Share

5. Tawaran Ibu Susu

Author: A. Rietha
last update Last Updated: 2025-04-21 18:18:50

Miranti kembali mengecek pesan w******p di HP-nya. Meyakinkan sekali lagi kalau ia sudah berada di alamat yang benar.

Sekeluar dari rumah sakit, Bu Sinta mengenalkannya kepada Bu Kanti, seorang agensi penyalur wet nurse eksklusif bagi keluarga kaya.

Miranti sangat bersyukur karena ASI-nya yang melimpah bisa memberikan jalan keluar untuk masalah finansial yang kini tengah membelitnya. Asalkan tidak menjual dirinya, Miranti rela melakukan apa saja yang menghasilkan uang.

Mianti menekan tombol intercom yang terdapat di gerbang rumah mewah berlantai dua itu. Menurut Bu Kanti, Miranti harus menemui seorang bernama Maharini, yang tinggal di rumah mewah ini.

”Ya, mencari siapa?” tanya seseorang melalui intercom.

”Saya Miranti, saya ada janji dengan Ibu Maharini,” jawab Miranti.

Tak menunggu berapa lama, gerbang rumah mewah itu pun terbuka. Seorang laki-laki mengenakan seragam satpam membukakan pintu untuknya.

”Bu Rini sudah menunggu di dalam,” ujar singkat satpam itu pada Miranti.

Miranti mengikuti langkah satpam itu melintasi halaman depan yang tertutup paving. Rumah yang asri dan nyaman karena tamannya dipenuhi tanaman dan rumput yang menghijau.

Miranti menunggu beberapa saat di ruang tamu, saat seorang wanita paruh baya turun dari lantai dua dengan wajah ramah dan penuh senyum berjalan anggun ke arahnya.

”Miranti Anandari?” sapa wanita paruh baya itu sambil menjabat tangan Miranti hangat.

Miranti menyambut tangan wanita itu dan menyebutkan namanya kembali dengan hormat.

”Benar, Nyonya, saya Miranti. Saya wet nurse yang akan bekerja di sini.”

”Tidak perlu terlalu formal begitu, lagipula saya bukan Nyonya rumah ini. Panggil saja Bu Rini,” jawab wanita itu yang membuat Miranti bisa merasa nyaman.

”Kamu membawa hasil tes kesehatan dan dokumen lain seperti yang saya minta?” tanya Maharini.

Miranti mengangguk cepat, merogoh tasnya dan mengeluarkan amplop berisi hasil tes kesehatannya dan dokumen resmi dari agensinya.

”Sudah saya bawa, Bu Rini. Semua lengkap seperti yang diminta.”

Maharini menerima amplop itu dengan senyum yang tak lepas dari wajahnya. Matanya dengan cekatan memeriksa dokumen-dokumen di dalamnya.

”Bagus sekali, semuanya lengkap. Kalau boleh tahu, kenapa kamu tertarik menjadi wet nurse, Miranti?”

”Sejujurnya, Bu, saya membutuhkan penghasilan yang memadai. Saya tidak punya pekerjaan tetap saat ini dan kebutuhan finansial saya juga tidak sedikit. Kebetulan ASI saya melimpah... sayang kalau tidak dimanfaatkan.”

”Oh, begitu,” Maharini mengangguk paham.

Maharini kembali menekuni dokumen pribadi Miranti. Sesekali ia melirik Miranti dan menganggukkan kepalanya.

”Hasil tes kesehatanmu juga bagus. Tidak ada penyakit menular dan juga bebas dari obat-obatan terlarang. Hanya saja ada keterangan kalau kamu menderita defisiansi vitamin D.”

Miranti semakin berdebar. Ia takut kalau masalah itu membuatnya kehilangan tawaran pekerjaan yang menggiurkan itu.

”Tapi itu bukan masalah besar. Asalkan ASI-mu kualitasnya bagus, itu bukan menjadi masalah besar bagi saya. Tapi kamu tahu bahwa pekerjaan ini tidak sesederhana kedengarannya, kan? Keluarga ini sangat selektif. Apalagi wet nurse untuk bayi yang umurnya baru beberapa minggu.”

”Bu Kanti sudah menjelaskan semuanya, Bu,” jawab Miranti cepat, ”Saya siap dengan semua persyaratannya.”

