Share

Episode 4: Digombalin Azahra   

Azahra memberikan tisu kepada Ferdi ketika melihat keringat pria itu sangat banyak menempel di pelipis keningnya. “Ini Bang tisunya, sejak tadi Abang keringat terus." Azahra berkata dengan sangat polosnya. 

Ferdi semakin salah tingkah ketika semua mata yang ada di dalam ruangan ini memandang ke arahnya. Ferdi bersikap setenang mungkin, ia berharap mama, papa, uncle, dan aunty nya tidak melihat sikapnya yang salah tingkah. Diambilnya tisu yang diberikan oleh Azahra. Diusapnya tisu itu ke pelipis keningnya yang bercucuran keringat. "Mengapa bisa seperti ini," pikir Ferdi. Ia tidak mengerti dengan kondisi tubuhnya saat ini. Apakah AC di dalam ruangan ini tidak dingin sehingga membuat dirinya merasa sangat kepanasan hingga keningnya  bercucuran keringat.

Ferdi mengambil cangkir berisi kopi yang ada di atas meja kaca. Ia meminum kopi yang ada di dalam  cangkir itu dengan sangat perlahan-lahan. Sejak tadi pria itu sudah merasakan sesuatu hal yang berbeda. Bahkan dirinya sudah tidak bisa lagi banyak berbicara. Rasa malu, degup jantung yang tak menentu. Membuat pria itu tampak salah tingkah.

"Untung aja tadi azahra mau jemput,” ucap Andi yang memandang Azahra yang duduk di sampingnya.

“Rara kasihan om kalau Bang Ferdi pulang sendiri,” balas azahra. Azahra tersenyum malu ketika memandang ke arah Ferdi. 

“Kenapa gitu,” tanya Indah.

“Bang Ferdi pasti nangis tante, soalnya dia sudah berharap akan dijemput sama orang satu RT,” Azahra tertawa dengan menutup mulutnya.

“Ini anak kecil ikut-ikutan ya,” Ferdi sangat  kesal ketika mendengar apa yang dikatakan  Azahra. Adik sepupunya itu begitu sangat pintar membuat dirinya tidak mampu berkata-kata. Saat ini hati dan perasaannya seperti sedang diaduk-aduk.

“Kecil-kecil gini udah bisa dilamar." Andi sengaja mamandang kearah putranya yang sudah salah tingkah.

Ferdi diam saat mendengar ucapan Papanya. Ia benar-benar sudah tidak sanggup lagi untuk berkata apa-apa. Setiap kali ia berbicara pasti akan mendapatkan balasan yang membuat dirinya semakin terdiam.

Attar hanya tersenyum memandang sikap keponakannya. Melihat sikap genit putrinya yang terlihat malu-malu, Attar bisa mengetahui bahwa putrinya menyukai keponakannya tersebut.

“Isa nggak bisa bayangin kalau nanti Isa naik level lagi. Yang awalnya dipanggil aunty kemudian dipanggil mama,” ucap Alisa yang membuat air berwarna hitam yang baru saja masuk ke dalam mulut Ferdi menyembur keluar.

Wajah pria itu begitu marah ketika dirinya mengalami hal itu untuk yang ketiga kalinya.

“Abang dari tadi kenapa nyembur-nyembur terus, gak ada kerjaan lain apa, pasti minumnya nggak baca bismillah," ucap Azahra yang memberikan tisu ke tangan Ferdi.

Attar, Indah, Andi, dan juga Alisa, hanya  tertawa ketika mendengar perkataan polos Azahra.

“Ingat itu Fer, kalau minum baca bismillah, makan apa lagi, biar jangan kayak gitu ya Azahra,” tanya Andi yang mengusap kepala gadis tersebut.

“Iya Om, sejak tadi Bang Ferdi gitu terus, udah 2 kali dan ini kali ketiganya.” Azzahra berkata dengan mengangkat tiga jarinya. Azahra mengambil tisu dan memberikan untuk Ferdi.

