Share

Kencan Tak Terduga

Author: Harrymraz
last update Last Updated: 2025-06-03 19:05:18

Liburan akhir semester dan perayaan Natal seharusnya menjadi masa bagi Sasya Maharani untuk mengejar ketertinggalan materi yang menurutnya ia alami karena "gangguan Ardi." Ia sudah menyusun jadwal revisi pelajaran yang ketat, menargetkan sesi intensif di perpustakaan yang tenang di Sinar Mas Land Plaza atau bahkan mengikuti kursus singkat online untuk persiapan ujian. Namun, Ardi Sanjaya memiliki rencana yang sangat berbeda, dan sekali lagi, rencana Sasya harus terlempar jauh dari orbitnya.

"Sasya! Natal nanti, kita ke villa!" seru Ardi suatu pagi, tepat di depan gerbang sekolah, mencegat Sasya yang baru saja tiba. Wajahnya berseri-seri, seolah ia baru memenangkan undian.

Sasya menatapnya datar. "Villa apa? Aku tidak punya jadwal ke villa. Aku ada jadwal belajar."

Ardi tidak peduli. "Villa di pinggir danau Vanya Park! Punya temanku. Ada Nisa, Kiki, dan beberapa teman Ardi yang lain." Ardi bicara secepat kereta di jalur KRL commuter line. "Kita akan bakar-bakar, main board game, pokoknya seru!"

Sasya ingin menolak. Sangat ingin. Ide menghabiskan liburan dengan sekelompok orang asing di villa yang jauh dari buku-buku adalah mimpi buruk baginya. Namun, ada tatapan Ardi yang tak bisa ia hindari, tatapan penuh harapan yang anehnya, membuat hatinya sedikit melunak. Ia juga menyadari bahwa Ardi sudah mengklaimnya sebagai bagian dari kelompok itu.

Dan begitulah, di luar akal sehat Sasya, ia mendapati dirinya berada di dalam mobil yang penuh dengan tawa dan obrolan, menuju sebuah villa nyaman dengan pemandangan danau yang indah di kawasan elite sekitar Vanya Park, BSD. Villa itu didesain dengan sentuhan modern minimalis, namun hangat. Rambo si kucing jumbo pun ikut serta, duduk tenang di pangkuan Ardi.

Perayaan Natal mereka jauh dari kesan formal atau khidmat yang Sasya bayangkan. Tidak ada pohon Natal besar atau tukar kado yang terencana. Sebaliknya, yang ada adalah tawa riuh Nisa Adelia yang sibuk membuat vlog dan selfie di setiap sudut villa, celotehan polos Kiki Pratama yang mencoba menjelaskan aturan board game pada Ardi, dan kegilaan Ardi yang tak terduga.

Ardi adalah pusat dari semua kekacauan itu. Ia bisa tiba-tiba melompat ke danau tanpa aba-aba, atau menantang Kiki bermain basket satu lawan satu di lapangan kecil di halaman villa, atau bahkan mencoba membuat marshmallow bakar di atas api unggun hingga gosong. Sasya, yang awalnya hanya mengamati dari kejauhan dengan buku di tangannya, perlahan tertarik ke dalam pusaran energi Ardi.

"Sasya, kau tidak ikut bakar jagung?" Ardi bertanya, tangannya penuh arang. "Enak lho!"

Sasya mendengus, tapi entah mengapa, ia akhirnya mendekat. Ardi dengan cekatan memberinya jagung yang sudah dibumbui. Mereka duduk berdampingan di dekat api unggun, menatap pantulan cahaya api di permukaan danau.

Saat malam semakin larut, setelah semua teman-teman Ardi tertidur karena kelelahan, hanya Sasya dan Ardi yang masih terjaga. Mereka duduk di teras villa, memandang bintang-bintang yang bertebaran di langit gelap BSD, pemandangan yang jarang Sasya nikmati di tengah lampu-lampu kota.

"Indah, kan?" bisik Ardi, suaranya pelan, jauh dari kesan berandal.

Sasya mengangguk. "Ya."

"Aku senang kau mau datang," kata Ardi, ia menoleh menatap Sasya. Ada kesungguhan di matanya. "Aku ingin kau melihat tempat ini. Tempat di mana aku bisa jadi diriku sendiri."

Sasya merasakan hatinya menghangat lagi. Itu bukan lagi percikan, melainkan sebuah bara kecil yang mulai menyala. Ia mulai melihat Ardi bukan hanya sebagai pengganggu, tapi sebagai seseorang yang ingin berbagi dunianya dengannya.

Keesokan harinya, sebelum mereka kembali ke BSD, Ardi tiba-tiba menarik tangan Sasya. "Ayo kencan!" serunya.

Sasya terkejut. "Kencan? Kencan apa?"