Bu Rini tersenyum lembut. Rasa puas terpancar dari wajahnya.

”Bagus. Bianca, bayi yang akan kamu susui, adalah cucu saya satu-satunya. Dan ayah Bianca juga sangat protektif.”

Miranti merasa tenggorokannya mengering. Ia merasa majikannya memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap dirinya. Dan itu membuat Miranti takut tidak bisa memenuhi ekspektasi mereka.

”Boleh saya tahu... kenapa bayinya membutuhkan wet nurse, Bu? Apa ibunya tidak bisa menyusui?”

Ekspresi Maharini berubah sendu. Ia tersenyum samar saat mulai bercerita.

”Karina, anak saya, meninggal saat melahirkan beberapa minggu lalu. Bianca juga intoleran dengan susu formula. Selama ini kami mendapatkan suplai ASI dari rumah sakit, tapi kurang efektif karena semakin besar, Binca membutuhkan ASI lebih banyak. Makanya, aku menawarkan jasa wet nurse pada ayah Bianca. Semula ia menolak tentu saja. Tapi, demi Bianca akhirnya ia setuju.”

”Jadi, tugas kamu bukan hanya memberi ASI, tapi juga kasih sayang,” lanjut Maharini, ”Aku harap kau bisa menyayangi Bianca seperti anakmu sendiri. Oh, ya, bagaimana dengan anakmu?”

Miranti menggigit bibirnya. Kalau Bianca kehilangan ibunya, Miranti justru kehilangan bayinya.

”Bayi saya meninggal beberapa jam setelah lahir, Bu,” bisik Miranti lirih.

”Oh, maaf, aku tidak tahu. Aku turut berduka untuk anakmu, ya. Sekarang ia pasti sudah sangat bahagia di surga. Bagaimana kalau sekarang aku menunjukkan kamar dan memperkenalkanmu pada si kecil Bianca? Mari kut saya!” ajak Maharini kepada Miranti.

Maharini bangkit dari kursinya dan melangkah menuju lantai dua. Miranti mengikuti langkah Maharini menapaki tangga melingkar yang menghubungkan lantai satu dengan lantai dua.

Mereka kemudian menuju lorong sebelah kanan dan berhenti di depan pintu putih yang dihiasi gambar peri dan rumah jamurnya.

”Bianca baru saja tidur setelah berjam-jam digendong. Bianca selalu rewel jika waktunya tidur,” bisik Maharini sambil membuka pintu dengan hati-hati.

Tak mau bayi yang tidur itu terganggu, Miranti sampai berjinjit. Ia tak mau bayi itu terganggu dan menangis karena suara langkah kakinya.

Miranti mengikuti Maharini memasuki kamar bayi dengan hati-hati. Ruangan itu bernuansa pastel dengan warna-warna lembut. Di tengah ruangan terdapat box bayi mewah dengan kelambu tipis menggantung di atasnya.

”Ini Bianca,” bisik Maharini sambil menunjuk bayi mungil yang tertidur pulas.

Wajah Bianca terlihat damai, dengan napas teratur yang membuat dadanya naik turun perlahan.

Miranti mendekat dengan hati-hati, matanya terpaku pada sosok kecil yang cantik, tapi kelihatan rapuh. Ia memicingkan matanya, rasanya ia pernah melihat bayi mungil itu. Mungkinkah?

”Dia cantik sekali,” bisik Miranti.

”Turunan dari kedua orang tuanya yang sama-sama goodlooking,” seloroh Maharini, membuat suasana cair supaya Miranti tidak terlihat tegang.

Miranti tersenyum mendengar gurauan tipis Maharini. Perempuan setengah baya itu terlihat ramah dan suka bercanda.

Miranti menatap Bianca sekali lagi, memutar memori saat ia melihat bayi itu. Dalam sekejap Miranti langsung jatuh hati pada bayi mungil itu. Miranti sangat ingin menggendong dan menimang Bianca yang tengah pulas. Sekuat tenaga Miranti menahan keinginannya itu. Ia tak mau dianggap tak tahu tata krama.

”Wet nurse-nya sudah datang?”

