Share

Fikar Kritis

Penulis: Yulie Nofriani
last update Terakhir Diperbarui: 2021-09-10 14:10:46

Perjalanan terasa jauh dan lama, tidak seperti biasanya. Jarak antara Kampung ke Kota sekitar sejam. Hujan mulai berhenti ketika memasuki perbatasan.

"Alhamdulillah hujan berhenti. Semoga Fikar mampu bertahan hingga ke Rumah Sakit." lirih Bu Hasnah pelan.

Meskipun samar hanya diterangi lampu jalan. Fikar terlihat tidur lelap dipangkuan Sang Ibu. Saking sakitnya hanya bisa berpasrah diri. Dia kedinginan. Badannya menggigil, bibir pucat. Sebisa mungkin Bu Hasnah melindungi tubuh Anaknya dengan selendang. 

Ketakutan itu begitu nyata. 

Isak tangis tak bisa dibendung. Saat sampai di Rumah Sakit Fikar dalam keadaan kritis. Dua perawat datang membawa Brankar dorong untuk memindahkan pasien dari mobil. 

Fikar semakin lemah bibir membiru. Perawat membawanya ke ruang rawat sementara, UGD Rumah Sakit. Lukanya dibersihkan dengan alkohol, setelah steril Lalu dibalut dengan Kasa berukuran besar untuk menghentikan perdarahan dan pembengkakan. Terakhir pemasangan Infus.

Penanganan darurat. Fikar kehilangan banyak darah. Perawat menyampaikan bahwa stok darah golongan AB saat ini tidak tersedia di Rumah Sakit. Sehingga mereka semua berpencar, hanya Ibu yang menjaga Fikar bermalam di UGD. 

----------------------

Ketika Fikar masuk UGD dan dalam pertolongan pertama. Jeri segera berlalu mengurus pendaftaran pasien, adiknya. Data diisi lengkap dengan beberapa dokumen yang diantarkan oleh keluarga dari Sang Ibu.

Jeri bersedia menjadi penanggung jawab lewat jalur mandiri, sebab mereka tidak memiliki BPJS untuk berobat. Kemudian ke ruang Administrasi. Meninggalkan KTPnya sebagai jaminan karena Pak Harun, ayahnya belum datang. Kemudian mengambil obat-obatan dan infus. Serta mencari sekantong darah golongan AB ditempat pendonor. 

Jeri kelelahan sebab sejak sampai di Rumah Sakit dia lalu lalang tanpa istirahat, lapar juga menguasai dirinya.

"Ya Allah ... Kuatkanlah hamba, sebentar lagi bisa istirahat!" gumam Jeri melangkah ke Ruang UGD. Terdengar isak tangis di dalam, suara yang tidak asing lagi. Ya ... Itu ayah. 

Jeri segera berlari kecil menghampiri Sang Ayah yang menangis pilu. Ternyata Ayah baru sampai tanpa sempat tukar pakaian dulu. Bajunya terlihat kotor oleh debu/serpihan kamu. 

Wajah ayah sangat terpukul menyaksikan anak yang dibanggakannya dalam keadaan kritis. 

Tiba-tiba Perawat datang

"Permisi! Maaf Ibu, Bapak, Abang. Diperbolehkan menunggu Pasien hanya satu orang. Silahkan yang lain keluar." ujarnya dengan ramah. 

Pak Harun dan Jeri memutuskan untuk keluar. Beristirahat untuk bergantian dengan Bu Hasnah. Sementara yang lain sudah pulang ke Rumahnya.

"Ayah ada bawa uang? KTP aku jadi jaminan untuk menebus obat. Sekalian mau ambil ruang rawat Inap yang mana yah?" tanya Jeri dengan mimik wajah serius. 

"Nggak ada uang cash Nak, cuma bawa kartu ATM. Super VIP aja, biar nyaman!" sahut Ayah pelan. 

"Sekalian cari makan dulu, belikan Ibumu juga. Ayah sudah makan tadi." ujar ayah kembali. 

Jeri berlalu dan menghilang di balik tembok putih Rumah Sakit. Masih banyak yang harus diurusnya, meskipun waktu menunjukkan pukul 12 malam, ia mengelilingi Rumah Sakit tanpa memakai Baju. 

--------------------

Tiga hari kemudian. 

Fikar sudah di Kamar rawat Inap setelah bermalam di UGD Rumah Sakit. Terjadi pembusukan pada kakinya yang hancur maka diharuskan tindakan Operasi. Dan dibutuhkan 10 kantong darah untuk menstabilkan, menghindari pendarahan hebat. 

