Share

Bab 4

🌹🌹🌹

Malam ini keluarga besar Marvel mengundang Riana untuk makan malam bersama. Gadis itu memang cukup dekat dengan semua keluarga kekasihnya. Bahkan semua keluarga telah memberi restu untuk hubungan mereka. 

Malam ini Riana tampil cantik dengan gaya rambut tergelung ke atas dan menyisakan sedikit uliran di telinganya. Gadis ini begitu manis. 

Riana datang lebih awal dari waktu yang di tentukan. Ia membantu ibunda Marvel untuk mempersiapkan segalanya di meja makan.

"Ri, Ibu sudah gak sabar pengen kamu tinggal di sini!" celetuk Ibunda Marvel sambil menata makanan.

Riana hanya tersenyum simpul.

"Oh ... Ya, mana Marvel? Ibu sudah memintanya untuk menjemputmu!" tanyanya saat melihat Marvel tak ada di rumah dan juga ia tadi melihat Riana datang sendiri menggunakan sebuah ojek.

"Marvel ... Oh iya, Marvel masih ada jadwal mata kuliah terakhirnya, Bu!" jawab Riana sekenanya. Riana tahu pasti saat ini kekasihnya itu lagi bersuka ria dengan cewek lain. Entah siapa lagi sasarannya saat ini. 

"Apa dia lagi bersama Utari!" pikir Riana, tapi tak lama ia menggeleng setelah ingat tadi Marvel menampar gadis itu. 

"Coba kamu hubungi, Nak! Sebentar lagi Om dan Tantemu akan datang, sudah pasti mereka akan menanyakan keberadaan Marvel!" 

Riana tercenung mendengar perintah itu. Apa mungkin pria itu mengaktifkan gawainya saat bersama selingkuh-selingkuhan genit itu. Namun ia mencoba menghubungi Kekasihnya semoga keberuntungan memihaknya. 

"Kenapa? Apa Marvel tak mengaktifkan gawainya!"   tanya Ibunda Marvel saat melihat wajah cemas Riana dan berkali-kali mengutak atik gawainya. 

"Iya, Bu! Mungkin Marvel belum selesai!" angguk Riana lemah.

"Sudahlah! Anak itu memang seperti itu, Ibu rasa kamu lebih tahu, Ri!"  Ibunda Marvel menggenggam lembut tangan Riana calon menantu idamannya. Wanita setengah baya ini tahu semua kelakuan Marvel pada Riana saat ini yang suka berganti-ganti pasangan dan terkadang kasar pada kekasihnya. Sebenarnya makan malam ini adalah alasan kedua orang tua Marvel untuk melihat kedekatan pasangan itu. Tapi kini anaknyalah yang membuat ulah. 

Tak lama ia mengirimkan pesan pada putranya, sekalipun tidak aktif pasti akan dibuka juga nantinya. 

"Ibu kecewa padamu!" Iapun segera menekan tombol send.

"Kamu yang sabar ya, Ri!" ucap Ibunda Marvel. Riana tersenyum manis dan memeluk wanita yang masih terlihat cantik ini. 

"Riana, In Syaa Allah kuat, Bu!" bisik Riana pelan. Wanita itu mengelus punggung Riana. 

Tak lama rombongan Tante Ningrumpun datang, dua anak kembar merekapun ikut dan suasana terasa hangat. Namun hati Riana terasa kosong. 

"Marvel mana, Mbak! Kok pacarnya aja sudah di sini dia belum muncul!" tanya Om Hendra tiba-tiba saat melihat keponakannya tak ikut kumpul di lingkaran meja makan. 

"Itu ... Itu dia ada kelas malam!" sahut Diah ibunda Marvel gelagapan. 

Pak Wijaya memberikan tatapan penuh tanda tanya pada istrinya itu. Ia juga tahu pasti Marvel tidak bisa di hubungi.

"Anak itu bikin malu saja!" geram pak Wijaya. 

"Ayo tidak usah ditungguin, Nanti juga dia akan datang!" kilah pak Wijaya mencairkan suasana. 

Merekapun terbuai kenikmatan masakan Ibu Diah yang terkenal enak. Tak ada suara apapun hanya dentingan sendok yang beradu.

Riana sesekali menatap pintu ruang pertama berharap Marvel muncul, namun semua harapannya sia-sia.

**** 

Sedang saat itu Marvel tengah asyik menghabiskan waktu berdua bersama Utari di sebuah hotel. Setelah gadis itu mengiyakan untuk menjadi kekasih gelap Marvel. 