Suara berat laki-laki membuat Miranti menoleh ke arah pintu. Saat Miranti melihat laki-laki tegap yang mematung di ambang pintu, ia terkesiap. Kedua matanya membola tak percaya.

”Adrian Himawan?!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Maria Josepha Sahli
Lanjut Sistakuh...... .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   6. Pertemuan Tak Terduga

    Adrian menegetuk-ngetukkan jari di atas meja kerjanya. Pertemuan yang sangat tidak ia duga. Setelah lima tahun, ia bertemu kembali dengan Miranti. Meskipun sudah lima tahun berlalu, tapi Adrian tak akan pernah melupakan wajah ayu itu.Adrian memang tidak salah mengenali. Perempuan yang hampir ditabraknya di lorong rumah sakit waktu itu memang Miranti. Dan sekarang ia kembali dipertemukan dengan Miranti yang bekerja sebagai wet nurse bagi anaknya.Pintu ruang kerjanya terbuka dan sosok Miranti masuk ke dalam ruang kerja yang terletak di seberang kamar Bianca. Adrian memandangi Miranti yang terlihat kurus.Garis wajahnya masih sama seperti yang ia ingat, namun ada sesuatu yang berbeda. Miranti yang lima tahun lalu terlihat ceria, sekarang tampak murung dan sayu.”Silakan duduk!” kata Adrian, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tak beraturan.Miranti mengangguk pelan sambil duduk di hadapan Adrian. Tangannya saling meremas di pangku

    Last Updated : 2025-04-30
  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   7. Sentuhan Lembut

    Suara Bianca yang menangis keras terdengar jelas dari dalam ruang kerja Adrian. Membuat laki-laki tiga puluh tahun itu melesat secepat kilat menuju kamar Bianca.Miranti mengikut di belakangnya. Tak ada orang di dalam kamar Bianca saat mereka berdua tiba di kamar itu. Mungkin Maharini sedang ke lantai bawah. Jadi, tidak mendengar saat bayi itu menangis.”Ya Tuhan, Bianca, ada apa, Sayang?” Adrian berusaha menenangkan putrinya.Adrian membuka kelambu yang menutup ranjang bayinya. Ia ingin menggendong untuk menenangkan Bianca, tapi tanganya terlihat kaku. Ia tak tahu bagaimana harus mengangkat bayinya dari dalam box.”Biar aku saja,” ujar Miranti mengambil alih.Miranti mengangkat tubuh mungil yang wajahnya merah padam itu ke dalam pelukannya. Tangisan Bianca tidak mereda, malah semakin keras. Diayunnya bayi mungil supaya sedikit tenang.”Sepertinya dia lapar, Pak,” ujar Miranti, ”susunya di mana?&rdqu

    Last Updated : 2025-05-01
  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   8. Kos Baru

    Siang itu Miranti berjalan menyusuri trotoar, lalu membelok ke gang sempit yang dimaksud dalam petunjuk alamat di ponselnya.Kemarin Miranti sudah bersepakat dengan Adrian. Miranti akan tetap menjadi wet nurse bagi Bianca, tetapi dengan syarat ia tidak tinggal di rumah majikannya.Syarat yang nyaris mustahil untuk wet nurse pada umumnya, tapi Miranti bersikeras bahwa itu yang terbaik untuk mereka saat ini. Dan kini, ia harus segera menemukan tempat tinggal baru.Gang yang dilewati Miranti cukup lebar, dengan tembok tinggi di salah satu sisinya. Rumah dengan berbagai bentuk dan ukuran berjajar di sisi kiri jalan. Namun, berbagai aroma bercampur aduk. Goreng-gorengan, air cucian, dan sampah yang belum diangkut.Miranti memeriksa kembali alamat yang tertera di ponselnya sambil berjalan perlahan. Jarak dari rumah Adrian memang tidak jauh, kurang dari 500 meter. Dengan berjalan kaki pun tak akan memakan waktu lebih dari sepuluh menit.”Ini dia,&rd

    Last Updated : 2025-05-02
  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   9. Bapak Kos yang Genit