“Kalau yang kayak gini nggak usah dihitunglah dek." Ferdi mengambil tisu yang diberikan Azahra dan mengusap mulutnya serta bajunya yang tertumpah air kopi.

“Jadi gimana kamu punya calon istri atau nggak?" tanya  Indah yang mengusap punggung putranya.

“Kalau punya kenalkan sama kita,” ucap Attar.

“Iya kalau ada kenalkan sama papa, mama, aunty, dan juga uncle. Ingat kamu itu sudah tua. Kalau gak nikah juga nanti gak bakalan ada lagi yang mau,” jawab Andi.

Azahra merasakan dadanya yang terasa begitu sangat sakit ketika mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh omnya tersebut. Azahra ingin menangis saat ini. Bagaimana bila seandainya Abang sepupunya itu memang sudah memiliki calon istri.

Ferdi hanya diam ketika mendengar pertanyaan yang diucapkan oleh keluarganya tersebut. Dirinya begitu bingung untuk menjawab apa. Apapun jawabannya sudah pasti dia akan kena selalu.

“Abang mau ke kantor lagi, isi absen pulang,” ucap Andi setelah menghabiskan kopi yang ada di dalam cangkirnya.

“Iya kakak juga mau permisi langsung pulang,” ucap Indah yang memegang tangan suaminya.

“Iya bang," Jawab Attar yang menyalami tangan Abangnya.

"Pa." Ferdi menghentikan kalimat yang akan dikatakannya ketika mamanya langsung memotong ucapannya.

"Azahra sudah sangat rindu sama kamu. Jadi kamu pulang dengan Azahra saja," ucap Indah yang tersenyum.

Ferdi menganggukkan kepalanya tanpa berkata-kata lagi.

"Dad, Rara pulang dulu. Tadi Akbar minta belikan pizza.” Ucap Azahra yang sudah menjanjikan pizza kesukaan adiknya.

“Iya hati-hati ya sayang. Daddy sebentar lagi pulang," Attar berucap dengan mengusap kepala putrinya.

“Iya Daddy,” jawab Azahra yang memeluk Daddynya.

“Udah gadis nggak boleh manja lagi sama Daddy,” ucap Alisa yang  melarang putrinya.

“Selagi belum nikah boleh ya dad,” ucap Azahra yang tetap memeluk Daddynya.

“Apa Azahra sudah mau nikah,” tanya Alisa.

Azahra hanya tersenyum ketika mendengar pertanyaan mommynya. “Kata mommy menikah muda itu enak,” ucap Azahra dengan sangat polosnya.

Dengan cepat Alisa menutup mulut putrinya dengan telapak tangannya.

“Ini Mommy kasih cerita apa ke anak,” Attar bertanya dengan memandang istrinya.

“Gak ada by. Isa cuma bilang ke Azahra, Nggak boleh pacaran, dari pada pacaran lebih baik nikah aja,” Alisa menjelaskan.

“Tuh udah bisa dilamar udah mau nikah,” ucap Indah yang mengusap pundak Ferdi.

Ferdi hanya diam menahan rasa malu.

****

Azahra duduk di samping kemudi. Rasa rindunya terhadap pria yang saat ini duduk di sampingnya tidak dapat disembunyikannya. Azzahra memandang Wajah pria tampan tersebut.

Ferdi yang memasang sabuk pengamannya menyadari tatapan Azahra kepadanya. “Apa nggak bosan-bosan Dek dari tadi liatin abang,” tanya Ferdi yang sedikit memutar kepalanya memandang Azzahra.

Azzahra tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Rara itu rindu sekali sama Abang," jujur Rara berkata.

“Pasang dulu dek sabuk pengamannya, nanti kalau sudah pakai sabuk pengaman baru lihatin Abang lagi.”

Azahra tertawa dan memasang sabuk pengaman yang ada di samping kursinya. “Rara sampai lupa Bang, ini efek karena lihatin Abang.” Azzahra menggombali pria tersebut.

Ferdi mengusap keringatnya dengan lengan bajunya.

