Share

2. Mimpi Tapi Nyata

“Kamu benar-benar tidak mengenaliku?”

Sandra sedikit tersihir pada rupa Aldric dan suaranya yang begitu dingin. Setelahnya, buru-buru wanita yang masih dalam pengaruh alkohol itu menjawab dengan tergagap, “Ti-tidak. Tapi tak apa.”

Sesaat kemudian, Sandra mengedarkan pandangannya dengan mata yang disipitkan. “Teman sekamarku mana sih? Kok belum pulang?” celoteh Sandra.

Di hadapannya, Aldric meninggikan sebelah alisnya dengan tangan saling bersilang di dada.

“Aku mau tidur. Kamu temani aku, ya. Aku takut tidur sendiri,” pinta Sandra kemudian mencoba berdiri. Sayang, upayanya gagal. Ia kembali oleng dan mendarat di pelukan lelaki berotot itu yang langsung mengangkat tubuhnya. Lengan wanita itu kini melingkari leher Aldric dengan kepala bersandar di dadanya dengan nyaman.

“Ah, maafkan aku,” ujar Sandra tak enak hati. Setelahnya, Sandra menghirup napas panjang, dan begitu tertarik dengan harum tubuh Aldric yang begitu menggodanya, “Hmmm … kamu wangi banget sih.”

Wanita itu bahkan menempelkan hidungnya ke leher Aldric.

“Shit!” Aldric meremang mendapati hembusan napas Sandra di lehernya.

Perlahan, Aldric menurunkan Sandra di ranjang besarnya. Namun, lengan wanita itu tetap melingkari leher, dan membuat Aldric mau tidak mau ikut berbaring di samping Sandra, dan membiarkan gadis itu memeluknya.

Aldric memperhatikan wanita cantik yang memejamkan mata di dadanya. Matanya memang terpejam, tetapi wanita itu tidak mau diam. Ia terus bergerak dengan gelisah dan menggumam tak jelas. Parahnya lagi, tangan Sandra mulai bergerak meraba-raba dada hingga perut Aldric.

“Hentikan gerakan tanganmu atau kamu akan menanggung akibatnya, Sandra!” desis Aldric. 

“Sssttt … jangan berisik. Jangan ganggu mimpi indahku.” Sandra menekan bibir Aldric dengan telunjuknya.

Aldric menahan napasnya saat Sandra mengangkat wajah dan menatapnya dengan sayu. Ia membiarkan wanita cantik itu membelai wajah dan lehernya, meski dengan rahang yang mengetat. Semakin lama, pria itu jelas tidak bisa menahan untuk bereaksi pada sentuhan Sandra. Akibatnya, kini lelaki tampan itu malah menikmati permainan jari-jari lentik wanita di dekapannya.

“Kamu tampan sekali, seperti pangeran.” Wajah Sandra kini sangat dekat dengan wajah Aldric.

Sandra terdiam, lalu menggeleng perlahan. Ia juga mengerutkan dahi sambil tetap meneliti wajah Aldric. Ia seperti pernah melihat wajah tampan ini. Tapi di mana? Kenapa otaknya susah sekali berpikir?

Aldric yang melihat itu lantas bertanya, “Kenapa?”

Sandra tertawa renyah, sebelum menjawab, “Wajahmu terlihat tidak asing di mataku. Siapa kamu sebenarnya? Kenapa kamu muncul di mimpiku?” Ia kembali tersenyum manis kepada Aldric.

“Teruslah bermimpi, Sandra. Aku akan membawamu ke nirwana tertinggi,” bisik Aldric yang akhirnya mengalah pada hasrat lelakinya yang terlanjur tersulut.

Kamar mewah itu menjadi saksi bagaimana Aldric dan Sandra menyatukan diri mereka. Lelaki yang bersama Sandra itu terkejut saat ia mendapati wanita yang bersamanya ini ternyata masih belum tersentuh. 

Sandra menyunggingkan senyum pada pria yang barusan berbagi kehangatan dengannya, kemudian ia menutup mata. Meski lelah, ia merasa bahagia, karena ia bersama pria tampan bak pangeran yang datang ke mimpinya dan bercumbu dengannya.

Sementara itu, Aldric memperhatikan Sandra yang tertidur dengan napas teratur serta senyum terukir di wajahnya.

‘Selamat malam, Sandra. Besok pagi kamu akan menjerit mengetahui ini bukanlah mimpi.’

***

Pagi harinya, Aldric terbangun lebih dulu. Ia menatap wajah polos di sampingnya yang masih tertidur dengan napas teratur. Pemandangan pagi hari yang menyenangkan hati. Lelaki tampan itu menyeringai membayangkan permainannya semalam. Ia lalu bangkit, masuk ke kamar mandi dan membilas tubuhnya.

Sebelum sempat berpakaian, bel kamarnya berbunyi. Aldric tau, pasti Marvin yang datang. Dengan hanya berbalut handuk yang menutupi bagian bawah tubuh, Aldric membuka pintu dan mempersilahkan asisten pribadinya tersebut masuk.

“Pengawal di depan pintu mengatakan, wanita itu tetap berada di kamar ini semalaman.”

Aldric merespon pernyataan asistennya dengan mengendikkan dagu pada tempat tidur. Ia melihat kekhawatiran di wajah Marvin. Namun entah mengapa, ia tidak merasa bersalah sedikitpun mengurung Sandra semalaman di kamarnya.

“Dia masih tidur?” Marvin menatap Sandra yang hanya terlihat bagian kepala saja karena tubuhnya tertutup rapat oleh selimut.

“Hem.” Adric menjawab singkat.

“Lalu bagaimana, Tuan?”

“Lakukan seperti biasa.”

                                           

Komen (2)
goodnovel comment avatar
FR3Y GG
haduuhhh kasian sandra
goodnovel comment avatar
greenhulk
wah gawat nih si aldric
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status