🌹🌹🌹
Utari mengamuk tak jelas, tamparan Marvel benar-benar melukainya.
"Semua ini karena Riana! Aku akan membuat perhitungan denganmu!" geram Utari masih saja mengelus bekas tamparan itu.
"Ada apa denganmu, Tar! Kuperhatikan sejak tadi uring-uringan tak jelas!" tegur sahabat Utari yang selalu menemaninya.
"Aku membenci gadis itu!"
"Gadis siapa maksudmu?" Kaila menaikkan sebelah alisnya tak mengerti siapa yang dimaksud oleh sahabatnya itu.
"Riana! Gadis yang pura-pura buta saat kekasihnya punya pasangan lain!" sungut Utari tak dapat menahan kebenciannya lagi.
Kaila kini mengerti siapa yang membuat kebencian Utari begitu nampak.
"Lagian kamu sih, mau aja pacaran sama laki-laki yang sudah ada pacarnya!" cibir Kaila merasa heran juga dengan kelakuan Utari yang selalu doyan sama kekasih orang.
"Siapa yang tidak mau dipacari orang seganteng Marvel!" kilah Utari dengan wajah berbinar memuja.
"Kamu aja yang bego!" Kaila mempoutkan bibirnya.
Utari melempar sebuah buku pada sahabatnya. Kaila hanya tertawa menyambuti.
"Kalau menurutku mending kamu cari yang lain aja! Banyaknya cowok di kampus ini, kenapa harus Marvel sih! Cowok sombong, angkuh sok ganteng lagi!" Kaila memberi usul agar Utari mengurungkan niat untuk melanjutkan hubungannya dengan Marvel.
Utari semakin kesal melihat Kaila malah tak mendukung sedikitpun.
"Aku tetap akan memperjuangkannya!" Utari semakin memperkuat tekatnya untuk memiliki Marvel.
"Terserah kamu deh, Tar! Aku tak mau ikut campur! Sebagai sahabat aku hanya memberi saran yang terbaik!" tandas Kaila.
Utari semakin mempoutkan bibirnya, mengapa Kaila tak mau sedikitpun mendukungnya.
Tiba-tiba ia dikejutkan dengan getaran gawainya.
Utari menaikan sebelah alisnya melihat nomor baru menghubunginya. Dengan malas ia menjawab panggilan itu.
"Siapa??" tanyanya tanpa basa-basi lagi.
" .... "
"Untuk apa??"
"...."
"Baiklah!" Utari menutup sambungannya.
Kaila memandang Utari dengan penuh tanda tanya.
"Marvel memintaku untuk menemuinya!"
"Gayung bersambut dong!" ledek Kaila dengan senyuman.
Utari hanya tertawa kecil menyambut ledekan sahabatnya.
*****
Sepulang mengantar kekasihnya, Marvel memutuskan untuk menemui Utari. Iapun menghubungi kekasih gelapnya itu menggunakan nomor baru.
"Aku harus meminta maaf padanya! Entah racun apa yang ia gunakan, aku seperti tergila-gila!" pikir pria itu dan segera menuju ke tempat yang telah di janjikan untuk bertemu.
Cukup lama Marvel menunggu akhirnya gadis yang di tunggu datang juga.
"Maaf membuatmu, menunggu!" ucap Utari lalu menarik kursi di hadapan Marvel.
Marvel hanya tersenyum tipis
"Ada apa kau memintaku, menemuimu di sini!?" tanya Utari pura-pura masih marah dengan kejadian yang terjadi.
"Ayo kita jalan!" Marvel menarik tangan Utari untuk mengikuti langkahnya.
"Sebenarnya aku, kamu anggap apa sih! Seenaknya saja kamu mempermainkan perasaanku!" ketus Utari saat mereka sudah berada dalam mobil dan membawanya entah kemana.
"Kamu mau kuanggap apa?" Marvel balik bertanya tanpa mengalihkan pandangannya.
"Aku ingin seutuhnya memilikimu!"
"Hanya memilikiku, kan!"
Utari mengangguk dan tersenyum manis.
"Akan kujadikan kau memilikiku seutuhnya, tapi bukan untuk mendampingiku selamanya!" kata Marvel dengan seringai kecil yang samar-samar tanpa terlihat oleh Utari.
"Maksud, Kamu!" Utari semakin tak mengerti, memiliki seutuhnya sudah pasti tanpa di bagi, begitulah yang ia maksudkan. Tapi mengapa Marvel punya makna lain.
"Kamu mau atau tidak?" tanya Marvel tanpa mau menjelaskan perkataannya tadi.
Utari terdiam lama memikirkan jawaban apa yang bisa ia putuskan.