    Miranti membuang napas berat. Jantungnya berdegup kencang, ia belum siap menghadapi siapa pun saat ini, apalagi jika itu adalah bapak kosnya. Tapi orang yang sangat ia hindari pagi-pagi begini sudah berdiri di dekat tangga.”Miranti? Kau sudah datang?” terdengar suara Darto yang terdengar tidak merdu di telinga Miranti.Mau tak mau Miranti melangkah sambil menyeret kopernya. Kardusnya ia tinggal di ujung lorong.”Wah, ternyata sudah sampai ya. Cepat sekali,” ujar Darto, matanya menelusuri sosok Miranti dari atas ke bawah. ”Tidak bilang-bilang dulu kalau mau datang pagi-pagi begini.”’Dan kau malah sudah stand by di sini pagi-pagi sekali’ gerutu Miranti dalam hati.Darto melangkah mendekati Miranti. Diambilnya koper dari tangan Miranti bermaksud membawakannya ke atas.”Biar kubantu. Koper ini pasti berat untuk wanita secantik kamu,” kata Darto sambil mengangkat koper dan meletakkanny

    Last Updated : 2025-05-03
  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   10. Bianca yang Rewel

    Pukul enam pagi, Miranti sudah berdiri di depan pintu gerbang rumah Adrian. Ia menekan bel interkom. Hari ini adalah hari pertamanya secara resmi sebagai ibu susu untuk Bianca.”Siapa?” terdengar suara lelaki dari interkom.”Saya Miranti, pengasuh Bianca,” jawabnya.Pintu gerbang terbuka secara otomatis. Miranti melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Bianca. Di sana melihat Asti, pengasuh Bianca, yang menatapnya dengan wajah lelah. Kantung hitam terlihat jelas di bawah matanya.”Pagi sekali, Mbak,” sapa Asti.”Selamat pagi, Asti. Pak Adrian meminta saya datang pagi,” balas Miranti.”Pak Adrian baru saja berangkat. Ada meeting pagi katanya,” balas Asti yang menggendong Bianca.Asti mengayun Bianca yang terlihat rewel. Bayi mungil itu menangis dengan suara lemah, wajahnya memerah.”Bagaimana tadi malam?” tanya Miranti, mendekati Asti yang sedan

    Last Updated : 2025-05-04
  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   1. Kehilangan

    ”Bu Miranti, bayi Ibu semakin kritis. Dokter meminta ibu ke ruang bayi sekarang!” ujar Suster Hayati yang membangunkan Miranti.”Kritis? Maksudnya bagaimana, Sus?” tanya Miranti panik seraya turun dari atas ranjang.Suster Hayati menggigit bibirnya, ”Maaf Bu, tapi detak jantungnya semakin melemah. Saturasi oksigennya juga turun drastis. Dokter kami sedang berusaha melakukan yang terbaik. Namun, meminta Ibu segera datang.””Ya Allah, jangan ambil anakku. Dia satu-satunya yang aku miliki,” isak Miranti sambil berpegangan pada dinding koridor.”Tenang, Bu. Mari saya bantu,” kata Suster Hayati sambil meraih lengan Miranti, ”Kita harus cepat.”Miranti masih mematung. Dadanya begitu sesak membayangkan anak semata wayangnya tersiksa karena penyakit yang ia derita.Beberapa jam lalu, Miranti baru saja menyelesaikan persalinan anaknya, sendirian tanpa ditemani oleh siapapun, bahkan oleh Rino, suaminya sendiri. Suaminya itu pergi tanpa kabar, bahkan sampai saat ini, ketika Miranti berjuang bert

    Last Updated : 2025-04-21
  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   2. Suami Bejat

    Miranti duduk di halte bus yang ada di depan rumah sakit. Ia memeluk tote bag besar di depan dada untuk menutupi bekas rembesan air susunya.Miranti melirik jam tangannya, sudah lewat tengah hari. Diteguknya air mineral hingga habis setengah botol untuk membasahi kerongkongannya yang kering.Andai saja motornya masih ada, tentu ia tak harus menunggu bus yang biasanya penuh sesak siang-sing begini.Sayangnya, motor satu-satunya sudah digadaikan Rino untuk membayar utang. Sekarang pun Miranti tak tahu ke mana Rino pergi.Hampir sebulan lalu, Rino minggat setelah mereka bertengkar hebat. Miranti sudah mencarinya di tempat kerja, tapi Rino ternyata sudah tidak bekerja di sana lagi.Masalah ekonomi memang kerap membuat Miranti dan Rino bertengkar. Gaji Rino sebagai satpam di sebuah tempat karaoke tak bisa menutup semua kebutuhan. Apalagi semenjak hamil Miranti juga tidak bekerja karena selama kehamilan trimester pertama, ia kerap muntah dan lemas.Layar ponsel menyala, menampilkan nama ”Bu