Utari mengeliat matanya mengarah pada jarum jam di dinding kamar hotel itu. Ia tersentak, ternyata waktu sudah menunjukan jam 8 malam. 

"Ya ampun! Kenapa waktu cepat sekali berjalan!" keluhnya, Iapun ingin membangunkan Marvel tapi melihat wajah lelah pria itu ia tak tega untuk melakukannya. 

Utari meraih gawai Marvel mencoba mencari tahu. Namun ternyata gawai pria itu dinonaktifkan. 

"Uh ... Pria ini penuh misteri!" kekehnya lalu menjatuhkan diri dalam pelukan pria itu. 

Marvel mengeliat dan setengah sadar mengibaskan tubuh Utari agar menjauh dari tubuhnya. 

"Marvel ....!" kejut Utari mendapat perlakuan itu. 

"Maaf! Aku tak sengaja!" acuh Marvel tanpa peduli dan ia segera mengenakan pakaiannya kembali. 

"Kenakan pakaianmu, ayo kita pulang!" Marvel melempar baju Utari. Pria itu tersentak lalu mencari gawainya ia ingat janji makan malam yang ibunya pesan.

"Ya Tuhan ... Mati aku!" desisnya dan segera mengaktifkan gawainya. 

Satu pesan masuk, dua tiga dan seterusnya. Hingga dua puluh pesan. Iapun segera membuka sebagian besar dari kekasihnya dan terakhir masuk dari ibundanya.

Tangan Marvel bergetar untuk membuka pesan itu. Yang sudah pasti berisi kemarahan ibunya.

"Ibu kecewa padamu!" Tiga kalimat itu menohok hati. Seberapa bejatnya Marvel ia tak pernah sedikitpun membantah wanita yang melahirkannya. 

Marvel segera bersiap tanpa peduli lagi keaadan Utari. Ia segera melangkah keluar dengan sedikit berlari.

"Marvel ... Marvel! Tunggu aku!" teriak Utari dan mengejar langkah cepat Marvel.

"Naiklah taksi, aku tak bisa mengantarkanmu pulang!" seru Marvel dari dalam mobil yang secepat kilat membawanya pergi

**** 

Sedang saat itu Marvel tengah asyik menghabiskan waktu berdua bersama Utari di sebuah hotel. Setelah gadis itu mengiyakan untuk menjadi kekasih gelap Marvel. 

Utari mengeliat matanya mengarah pada jarum jam di dinding kamar hotel itu. Ia tersentak, ternyata waktu sudah menunjukan jam 8 malam. 

"Ya ampun! Kenapa waktu cepat sekali berjalan!" keluhnya, Iapun ingin membangunkan Marvel tapi melihat wajah lelah pria itu ia tak tega untuk melakukannya. 

Utari meraih gawai Marvel mencoba mencari tahu. Namun ternyata gawai pria itu dinonaktifkan. 

"Uh ... Pria ini penuh misteri!" kekehnya lalu menjatuhkan diri dalam pelukan pria itu. 

Marvel mengeliat dan setengah sadar mengibaskan tubuh Utari agar menjauh dari tubuhnya. 

"Marvel ....!" kejut Utari mendapat perlakuan itu. 

"Maaf! Aku tak sengaja!" acuh Marvel tanpa peduli dan ia segera mengenakan pakaiannya kembali. 

"Kenakan pakaianmu, ayo kita pulang!" Marvel melempar baju Utari. Pria itu tersentak lalu mencari gawainya ia ingat janji makan malam yang ibunya pesan.

"Ya Tuhan ... Mati aku!" desisnya dan segera mengaktifkan gawainya. 

Satu pesan masuk, dua tiga dan seterusnya. Hingga dua puluh pesan. Iapun segera membuka sebagian besar dari kekasihnya dan terakhir masuk dari ibundanya.

Tangan Marvel bergetar untuk membuka pesan itu. Yang sudah pasti berisi kemarahan ibunya.

"Ibu kecewa padamu!" Tiga kalimat itu menohok hati. Seberapa bejatnya Marvel ia tak pernah sedikitpun membantah wanita yang melahirkannya. 

Marvel segera bersiap tanpa peduli lagi keaadan Utari. Ia segera melangkah keluar dengan sedikit berlari.

"Marvel ... Marvel! Tunggu aku!" teriak Utari dan mengejar langkah cepat Marvel.

"Naiklah taksi, aku tak bisa mengantarkanmu pulang!" seru Marvel dari dalam mobil yang secepat kilat membawanya pergi. 

Utari menggeram kesal dengan perlakuan Marvel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status