"Kamu siap atau tidak!" Marvel mengulangi pertanyaannya lagi.
"A ... Aku, tak ingin kau punya kekasih lain, selain aku!" ucap Utari dengan gugup.
"Kalau begitu aku tak bisa! Carilah orang lain!" sahut Marvel dengan wajah santainya. Ia tak merasa menyesal dengan ucapannya itu.
🌹🌹🌹Malam ini keluarga besar Marvel mengundang Riana untuk makan malam bersama. Gadis itu memang cukup dekat dengan semua keluarga kekasihnya. Bahkan semua keluarga telah memberi restu untuk hubungan mereka.Malam ini Riana tampil cantik dengan gaya rambut tergelung ke atas dan menyisakan sedikit uliran di telinganya. Gadis ini begitu manis.Riana datang lebih awal dari waktu yang di tentukan. Ia membantu ibunda Marvel untuk mempersiapkan segalanya di meja makan."Ri, Ibu sudah gak sabar pengen kamu tinggal di sini!" celetuk Ibunda Marvel sambil menata makanan.Riana hanya tersenyum simpul."Oh ... Ya, mana Marvel? Ibu sudah memintanya untuk menjemputmu!" tanyanya saat melihat Marvel tak ada di rumah dan juga ia tadi melihat Riana datang sendiri menggunakan sebuah ojek."Marvel ... Oh iya, Marvel masih ada jadwal mata kuliah terakhirnya, Bu!" jawab Riana sekenanya. Riana tahu pasti saat ini kekasihnya itu lagi bersuka r
🌹🌹🌹Utari pulang menggunakan taksi ia tak berhenti menggerutu dengan semua perlakuan Marvel padanya."Apa dia memang seperti itu! Dia pikir aku ini apa!"Sopir taksi yang mendengar ucapan Utari melirik sekilas. Ia tak ingin banyak tanya, pasti gadis ini adalah salah satu wanita panggilan om om yang biasa jadi penumpang rutin tiap malamnya."Alamatnya, Non!" tanya sopir taksi itu memecah kesunyian."Jalan saja, Pak! Nanti aku beri tahu!" Utari menjawab malas.Gadis itu kembali memikirkan tentang Marvel. Laki-laki angkuh, arogant itu kini menjadikan dirinya sebagai kekasih gelap."Huuuh ... Kenapa aku tak bisa menolaknya!" Utari mengeluh kesal mengingat sikapnya yang pasrah dengan perlakuan Marvel.Utari telah kehilangan segala-galanya, bagaimana jika terjadi apa-apa padanya mungkinkah pria itu akan m
🌹🌹🌹Marvel mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi ia tak ingin ibunya semakin kecewa. Kalau Riana ia tak peduli gadis itu sudah terbiasa kecewa karenanya.Sepuluh menit kemudian Marvel sampai juga di halaman rumahnya. Ia bergegas turun dan menemui kedua orang tuanya. Rumah mewah itu sudah nampak sepi."Ya Tuhan ... Aku terlambat! Semua orang sudah pulang!" Marvel segera membuka pintu rumahnya.Ia melihat ayah dan ibunya masih tengah asyik ngobrol di ruang tengah mereka hanya tinggal berdua.Marvel mengucapkan salam, namun ayah dan ibunya tak menanggapi. Malah mereka semakin asyik mengobrol."Ayah, Ibu! Maaf aku terlambat!" ucapku saat berada tepat di hadapan mereka berdua.Ayah Marvel memberi tatapan tajam menusuk sedang ibunya hanya diam tak menanggapi."Mana Riana, Bu!" tanya Marvel dan pria itu yakin kalau gadis itu telah pulang."Kenapa tidak sekalian besok pagi pulangnya!" cetus ibu Marvel
🌹🌹🌹 Setalah pulang dari rumah Marvel, Riana memutuskan untuk jalan kaki saja menuju rumahnya. Ia tahu itu teramat jauh tapi rasa kecewa terhadap kekasihnya membuat ia mampu melakukannya. Selangkah demi selangkah ia menyusuri jalanan beraspal yang masih begitu ramai. "Sebenarnya Marvel kemana, mengapa dia tidak cepat pulang." gerutu Riana dengan bibir manyun. "Apa mungkin Marvel, masih bersama Utari!" pikir gadis itu menerka-nerka. "Ah, bodoh amat dengan mereka berdua!" geramnya menendang satu botol bekas minuman ke sembarang tempat. Tanpa sengaja mengenai punggung seseorang. "Astagfirullah ...." pekiknya lalu berlari mendekati orang yang terkena tendangan botol bekas itu. "Maaf, Mas! Saya tidak sengaja!" ucapnya panik saat melihat baju pria di depannya ini basah terkena tumpahan sisa-sisa minuman di botol yang ditendangnya. "Maaf, maaf! Lihat nih, basah!" sungut pria itu samb