Berhari-hari Jeri mencari pendonor yang cocok. Memberi makan, vitamin dan Sebotol bubur kacang hijau kepada setiap pendonor. Tanpa terasa dana semakin menipis.

Mulailah operasi dilakukan pada pukul 10 pagi. Jalur mandiri maka harus melakukan pembayaran terlebih dahulu. Lalu membeli pen yang dijual disekitar Rumah Sakit. Tangan dan Kaki Fikar dipasang Pen saat operasi. 

Jeri adalah kakak terhebat. Berjuang di depan secara cepat mengatasi permasalahan adiknya. Ia mengurus semua hal hingga asuransi kecelakaan dari Jasa Raharja sebesar 15 Juta. 

------------------

Operasi berjalan lancar. Fikar dipindahkan ke Kamar rawat Inap. Setelah dilasang Pen sebagai penyangga tulang yang hancur. 

Semua yang menjenguk tidak ada yang terlepas dari tangisan. Fikar begitu pucat pasi. Kekurangan banyak darah. Ketika disuntik perawat kesulitan karena susah mencari jalan nadi, disebabkan berat badan Fikar. Jejak suntikan menghiasi lengan kiri dan kanannya. 

"Aduh sakit Bang!" Kata Fikar sambil meringis. Saat efek bius mulai menghilang.

Jeri yang sedang berbaring di lantai, seketika berdiri mendekati Fikar di tepi ranjang.  

"Bawa tenang. Banyakin dzikir! Insya Allah entar pasti bisa tidur. Ya sakit Dek, nggak ada yang enak sekarang!" sanggah Jeri menasihati.

Benar saja. Beberapa menit kemudian Fikar ketiduran, rasa sakit itu tidak menghilang tetapi cukup mengurangi.  

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 22 Si Manusia Jorok

    Rintik Hujan membasahi Kampung Bukit Lawas. Beberapa orang memilih untuk menarik selimut kembali karena pagi yang gelap dan cuaca yang tidak mendukung tidak memungkinkan mereka ke Kebun. Begitu juga Fikar! Dia tertidur sangat nyenyak hingga matahari mulai meuncul di sela pentilasi udara kamarnya.Semalaman, dia kelelahan menanti kabar Zola, yang mendiaminya sejak kejadian Video itu tersebar luas di jaringan sosial.Fikar mengisik mata, menatap sekitarnya yang sepi. Hanya rintik hujan yang menghiasi siang dengan cuaca dingin, tapi matahari tetap bersinar. Kata Orang Kampung itu hujan panas berarti membawa penyakit bagi yang terkena rintikannya yang tidak terlalu deras."Ah, Kesiangan. Begadang tapi tidak membuangkan hasil!" Dia mendengkus sebal. Lelaki itu beringsut ke pinggir kasur. Dia ingin membuat air menggunakan tempat yang tersedia di kamarnya. Kondisi tubuh besar dan kaki sakit, membuatnya kesulitan jika harus menempuh kamar mandi yang cukup jauh dari kamarnya. Sakit membuat F

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 21 Keadaan Beby

    Di rumah mewah Perumahan Cendana. Seorang Wanita paruh baya dengan rahang mengeras dan wajah tegang menatap lekat gadis muda di hadapannya.Plak! Plak! Dua kali tamparan keras mendarat di pipi Gadis manis itu. Yang berhasil membuat Pipinya memerah bekasnya."Apa maksudnya ini, Beby?" teriak Bu Mawar, Ibunya Beby Annisa.Sungguh perbuatan Putrinya sudah melampaui batas. Seakan mencoreng nama baiknya sebagai Perempuan pekerja terhormat. Wanita itu melampiaskan amarah yang membelenggu terhadap putrinya dan juga ia merasa gagal sebagai orang tua. Semua fasilitas lengkap dia penuhi, apalagi kurangnya!Bukannya takut. Beby malah berbalik menatap ibunya sinis dengan senyum meremehkan. Apakah Ibu tidak sadar? Dia kurang kasih sayang dan perhatian selama ini."Kenapa kau berlagak seperti pela*cur murahan. Ibu malu Beby! Malu punya anak nggak punya harga diri kayak kamu!" bentak Bu mawar lagi.Dia terlalu gemas melihat Beby yang besikap pongah.Mawar menggeletukkan gigi, menahan geram. Namun,