    Last Updated : 2025-04-21
  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   3. Jeratan Utang

    Miranti menatap seisi kamar kontrakannya dengan tatapan kosong. Tasnya ia lemparkan ke atas kasur.Minggu yang lalu Miranti membawa pulang bayinya yang sudah tidak bernyawa. Saat itu Miranti tak tahu harus menguburkan bayinya di mana. Ia harus mengucapkan terima kasih pada Bu Sinta, kosbasnya yang sangat baik hati. Miranti dapat memakamkan bayinya dengan layak berkat Bu Sinta.Sekarang ia harus menerima kenyataan suaminya tak mau lagi hidup bersamanya. Rino lebih memilih bersama wanita lain daripada memperbaiki rumah tangga mereka.”Kuat, Mir. Kamu harus kuat,” bisiknya pada diri sendiri. Memberikan afirmasi positif untuk dirinya sendiri meski tidak mudah.Miranti terenyak saat ponselnya berbunyi. Ia mengira ada pesan dari Rino. Dengan malas Miranti meraih ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk.Ternyata tidak seperti yang ia duga, notifikasi pesan kali ini isinya sama dengan puluhan pesan dan panggilan tak terjawab yang masuk beberapa minggu terakhir. Miranti menggigit bibi

    Last Updated : 2025-04-21

Latest chapter

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   10. Bianca yang Rewel

    Pukul enam pagi, Miranti sudah berdiri di depan pintu gerbang rumah Adrian. Ia menekan bel interkom. Hari ini adalah hari pertamanya secara resmi sebagai ibu susu untuk Bianca.”Siapa?” terdengar suara lelaki dari interkom.”Saya Miranti, pengasuh Bianca,” jawabnya.Pintu gerbang terbuka secara otomatis. Miranti melangkah masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Bianca. Di sana melihat Asti, pengasuh Bianca, yang menatapnya dengan wajah lelah. Kantung hitam terlihat jelas di bawah matanya.”Pagi sekali, Mbak,” sapa Asti.”Selamat pagi, Asti. Pak Adrian meminta saya datang pagi,” balas Miranti.”Pak Adrian baru saja berangkat. Ada meeting pagi katanya,” balas Asti yang menggendong Bianca.Asti mengayun Bianca yang terlihat rewel. Bayi mungil itu menangis dengan suara lemah, wajahnya memerah.”Bagaimana tadi malam?” tanya Miranti, mendekati Asti yang sedan

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   9. Bapak Kos yang Genit

    Miranti membuang napas berat. Jantungnya berdegup kencang, ia belum siap menghadapi siapa pun saat ini, apalagi jika itu adalah bapak kosnya. Tapi orang yang sangat ia hindari pagi-pagi begini sudah berdiri di dekat tangga.”Miranti? Kau sudah datang?” terdengar suara Darto yang terdengar tidak merdu di telinga Miranti.Mau tak mau Miranti melangkah sambil menyeret kopernya. Kardusnya ia tinggal di ujung lorong.”Wah, ternyata sudah sampai ya. Cepat sekali,” ujar Darto, matanya menelusuri sosok Miranti dari atas ke bawah. ”Tidak bilang-bilang dulu kalau mau datang pagi-pagi begini.”’Dan kau malah sudah stand by di sini pagi-pagi sekali’ gerutu Miranti dalam hati.Darto melangkah mendekati Miranti. Diambilnya koper dari tangan Miranti bermaksud membawakannya ke atas.”Biar kubantu. Koper ini pasti berat untuk wanita secantik kamu,” kata Darto sambil mengangkat koper dan meletakkanny