Ardi tidak menjawab, ia hanya menyeret Sasya ke area penyewaan sepeda di dekat danau. Mereka menyewa sepeda tandem, dan Ardi memaksa Sasya duduk di depan. Awalnya, Sasya canggung, takut, dan merasa konyol. Namun, saat Ardi mulai mengayuh dengan semangat, melintasi jalur-jalur hijau di sekitar danau, angin menerpa wajahnya, Sasya merasakan sensasi yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tertawa. Tawa yang tulus, lepas, bukan tawa yang dipaksakan atau dirancang.

Ardi menoleh ke belakang, senyumnya semakin lebar melihat Sasya tertawa. "Kau harus lebih sering tertawa, Sasya! Kau cantik kalau tertawa."

Sasya memerah, tapi ia tidak menolak. Ia membiarkan dirinya menikmati momen itu. Mereka berkeliling, melewati area jogging track yang ramai, melihat orang-orang yang bersantai di kafe-kafe outdoor di pinggir danau. Rasanya seperti kencan sungguhan, meskipun Ardi mungkin hanya menganggapnya sebagai "jalan-jalan dengan teman."

Saat Ardi menghentikan sepeda di dekat sebuah pohon besar, ia menoleh ke arah Sasya. "Kau mau?" katanya, menyodorkan sekantong snack yang entah kapan ia beli.

Sasya mengambil satu, mengunyahnya pelan. Di bawah pohon itu, dengan Rambo yang kini tidur nyenyak di rumput di dekat mereka, Sasya memandang Ardi. Anak itu memang aneh, kekanak-kanakan, dan sering membuat masalah. Tapi ia juga tulus, tanpa topeng, dan entah mengapa, ia bisa membuat Sasya merasakan hal-hal yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Natal yang aneh ini, dan "kencan" tak terduga di pagi hari itu, telah membuka mata Sasya. Ia menyadari bahwa hidup lebih dari sekadar angka dan rencana. Ada ruang untuk spontanitas, untuk kehangatan, dan untuk merasakan kebahagiaan yang sederhana. Ardi Sanjaya, si berandal, yang selalu membuat rutinitasnya berantakan, mungkin adalah orang yang ia butuhkan untuk belajar hidup. Dan di tengah gemerlap liburan di BSD, Sasya Maharani, si Gadis Es, perlahan mulai mencair.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Jejak Digital yang Membeku

    Minggu-minggu berlalu dengan lambat bagi Sasya dan Ardi. Tekanan terus-menerus dari ancaman Rifky, meski kini lebih halus, menguras energi mereka. Anggrek putih misterius yang muncul di meja Sasya, pesan-pesan gelap yang Ardi terima, dan rasa diawasi yang tak pernah hilang, semuanya mengikis ketenangan mereka. Namun, di balik tirai kekhawatiran itu, mesin penyelidikan yang diprakarsai Yudha Sanjaya dan kepolisian terus bekerja, perlahan namun pasti, melacak bayangan Rifky.Yudha tidak main-main. Ia telah mengalokasikan sumber daya besar dari Sanjaya Group, termasuk tim ahli keamanan siber eksternal terkemuka. Mereka bekerja sama dengan tim IT internal dan penyidik kepolisian, menelusuri setiap jejak digital yang mungkin ditinggalkan Rifky. Ini adalah perburuan yang rumit, karena Rifky adalah seorang jenius yang sangat berhati-hati."Rifky itu bersih, Pak Yudha," lapor Kepala Tim IT, Diki, suatu sore dalam rapat tertutup dengan Yudha dan Sasya. "Dia selalu menggunakan VPN berlapis, ser

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Badai yang Belum Berlalu

    Meskipun Yudha Sanjaya telah bertindak cepat, badai yang dilepaskan Rifky belum berlalu. Laporan polisi telah dibuat, tim hukum Sanjaya Group bergerak, namun prosesnya lambat. Sementara itu, Rifky Aditama masih bebas, dan Sasya serta Ardi merasakan bayangan ancamannya masih menggantung di atas mereka. Tekanan media, yang dipicu oleh artikel blog dan video viral, mulai terasa.Telepon rumah Sasya tak berhenti berdering. Nomor tak dikenal, beberapa di antaranya dari media yang mencoba mendapatkan pernyataan eksklusif. Mereka harus mematikan telepon rumah dan hanya mengandalkan ponsel. Setiap kali Ardi dan Sasya keluar rumah, mereka merasa diawasi. Setiap mobil yang lewat terlalu lambat, setiap wajah yang menoleh, terasa mencurigakan. Perasaan paranoid itu menggerogoti."Aku merasa kita hidup di bawah mikroskop, Ardi," Sasya berbisik suatu malam, saat mereka berdua duduk di ruang keluarga, Rambo meringkuk di kaki mereka. "Aku benci perasaan ini."Ardi memeluknya erat. "Aku tahu, Sayang.