“Rara itu sekarang sering bangunnya kesiangan Bang,” ucap Azahra yang memandang Ferdi.

“Kenapa bangun kesiangan, apa tidurnya kemalaman,” tanya Ferdi yang sudah menjalankan mesin mobilnya.

Azahra tersenyum dan menggelengkan kepalanya. “Karena Rara tuh ingin selalu bermimpi tentang abang."

Ferdi diam dengan mulut terbuka ketika mendengar gombalan dari adik sepupunya.

“Bagi Rara nggak kaya sih enggak apa-apa bang, asal bisa cukup cukupan aja,” ucap Azzahra.

“Cukup apanya,” tanya Ferdi.

“Cukup  lihatin Abang,” jawab Azahra yang tersenyum. Azahra begitu sangat senang menggoda pria yang duduk disampingnya, melihat Abang sepupunya salah tingkah seperti ini. Jiwa usilnya semakin meningkat.

“Pintar ya Dek gombalin,” ucap Ferdi.

Azahra menganggukkan kepalanya. “Abang nggak mungkin gombalin Raram makanya Rara yang gombalin Abang,” ucapnya dengan sangat polosnya.

Ferdi hanya memejamkan matanya ketika mendengar jawaban gadis tersebut. Situasi seperti ini tidak pernah terbayangkan oleh Ferdi sebelumnya. 3 tahun terakhir ini sikap Gadis itu begitu sangat tertutup terhadapnya. Azahra hanya menghubunginya lewat via telepon dan bercerita seperti biasanya.

Ferdi hanya diam mengemudikan mobil pria itu sudah tidak bisa berkata apa-apa lagi.

“Bang, gimana kalau Kita main,” usul Azahra.

“Kita ini udah besar Dek Masa masih mau main,” ucap Ferdi.

“Biar jangan mengantuk bang,” jawab Azahra.

“Gimana mainnya,” tanya Ferdi.

“Abang ambil hati Rara, dan Rara akan mengambil hati Abang.” Azzahra tertawa kecil ketika mengutarakan keinginannya.

Ferdi menelan salivanya ketika ia menyadari bahwa dirinya kena lagi oleh gadis tersebut.

“Untung aja kita naik mobil Ya bang nggak naik motor,” ucap Azahra yang memandang pria yang saat ini mengemudikan mobil dengan memandang ke depan.

“Kalau naik motor kenapa,” tanya Ferdi.

“Pasti di stop polisi Bang,” jawab Azahra.

Ferdi mengerutkan keningnya ketika mendengar ucapan adik sepupunya, mana mungkin dirinya di stop polisi. “Apa sebab dek,” tanya Ferdi.

“Iya soalnya kan kita tarik 3,” jawab Azahra.

“Siapa saja,” tanya Ferdi.

“Rara, abang dan cinta,” jawab Azahra yang tersenyum.

Ferdi sudah tidak tahan digombalin oleh Azahra habis-habisan. Pria itu memberhentikan Mobilnya di pinggir jalan dan menarik nafasnya dengan sangat keras kemudian menghembuskan napasnya.

“Apa Bang, mau ngasih Rara sesuatu ya,” tanya Azahra yang berharap pria itu akan menggombalinya juga.

“Sekali lagi ngomong mulutnya Abang lakban,” ucap Ferdi yang menunjuk hidung gadis tersebut.

Azahra menelan salivanya ketika mendengar ucapan pria tersebut.

“Di dalam mobil nggak ada lakban Bang,” ucapnya kemudian.

“Di tas Abang ada,” jawab Ferdi.

Azahra kemudian diam dan menutup mulutnya dengan telapak tangannya.

"Kenapa jantung aku berdebar-debar seperti ini melihat sikapnya, rasanya aku tidak mampu mengendalikan diri aku. Ada apa ini,” Ferdi bertanya di dalam hatinya, perasaan seperti ini sudah lama tidak dirasakannya.

****

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Mirza Hunawa
aduh, ngakak banget
goodnovel comment avatar
Tami Andriani
bagus kak...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status