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   8. Kos Baru

    Siang itu Miranti berjalan menyusuri trotoar, lalu membelok ke gang sempit yang dimaksud dalam petunjuk alamat di ponselnya.Kemarin Miranti sudah bersepakat dengan Adrian. Miranti akan tetap menjadi wet nurse bagi Bianca, tetapi dengan syarat ia tidak tinggal di rumah majikannya.Syarat yang nyaris mustahil untuk wet nurse pada umumnya, tapi Miranti bersikeras bahwa itu yang terbaik untuk mereka saat ini. Dan kini, ia harus segera menemukan tempat tinggal baru.Gang yang dilewati Miranti cukup lebar, dengan tembok tinggi di salah satu sisinya. Rumah dengan berbagai bentuk dan ukuran berjajar di sisi kiri jalan. Namun, berbagai aroma bercampur aduk. Goreng-gorengan, air cucian, dan sampah yang belum diangkut.Miranti memeriksa kembali alamat yang tertera di ponselnya sambil berjalan perlahan. Jarak dari rumah Adrian memang tidak jauh, kurang dari 500 meter. Dengan berjalan kaki pun tak akan memakan waktu lebih dari sepuluh menit.”Ini dia,&rd

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   7. Sentuhan Lembut

    Suara Bianca yang menangis keras terdengar jelas dari dalam ruang kerja Adrian. Membuat laki-laki tiga puluh tahun itu melesat secepat kilat menuju kamar Bianca.Miranti mengikut di belakangnya. Tak ada orang di dalam kamar Bianca saat mereka berdua tiba di kamar itu. Mungkin Maharini sedang ke lantai bawah. Jadi, tidak mendengar saat bayi itu menangis.”Ya Tuhan, Bianca, ada apa, Sayang?” Adrian berusaha menenangkan putrinya.Adrian membuka kelambu yang menutup ranjang bayinya. Ia ingin menggendong untuk menenangkan Bianca, tapi tanganya terlihat kaku. Ia tak tahu bagaimana harus mengangkat bayinya dari dalam box.”Biar aku saja,” ujar Miranti mengambil alih.Miranti mengangkat tubuh mungil yang wajahnya merah padam itu ke dalam pelukannya. Tangisan Bianca tidak mereda, malah semakin keras. Diayunnya bayi mungil supaya sedikit tenang.”Sepertinya dia lapar, Pak,” ujar Miranti, ”susunya di mana?&rdqu

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   6. Pertemuan Tak Terduga

    Adrian menegetuk-ngetukkan jari di atas meja kerjanya. Pertemuan yang sangat tidak ia duga. Setelah lima tahun, ia bertemu kembali dengan Miranti. Meskipun sudah lima tahun berlalu, tapi Adrian tak akan pernah melupakan wajah ayu itu.Adrian memang tidak salah mengenali. Perempuan yang hampir ditabraknya di lorong rumah sakit waktu itu memang Miranti. Dan sekarang ia kembali dipertemukan dengan Miranti yang bekerja sebagai wet nurse bagi anaknya.Pintu ruang kerjanya terbuka dan sosok Miranti masuk ke dalam ruang kerja yang terletak di seberang kamar Bianca. Adrian memandangi Miranti yang terlihat kurus.Garis wajahnya masih sama seperti yang ia ingat, namun ada sesuatu yang berbeda. Miranti yang lima tahun lalu terlihat ceria, sekarang tampak murung dan sayu.”Silakan duduk!” kata Adrian, berusaha menenangkan detak jantungnya yang tak beraturan.Miranti mengangguk pelan sambil duduk di hadapan Adrian. Tangannya saling meremas di pangku

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   5. Tawaran Ibu Susu

    Miranti kembali mengecek pesan whatsapp di HP-nya. Meyakinkan sekali lagi kalau ia sudah berada di alamat yang benar.Sekeluar dari rumah sakit, Bu Sinta mengenalkannya kepada Bu Kanti, seorang agensi penyalur wet nurse eksklusif bagi keluarga kaya.Miranti sangat bersyukur karena ASI-nya yang melimpah bisa memberikan jalan keluar untuk masalah finansial yang kini tengah membelitnya. Asalkan tidak menjual dirinya, Miranti rela melakukan apa saja yang menghasilkan uang.Mianti menekan tombol intercom yang terdapat di gerbang rumah mewah berlantai dua itu. Menurut Bu Kanti, Miranti harus menemui seorang bernama Maharini, yang tinggal di rumah mewah ini.”Ya, mencari siapa?” tanya seseorang melalui intercom.”Saya Miranti, saya ada janji dengan Ibu Maharini,” jawab Miranti.Tak menunggu berapa lama, gerbang rumah mewah itu pun terbuka. Seorang laki-laki mengenakan seragam satpam membukakan pintu untuknya.”Bu Rini sudah menunggu di dalam,” ujar singkat satpam itu pada Miranti.Miranti me