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Badai Publik dan Korban Tak Terduga

    Pesan Ardi di papan tulis Rifky adalah percikan api yang menyulut bom. Rifky, sang ahli kendali, tidak bisa menerima bahwa "algoritmanya" telah ditembus, ruang pribadinya diinvasi. Amarahnya meluap, memicu serangkaian tindakan balasan yang jauh lebih ekstrem, menargetkan Sasya dan Ardi di ranah publik, di mana reputasi adalah segalanya.Beberapa hari setelah insiden di apartemen Rifky, Sasya dan Ardi mulai merasakan dampaknya. Telepon iseng berdatangan ke rumah mereka, tanpa suara di ujung lain. Pesan-pesan aneh muncul di kotak masuk media sosial Sasya, berisi kalimat-kalimat mengganggu yang tampaknya acak, tetapi memiliki pola tersembunyi yang hanya bisa dipahami oleh seorang ahli kriptografi.Namun, yang terburuk terjadi pada hari Jumat.Pagi itu, sebuah artikel muncul di sebuah blog berita online yang cukup populer, yang berfokus pada gosip dan skandal korporat. Judulnya mencolok: "Ambisi Beracun di Sanjaya Group: Direktur Pemasaran Dituding Memanipulasi Proyek Demi Kekuasaan."Jan

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Gema Retaknya Kendali

    Pagi itu, Rifky Aditama kembali ke apartemennya setelah berbelanja. Pikirannya dipenuhi rencana baru. Pembebasan tugas dari Sanjaya Group memang menyakitkan ego-nya, namun itu hanya kemunduran sementara. Ia akan menunjukkan pada Yudha dan Sasya bahwa mereka telah membuat kesalahan fatal. Algoritmanya tidak patah; ia hanya perlu menyesuaikannya.Ia membuka pintu apartemennya. Tidak ada yang terasa aneh. Ia meletakkan belanjaannya di dapur, lalu berjalan menuju ruang tamunya. Pandangannya jatuh pada papan tulis besarnya. Jantungnya mencelos.Di sana, di antara coretan-coretan algoritmanya yang rumit, terpampang sebuah kalimat besar, kasar, dan begitu asing: "ALGORITMA ANDA MUDAH DITEMBUS, THE CIPHER. DAN KAMI TAHU SEMUANYA."Rifky menegang. Warna di wajahnya menghilang. Ia menatap kalimat itu, lalu matanya bergerak cepat ke sekeliling ruangan. Tidak ada kerusakan. Tidak ada yang hilang. Namun, pesan itu... pesan itu menembus pertahanannya. Seseorang telah masuk. Seseorang telah menginva

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Balas Dendam Sang Pelindung

    Malam itu, setelah penemuan mengerikan rekaman di rumah mereka, amarah Ardi membakar. Sasya duduk di sudut, memeluk lututnya, gemetar tak terkendali. Privasi mereka telah dilanggar dengan cara yang paling keji. Ini bukan lagi tentang karier atau persaingan; ini adalah serangan pribadi yang tak termaafkan."Aku akan membunuhnya, Ardi!" Sasya berbisik, air mata mengalir deras. "Dia sudah keterlaluan!"Ardi memeluknya erat. "Tidak, Sayang. Jangan berpikir begitu. Aku yang akan menanganinya. Dia sudah melangkah terlalu jauh."Malam itu Ardi tidak bisa tidur. Ia menghubungi Dika, temannya dari biro investigasi swasta, dan menceritakan semuanya, termasuk rekaman video itu. Dika, yang biasanya tenang, terdiam mendengar detail invasi privasi itu."Ini sudah masuk ranah pidana, Ardi," Dika berkata, suaranya serius. "Pelanggaran privasi dan pengancaman. Kita bisa laporkan ini ke polisi.""Tidak," Ardi menolak, tatapannya dingin. "Aku ingin dia merasakannya langsung. Aku tidak ingin dia lolos de

  • CINTA PERTAMA SI GADIS ES    Kemarahan Algoritma yang Patah

    Pembebasan tugas Rifky Aditama dari proyek Asia Tenggara mengguncang kantor Sanjaya Group. Secara resmi, itu adalah "evaluasi kinerja mendalam." Namun, bisikan di antara karyawan tak terhindarkan. Kepergian Rifky yang mendadak, setelah Yudha memanggilnya, menimbulkan spekulasi. Sasya dan Ardi merasa lega untuk sesaat, tetapi mereka tahu, Rifky tidak akan menerima ini begitu saja. Algoritmanya telah "patah," dan itu bisa memicu reaksi yang tak terduga.Rifky menghilang dari kantor tanpa jejak. Laptop dan ponsel kerjanya disita oleh tim IT untuk penyelidikan. Namun, Ardi tahu, pria sepertinya akan selalu memiliki cara lain untuk beroperasi di balik bayangan. Ia telah kehilangan kendali atas Sasya di Sanjaya Group, tetapi obsesinya tidak akan hilang. Sebaliknya, itu mungkin akan berubah menjadi sesuatu yang lebih gelap dan berbahaya.Beberapa hari setelah Rifky dibebastugaskan, ketenangan Sasya mulai terusik lagi. Kali ini, ancaman tidak datang dalam bentuk email anonim atau sabotase hal

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status