Share

Kebimbangan

Penulis: Harrymraz
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-03 19:03:51

Kehadiran Kenan Wijaya telah menjadi katalis yang mempercepat laju perubahan di dalam diri Sasya Maharani. Jika sebelumnya ia bisa mengkategorikan Ardi Sanjaya sebagai sebuah 'anomali yang harus diatasi', kini ada Ardi dan Kenan, dua kekuatan yang saling tarik-menarik, menciptakan pusaran emosi yang tak pernah Sasya bayangkan. Hatinya, yang selama ini ia yakini sekeras database yang tak bisa ditembus, mulai menunjukkan kerentanan.

Sasya mencoba melarikan diri dari kebingungannya. Ia menggandakan jam belajarnya, seringkali hingga larut malam di kamarnya yang hening, atau memilih perpustakaan yang lebih terpencil di kawasan pendidikan BSD. Ia bahkan mendaftar untuk lebih banyak kompetisi akademik, berharap kesibukan itu akan mengalihkan perhatiannya dari gejolak di dalam diri. Logikanya berteriak, ini semua gangguan. Fokus pada tujuan. Ini hanya fase.

Namun, semakin ia mencoba melarikan diri, semakin Ardi menemukan cara untuk muncul. Ardi tidak peduli dengan jadwal belajar Sasya yang ketat. Ia akan tiba-tiba muncul di jendela kamarnya jika Sasya tidak merespons pesannya (entah bagaimana ia tahu kamar Sasya), atau menelepon tanpa henti sampai Sasya mengangkat. Bahkan Rambo si kucing jumbo pun seolah menjadi mata-mata Ardi, kadang muncul di dekat loker Sasya atau mengeong di luar ruang kelasnya.

"Kau menghindariku, Sasya?" tanya Ardi suatu sore, saat ia berhasil mencegat Sasya di area parkir SMA Puncak BSD.

Sasya mendengus. "Aku sibuk. Aku punya banyak hal yang harus kukerjakan."

"Tapi kau selalu ada waktu untuk orang itu," kata Ardi, nada suaranya mengeras saat ia menyebut Kenan. Ardi mungkin tidak memahami kompleksitas emosi, tapi ia tahu betul apa itu cemburu. Mata tajamnya menyiratkan kekecewaan dan sedikit rasa sakit.

Melihat ekspresi itu, hati Sasya mencelos. Ia tidak ingin menyakiti Ardi. Ia hanya ingin segalanya kembali normal, kembali ke kehidupan yang teratur di mana nilai adalah segalanya dan emosi adalah gangguan yang tidak perlu.

Sasya mulai meninjau ulang interaksinya dengan Ardi. Semua momen konyol mereka: Ardi yang mencomot makanannya, Ardi yang tiba-tiba menyatakan cinta, Ardi yang tanpa ragu memeluknya ketika ia merasa kedinginan (meskipun itu membuat Sasya kaku seperti patung es). Ada sentuhan tulus, sederhana, dan tanpa pamrih dalam setiap tindakan Ardi yang, anehnya, justru terasa lebih nyata daripada percakapan terencana dengan Kenan.

Kenan, di sisi lain, terus menunjukkan perhatiannya dengan cara yang lebih 'normal' dan diterima secara sosial. Ia akan mengirimkan referensi buku terbaru, menawarinya bantuan untuk tugas fisika yang rumit, atau sesekali mengajak makan siang di restoran fine dining di The Breeze. Kenan adalah gambaran ideal dari seorang calon kekasih yang akan ia perkenalkan pada orang tuanya; terpelajar, berwibawa, dan datang dari latar belakang yang sempurna. Namun, di dalam hati Sasya, rasanya hambar. Seperti makanan yang sehat dan bergizi, tapi tanpa rasa.

Pada suatu malam, Sasya tidak bisa tidur. Ia bangkit dari tempat tidurnya, berjalan menuju jendela kamarnya. Dari sana, ia bisa melihat kerlap-kerlip lampu kota BSD City yang tak pernah tidur. Lampu-lampu gedung tinggi, lalu lintas yang bergerak seperti sungai cahaya, dan ruko-ruko yang masih memancarkan terang. Semua adalah simbol dari masa depan yang selalu ia kejar.

Namun, yang kini memenuhi pikirannya adalah wajah Ardi. Senyum polosnya. Tatapan cemburunya. Tawa lepasnya. Ia memejamkan mata, mencoba menyingkirkan bayangan itu.

Ini salah, pikirnya. Aku tidak bisa membiarkan ini terjadi. Ini hanya mengganggu. Fokus, Sasya. Fokus.

Ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa perasaan ini hanyalah efek samping dari keanehan Ardi. Sebuah respons psikologis terhadap sesuatu yang di luar kebiasaannya. Ia harus menyangkalnya, menolaknya, menguncinya rapat-rapat seperti ia mengunci pintu hatinya selama bertahun-tahun.