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   4. Nyawa yang Berharga

    Miranti mengeluh pelan. Kepalanya terasa berat. Miranti mendengar berbagai suara, tapi tidak bisa mencerna kata-katanya.Miranti mencoba membuka mata, tapi kelopak matanya terasa berat. Tubuhnya ringan seperti mengambang di antara sadar dan tidak, seperti terapung di permukaan air yang perlahan menariknya ke bawah.Apa aku sudah mati? Tapi kenapa aku masih bisa mendengar?Pertanyaan itu melintas dalam benaknya yang berkabut. Bukankah seharusnya semuanya sudah berakhir?”...Tidak mungkin... apa yang dipikirkannya...”Suara-suara di sekitarnya semakin jelas. Miranti melenguh pelan. Lengan kirinya berdenyut-denyut nyeri. Ia berusaha menggerakkan jari-jarinya, merasakan sensasi aneh di punggung tangannya.Dengan usaha yang luar biasa, Miranti akhirnya membuka mata. Pandangannya kabur, hanya menangkap bayangan-bayangan dan sinar lampu yang terlalu terang. Ia mengangkat tangannya yang terasa berat.Selang infus. Kalau begitu, ia masih hidup?”Sudah sadar rupanya?”Suara itu—tajam dan gemeta

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   3. Jeratan Utang

    Miranti menatap seisi kamar kontrakannya dengan tatapan kosong. Tasnya ia lemparkan ke atas kasur.Minggu yang lalu Miranti membawa pulang bayinya yang sudah tidak bernyawa. Saat itu Miranti tak tahu harus menguburkan bayinya di mana. Ia harus mengucapkan terima kasih pada Bu Sinta, kosbasnya yang sangat baik hati. Miranti dapat memakamkan bayinya dengan layak berkat Bu Sinta.Sekarang ia harus menerima kenyataan suaminya tak mau lagi hidup bersamanya. Rino lebih memilih bersama wanita lain daripada memperbaiki rumah tangga mereka.”Kuat, Mir. Kamu harus kuat,” bisiknya pada diri sendiri. Memberikan afirmasi positif untuk dirinya sendiri meski tidak mudah.Miranti terenyak saat ponselnya berbunyi. Ia mengira ada pesan dari Rino. Dengan malas Miranti meraih ponselnya dan membaca pesan yang baru saja masuk.Ternyata tidak seperti yang ia duga, notifikasi pesan kali ini isinya sama dengan puluhan pesan dan panggilan tak terjawab yang masuk beberapa minggu terakhir. Miranti menggigit bibi

  • CINTA TERLARANG SANG IBU SUSU   2. Suami Bejat

    Miranti duduk di halte bus yang ada di depan rumah sakit. Ia memeluk tote bag besar di depan dada untuk menutupi bekas rembesan air susunya.Miranti melirik jam tangannya, sudah lewat tengah hari. Diteguknya air mineral hingga habis setengah botol untuk membasahi kerongkongannya yang kering.Andai saja motornya masih ada, tentu ia tak harus menunggu bus yang biasanya penuh sesak siang-sing begini.Sayangnya, motor satu-satunya sudah digadaikan Rino untuk membayar utang. Sekarang pun Miranti tak tahu ke mana Rino pergi.Hampir sebulan lalu, Rino minggat setelah mereka bertengkar hebat. Miranti sudah mencarinya di tempat kerja, tapi Rino ternyata sudah tidak bekerja di sana lagi.Masalah ekonomi memang kerap membuat Miranti dan Rino bertengkar. Gaji Rino sebagai satpam di sebuah tempat karaoke tak bisa menutup semua kebutuhan. Apalagi semenjak hamil Miranti juga tidak bekerja karena selama kehamilan trimester pertama, ia kerap muntah dan lemas.Layar ponsel menyala, menampilkan nama ”Bu

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status