seenaknya.

“Ngapain harus jauh-jauh cari istri sampai ke sana. Ini calon mantu sudah ada,” ucap Andi ketika Azahra duduk di sampingnya.

Azzahra tersenyum malu saat mendengar apa yang dikatakan oleh omnya.

Ferdi hanya diam mendengar apa yang diucapkan oleh Papanya. Jantungnya semakin berdegup dengan sangat hebatnya saat mendengarkan ucapan papanya. Tanpa sengaja tatapan matanya bertemu dengan tatapan mata gadis itu. 

“Iya ini calon menantu sudah ada, kenapa harus jauh-jauh cari ke Papua,” ucap Indah yang tersenyum dan mengusap kepala Azahra.

Alisa dan Atar hanya diam ketika mendengar ucapan Abang dan juga kakaknya.

“Ferdi kamu itu bukan saudara kandung dengan Alisa, papa sama uncle saudara angkat. Papa sudah diangkat menjadi anak oleh kakek, saat kedua orang tua Papa telah tiada, Jadi bila kalian memang suka sama suka tidak masalah untuk menikah,” ucap Andi yang memandang putranya dan kemudian memandang Azahra. Pria itu tersenyum dan mengusap kepala Azahra.

Ferdi hanya diam dengan keringat yang menempel di pelipis keningnya.

“Kasihan anak gadis aku lah Bang,” komentar Attar.

“Kenapa,” tanya Andi.

“Punya calon suami yang sudah tua,” ucap Attar.

Ferdi hanya diam ketika mendengar unclenya yang dengan sengaja mengatakan dirinya tua.

“Dulu sewaktu kamu sama Alisa, kamu juga udah tua,” ucap Andi dengan santai.

Attar hanya tertawa ketika mendengar apa yang diucapkan oleh abangnya.

Azzahra hanya tersenyum malu  ketika mendengar obrolan kedua orang tuanya bersama dengan om dan tantenya. Azzahra hanya memandang Ferdi secara diam-diam.

****

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status