Namun, Ardi adalah kunci master yang entah bagaimana berhasil membuka setiap gembok yang Sasya pasang. Setiap kali ia mencoba menjauh, Ardi malah mendekat. Setiap kali ia mencoba dingin, Ardi malah menghujani dengan kehangatan. Sasya menyadari bahwa ia mulai merindukan kehadiran Ardi ketika ia tidak ada. Merindukan gangguan itu. Merindukan tawa anehnya. Merindukan Rambo.

Kebingungan itu mencapai puncaknya suatu sore. Sasya sedang berjalan melewati area taman di Intermark BSD setelah bimbingan belajar tambahan. Ia melihat sepasang kekasih muda sedang bercanda, tertawa lepas. Mereka tidak terlihat peduli dengan apa pun selain kebahagiaan mereka. Sebuah gambaran yang terasa asing sekaligus menakutkan bagi Sasya.

Tiba-tiba, ponselnya berdering. Itu Ardi. Sasya ragu-ragu sejenak, lalu menekan tombol reject. Ia ingin sendiri. Ia ingin memproses semua kekacauan ini.

Namun, tak lama kemudian, ia mendengar derap langkah cepat. Ardi muncul dari balik pepohonan, napasnya sedikit terengah-engah. Matanya menatap Sasya dengan khawatir. "Sasya! Kenapa kau tidak mengangkat teleponku? Kau baik-baik saja?"

Sasya menatap Ardi, dan untuk pertama kalinya, ia tidak bisa menyembunyikan kebingungannya. Ia merasakan gejolak di dadanya. Ada sesuatu yang tak bisa ia sangkal lagi. Sesuatu yang terasa seperti... perasaan.

"Ardi," bisik Sasya, suaranya sedikit bergetar. "Aku... aku tidak mengerti."

Ardi tidak bertanya apa yang tidak ia mengerti. Ia hanya menatap Sasya, lalu tanpa ragu, ia meraih tangan Sasya, jemarinya yang hangat menggenggam erat. Ia tidak mengucapkan kata-kata manis atau filosofis. Ia hanya berdiri di sana, memegang tangan Sasya, memberikan kehangatan dan stabilitas yang Sasya tidak tahu ia butuhkan.

Di tengah kebingungan hatinya, di tengah kota BSD yang selalu bergerak maju, Sasya Maharani menyadari satu hal. Ia bisa menolak Ardi dengan kata-kata, ia bisa mencoba menghindarinya, ia bisa mencoba meyakinkan dirinya bahwa semua ini salah. Tapi ia tidak bisa lagi menyangkal bahwa Ardi Sanjaya telah menembus pertahanan terkuatnya: hatinya sendiri. Dan justru di saat itulah, ia merasa paling bingung sekaligus paling... hidup.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Sebuah Peringatan Halus

    Perjalanan pulang dari luar kota terasa panjang bagi Sasya. Pikirannya dipenuhi bayangan tatapan Rifky di restoran tadi malam. Ketidaknyamanan yang semula samar kini terasa nyata. Setibanya di rumah, ia langsung memeluk Ardi erat."Aku merasa aneh, Ardi," bisiknya, melepaskan tasnya. "Malam itu... Rifky menatapku saat kau menelepon. Seperti ada sesuatu di matanya. Rasa... kesal, mungkin?"Ardi mengeratkan pelukannya. "Aku tahu, Sayang. Aku sudah merasakan itu. Aku tidak suka bagaimana dia selalu mengawasimu, bagaimana dia selalu ada di dekatmu. Profesionalisme itu satu hal, tapi ini... ini terasa beda." Ardi tahu ia harus melakukan sesuatu. Ia tidak bisa hanya berdiam diri sementara istrinya merasa tidak nyaman.Keesokan harinya, Ardi memutuskan untuk mengunjungi kantor Sasya di Sanjaya Group. Ia punya janji makan siang dengan Sasya, tapi juga punya agenda lain yang tak terucap. Ia ingin mengamati Rifky secara langsung, dari dekat, tanpa Sasya menyadarinya.Saat ia tiba di lobi Sanjay

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Tatapan yang Mengganggu

    Setelah makan malam tim yang hangat namun diwarnai ketegangan tak terlihat, perhatian Sasya terhadap Rifky Aditama semakin intens. Bukan lagi sekadar rasa ingin tahu, melainkan sebuah firasat samar yang mengganggu. Ia mulai menangkap pola: di rapat, di lorong kantor, bahkan saat mereka sesekali berpapasan di kafetaria, Rifky selalu tampak mengamatinya. Tatapan itu tidak terang-terangan atau mengancam, melainkan tersembunyi di balik kacamata tipisnya, penuh perhitungan.Sasya adalah wanita yang logis, namun intuisinya jarang meleset. Ia menyadari bahwa Rifky tidak hanya mengamati dirinya sebagai seorang atasan atau kolega. Ada sesuatu yang lebih personal, lebih dalam. Ia mulai merasa sedikit tidak nyaman.Suatu siang, saat Sasya sedang berjalan menuju ruang rapat, ia berpapasan dengan Rifky yang baru saja keluar dari pantry. Mereka bertukar sapa singkat, dan Rifky dengan cepat menunduk, namun Sasya menangkap matanya sejenak terpaku pada gerakan tangan Ardi yang tidak sengaja menyentuh

