Share

Dimana nurani

"Muka kau kenapa merah gitu, Tih? Abis berantem?" tanya Mbak Nadia saat meliatku. Setelah seharian bekerja dengan gaji 50ribu rupiah. Aku menjemput Raka di rumah ibuku.

"Iya. Abis berantem sama anjink," ucapku asal.

"Anjink? Maksudmu Prasetyo?"

Lah kok dia tahu?

Aku mengangguk pelan.

"Sialan! Mau aku bantu pecahkan kepala dia itu, Tih? Biar tahu rasa!"

"Kepala siapa yang mau kalian pecahkan?"

Kami berdua terkejut. Ibu mendengar ucapan Mbak Nadia. Aku langsung menatapnya mengisyaratkan bahwa dia tidak boleh bercerita apapun pada ibu.

"Kepala anjink, bu.. " saut Mbak Nadia dengan santai. Aku menghela nafas lega.

"Nggak ada kerjaan kalian, mau mecahkan kepala anjink."

"Raka mana, bu?"

"Ada. Abis mandi langsung tidur dia. Tega kamu ninggalin anak seharian. Nggak kasihan sama Raka," sungut ibuku.

"Ratih kerja, bu.. "

"Buat apa? Gaji suami kamu kurang? Ya, seharusnya kerja dirumah aja minta modalin bikin usaha kelontong. Biar anakmu tetap keurus."

Aku diam saja. Entah harus me
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status