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Masalah Baru

    Di dalam kelas IT C2"Teknologi bisa menaklukkan siapapun, membuat seseorang berambisi menciptakan sebuah karya ...." papar Seorang Dosen mengenakan kemeja Coklat itu di depan para Mahasiswa Jurusan IT.Sebut saja Namanya Dosen Narto yang dengan semangat 45 menjelaskan materi perkuliahan. Sorot mata tertuju padanya, kecuali satu Mahasiswa, Lelaki muda berkaca mata lensa itu sibuk pada pikirannya sendiri. Dia menatap kosong!"Jeri! Jeri!" Suara keras dan lantang sang Dosen tak mampu menarik perhatian Pemuda itu. Dia menatap sekilas lalu meneruskan lamunannya.Siapa yang tahu tentang masalahnya? Ya, Dia tengah memikirkan tahap menghentikan langkah penyebaran video asusila Adiknya."Jeri!" teriak Pak Dosen. Lagi, suara itu hanya angin lalu baginya yang sibuk dengan diri sendiri.Posisi duduk Jeri persis di pojok ruangan. Seseorang segera menyikut sikunya cukup keras. Ya, Dia teman yang duduk di sebelah Jeri."Apaan sih?" teriak Jeri kaget.Belum sempat temannya menjawab, tiba-tiba s

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 19 Mantan Terindah

    Langkah gadis itu terburu-buru. Semakin dekat ke tempat meletakkan motor maticnya. Mata Zola menyipit, menyadari gantungan di dekat jok, ada sebuah bingkisan. Dia yakin itu dari Fikar, yang sengaja digantung tanpa sepengetahuan dirinya.Segurat senyum terlukis dibibir Zola, sembari membelakangi Bu Hasnah, Jeri dan Fikar. Bergegas dia menaiki kendaraan tersebut berharap agar segera hilang dari sana secepat mungkin. Sebelum melajukan motor, gadis itu menyempatkan diri tersenyum menghadap ke arah keluarga itu. Hanya Bu Hasnah yang membalas senyuman itu, sedangkan kedua putranya ... Entahlah. Wajah datar."Saudara kandung sama aja! dasar menyebalkan," desis gadis itu mengendarai roda dua membelah jalanan.Selepas kepergian Zola."Ayo masuk! ngapain pada berdiri di situ," kata Bu Hasnah berlalu.Kedua putranya hanya diam dengan wajah datar seperti sebelum

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 18 Menikah?

    "Eh, Dek. Kapan nyampai? Kok nggak kasih tahu," tanya Fikar pelongo saat menyadari pemilik rasa tersenyum manis di depannya."Sebenarnya A----- " ucapan Zola terpotong oleh kedatangan seseorang.Tiba-tiba Jeri datang dengan aura dingin bak kulkas berjalan. "Eh, anak ingusan datang!" serunya menatap Zola yang saat itu menggunakan jilbab marun dengan pakaian gamis modern."Bang," tegur Fikar.Ekspresi yang ditujukan sang Adik membuat dia tak mampu menahan tawa geli."Pas kamu tidur. Dia chat melulu, berisik! ya, Abang suruh datanglah. Jangan OMDO doang," celoteh Jeri tanpa rasa bersalah sambil memasang wajah tampan kebanggaannya.Telinga Fikar terasa panas atas perkataan Abangnya yang berlalu sesuka hati tanpa pamit menuju arah dapur. Zola tercengang, "Ada ya manusia seperti itu? Sumpah nyebelin tingkat kabupaten," jerit gadis itu dalam

  • CINTA LELAKI DISABILITAS   Bab 17 Kedatangan Zola

    Ukuran badan Fikar yang proposinal sebab mantan anggota Damkar, sulit untuk diangkat ke atas, walaupun tak terlalu jurang, tetap saja mereka kesulitan evakuasi. Lima orang tak cukup untuk membantu memapahnya, butuh beberapa orang lagi. Posisi jatuhnya di tepi jalan sehingga bagi yang kenal bakal berhenti dan ikut turun tangan.Tubuh Fikar dibarikan kemudian di atas motor becak yang sudah terlebih dulu ditarik ke atas, dan kondisi tak rusak parah. Jeri melajukan kendaraan roda tiga itu menuju rumah, jarak yang dekat tidak memakan waktu lama.Tubuh Fikar segera diangkat ke kamarnya, dan dibantu menyandarkan pada pinggir tempat tidur. Kamar redup dan sedikit berantakan adalah tempat ternyaman untuknya.Sejak dipindahkan, ringisan yang keluar dari bibir Fikar tak kunjung berhenti. Semua menatapnya kasihan! Lelaki itu benci tatapan iba yang disuguhkan padanya. Daripada emosi, dia memilih membuang wajah ke arah lai

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status