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Hangatnya Rumah, Dinginnya Ketegangan

    Rumah Sasya dan Ardi di Puri Sanjaya malam itu bersinar hangat, dipenuhi aroma gurih masakan dan alunan musik jazz lembut. Ini adalah upaya Sasya untuk melunakkan suasana tim proyek, terutama Rifky, agar mereka bisa berinteraksi di luar batasan kantor. Ardi, dengan antusiasme khasnya, bertindak sebagai host yang ramah, sesekali melucu dan memastikan gelas setiap orang terisi. Rambo, si kucing jumbo, dengan malasnya menyambut setiap tamu di ambang pintu, seolah tahu ia adalah bagian penting dari keluarga.Tim inti proyek ekspansi, termasuk Hendra, Mira, dan beberapa manajer lainnya, tiba satu per satu. Suasana cair dengan cepat, diwarnai tawa dan obrolan ringan tentang pekerjaan dan kehidupan pribadi. Sasya merasa lega melihat mereka mulai berbaur.Namun, ketika Rifky Aditama tiba, suasana sedikit berubah. Ia datang dengan setelan kemeja yang rapi, nyaris terlalu formal untuk makan malam santai, dan membawa sebotol anggur merah mahal sebagai hadiah. "Selamat malam, Bu Sasya, Pak Ardi,"

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Bayangan di Balik Kecerlangan

    Proyek ekspansi Sanjaya Group ke Asia Tenggara terus melaju, didorong oleh efisiensi yang luar biasa dari tim inti Sasya. Rifky Aditama, tanpa diragukan lagi, adalah bintang paling terang dalam tim itu. Laporannya selalu sempurna, analisisnya tak bercela, dan ia selalu selangkah di depan dalam mengidentifikasi potensi masalah dan solusi. Sasya merasa bangga memiliki Rifky, namun pada saat yang sama, ada bayangan halus yang mulai menyelimuti perasaannya.Rifky seolah tak pernah tidur. Email balasan darinya bisa datang di tengah malam atau dini hari. Ia seringkali menjadi orang pertama yang tiba di kantor dan yang terakhir pulang. Dedikasinya memang patut diacungi jempol, tetapi intensitasnya mulai terasa sedikit berlebihan bagi Sasya.Suatu sore, Sasya menemukan Rifky masih di mejanya, wajahnya hanya diterangi cahaya monitor. Waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam, dan kantor hampir kosong. Sasya sendiri baru saja menyelesaikan panggilan video panjang dengan Yudha."Rifky, kau bel

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   Memecah Dinding Profesionalisme

    Proyek ekspansi Sanjaya Group ke Asia Tenggara bergerak dengan kecepatan tinggi. Sasya Maharani, sebagai pemimpin proyek, adalah poros di mana semua pergerakan berpusat. Di antara semua anggota timnya, Rifky Aditama adalah yang paling menonjol dalam efisiensi dan ketajaman analisisnya. Namun, di balik profesionalisme yang sempurna itu, Sasya merasakan ada dinding tipis yang memisahkan Rifky dari yang lain, bahkan darinya. Ia ingin memecah dinding itu, bukan hanya demi kolaborasi yang lebih baik, tetapi juga karena rasa ingin tahu.Suatu siang, setelah rapat proyek yang intens membahas strategi penetrasi pasar di Vietnam, Sasya melihat Rifky masih duduk di mejanya, menganalisis data dengan fokus penuh, bahkan saat sebagian besar tim sudah bubar untuk makan siang."Rifky, kau tidak makan siang?" Sasya bertanya, berdiri di ambang pintu ruang kerjanya.Rifky mendongak, ekspresinya datar. "Belum, Bu Sasya. Ada beberapa metrik yang ingin saya selesaikan sebelum istirahat. Saya membawa beka

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES   bayangan

    Keputusan untuk menerima tawaran Yudha tidaklah mudah bagi Sasya. Butuh waktu beberapa hari, diisi dengan percakapan panjang bersama Ardi, malam-malam tanpa tidur, dan pemikiran mendalam tentang ambisi serta prioritas hidupnya. Pada akhirnya, nyala ambisi profesionalnya, ditambah dengan dukungan tak tergoyahkan dari Ardi, memantapkan langkahnya. Ia akan menerima tantangan ekspansi ke Asia Tenggara.Ketika Sasya menyampaikan keputusannya kepada Yudha, pria itu hanya mengangguk, senyum puas terukir tipis di bibirnya. "Aku tahu kau tidak akan mengecewakanku, Sasya. Ini adalah langkah besar bagi Sanjaya Group. Kau akan memimpin tim yang terdiri dari talenta terbaik, baik dari internal maupun rekrutan baru. Mereka akan membantumu membangun fondasi di pasar baru ini."Beberapa minggu kemudian, persiapan proyek ekspansi ke Asia Tenggara dimulai. Kantor Sasya kini dilengkapi dengan layar-layar besar yang menampilkan peta geopolitik regional, grafik ekonomi, dan data pasar potensial di negara

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status