🌹🌹🌹Erik membawa gadis yang baru dikenalnya itu berjalan menjauh dari para preman itu. Iapun segera melepaskan rangkulannya."Maaf! Aku harus berbuat begitu, agar mereka tak curiga!" ucap Erik sambil memandang gadis di sampingnya.Riana terdiam dan akhirnya tersenyum simpul ia tak percaya jika pria di hadapannya ini telah menolong dari para preman itu."Terima kasih, maaf sudah menaruh curiga padamu!" kekeh Riana."Aku tahu! Tampang sepertiku ini sudah pasti mencurigakan!" Erik tertawa lepas. Riana ikut tertawa mendengar ucapan Erik."Dimana rumahmu! Mengapa gadis secantik kamu keluyuran di jalan malam-malam begini!" tanyanya lagi seraya menatap wajah bening Riana. Gadis itu begitu anggun dan nampak begitu cantik di mata Erik. Hingga untuk berlaku kurang sopanpun ia enggan."Aku dari rumah calon mertuaku! Aku lagi kesal dan aku memutuskan jalan kaki untuk pulang!" ungkap Riana dengan wajah di te
🌹🌹🌹"Riana, tunggu!" panggil seseorang di belakang gadis itu.Riana menoleh dan melihat Utari mendatanginya. Wajah kalem Riana terlihat tidak suka dengan kehadiran gadis ini."Dimana, Marvel! Kenapa aku hubungi tidak aktif!" tanya Utari tanpa basa-basi."Kamu pikir aku menyembunyikannya! Bukankah dia semalam bersamamu!" sahut Riana dengan suara lembutnya.Utari semakin masam mendengar sindiran Riana. Ia yakin tak mungkin Marvel menceritakan kebersamaannya semalam."Carikan pria itu untukku, ada yang ingin aku bicarakan! Aku yakin kamu pasti tahu dimana keberadaannya." Utari memberi perintah pada Riana.Riana tertawa mendengar permintaan itu. Apa gadis di hadapannya ini sudah gila seenaknya saja memberi perintah."Kamu pikir aku kacungmu!" sergah Riana dengan senyum tersungging."Plak ... Plak!"Tamparan kelas mendarat di pipi manis Riana. Gadis itu menatap tajam pada Utari apa maks
🌹🌹🌹Utari yang melihat Marvel menarik tangan Riana, segera mengikutinya. Perasaan cemburu menguasai hati, ia harus berusaha merebut cinta dan perhatian dari Marvel.Utari juga melihat bagaimana Riana begitu kasar pada Marvel membuat harapan baru di hatinya, untuk semakin besar memiliki pria itu.Tak lama ia melihat Marvel pergi dan iapun segera menyusul kemana langkah pria itu."Marvel ... Tunggu!" panggilnya dengan berlari.Marvel menggumam tak jelas melihat kehadiran Utari."Aku merindukanmu!" ucap Utari dengan cepat memeluk pria di hadapannya itu.Marvel melepaskan diri dari pelukan Utari, pria itu merasa risih dengan kelakuan gadis itu."Jaga sikapmu, ini tempat umum! Jangan sampai orang mengira, kamu adalah wanita murahan!" cetus Marvel dengan tangan bersidekap di dada."Marvel ...." sembur Utari merasa tak terima dengan ucapan kekasihnya itu."Aku kekasihmu, wajar saja aku memelukm
🌹🌹🌹Marvel dan Riana semakin salah tingkah dengan semua pertanyaan dari nenek."Aku ingin bulan depan kalian bertunangan!" cetus Nenek dan itu membuat kedua insan itu terkejut dan tak mampu menjawab apa-apa."Aku tak ingin ada penolakan lagi!" tambah Nenek lagi lalu meminta Riana mengikutinya ke dapur."Aku tak ingin Marvel semakin semena-mena padamu, Na!" lirih Nenek sambil mengusap lembut tangan Raina."Aku baik-baik saja, Nek! Bahkan Marvel begitu sayang padaku!" sahut Riana dengan penuh kelembutan.Nenek tertawa manis, ia tahu Riana berbohong padanya. Marvel tak mungkin secepat itu berubah. Dan semalam Diah sudah menghubunginya dan mengatakan semua Ia sangat yakin bila sudah bertunangan Marvel tak akan berani macam-macam lagi."Pasti nenek menghasut lagi Riana!" Marvel mengacak rambut, saat Nenek dan kekasihnya tak muncul-muncul juga.Tanpa sadar akhirnya Marvel terlelap juga di sofa empuk i