terima kasih sudah membaca cerita ini :)
Shenna kembali duduk di kursi kerjanya setelah selesai menikmati sarapan paginya di kantin perusahaan. Perempuan itu melanjutkan pekerjaannya yang tertunda, sedangkan Arga tengah keluar entah ke mana. Namun pria itu dengan sengaja memberikan banyak pekerjaan yang menumpuk untuk perempuan itu. Rasanya Shenna ingin membanting tumpkan kertas ini karena sudah mempersulit hidupnya. Namun perempuan itu adalah Shenna, ia tetap mengerjakan pekerjaan itu meskipun mulutnya tidak berhenti mengoceh sambil merutuki sikap Arga yang seenak jidat memberikannya pekerjaan sebanyak ini. Saat ini tangan Shenna tidak berhenti mengecek satu per satu laporan bulanan perusahaan ini, fokusnya sama sekali tidak teralihkan pada apapun selain kertas-kertas itu. * Shenna baru menyelesaikan semua pekerjaannya pukul setengah lima sore, ia bahkan memilih untuk tidak makan siang meskipun rasanya sangat lapar. Arga benar-benar harus berterima kasih padanya karena merelakan banyak waktunya untuk mengerjakan semua
Belakangan ini, pekerjaan Shenna di kantor sangat menumpuk. Bahkan perempuan itu sangat jarang memegang ponselnya, ia tidak sempat memberi kabar pada sang kekasih selama beberapa hari ini. Karena lembur sudah menjadi rutinitasnya selama beberapa hari, bahkan perempuan itu tidak bertukar pesan dengan sahabatnya juga. Besok sudah hari sabtu, hari di mana Shenna dan kekasihnya akan dinner bersama keluarga sang pacar. Rasanya sedikit membuat Shenna merasa gugup, terlebih ia sudah jarang bertemu dengan kedua orang tua kekasihnya. Setelah menyelesaikan laporan yang di tugaskan oleh Arga, perempuan itu mengambil ponselnya setelah mendapat notif chat dari seseorang. Shenna akhirnya memiliki waktu untuk mengecek ponselnya setelah menyibukkan diri dengan pekerjaan yang sangat banyak ini. Kevin: “Sayang, besok kamu mau pakai baju apa? Biar bisa samaan” Shenna: “Kevin, huhuhu” Shenna: “Aku sibuk banget belakangan ini, ga sadar besok udah sabtu aja ☹” Kevin: “Hahaha, iya yaaa. Waktu emang c
Dalam perjalanan menuju ke kantor, Shenna memainkan jari-jari tangannya, berharap Arga melajukan mobilnya lebih kencang dari sekarang ini. “Kamu kenapa?” tanya Arga yang merasa aneh dengan sikap karyawannya sejak tadi. “Maaf pak, apa gabisa lebih cepet lagi nyetirnya?” tanya Shenna dengan sopan. Sebab jika Arga menyetir dengan santai seperti ini, maka Shenna benar-benar akan membuat keluarga Kevin menunggu lebih lama. “Loh, kenapa emangnya?” sahut Arga tanpa menoleh. “Saya ada janji malam ini pak, jadi saya harus cepet-cepet pulang” balas Shenna jujur. “Bukannya saya gamau, tapi saya gabisa. Masalahnya saya bukan hanya akan mempertaruhkan nyawa kamu saja, tapi nyawa saja sendiri juga. Mendingan pelan-pelan tapi pasti sampai tempat tujuan dengan selamat” balas Arga sangat tidak mengerti kondisi yang terjadi. “Atau apa boleh saya turun di sini saja? saya mau naik taxi aja kalau gitu” ujar Shenna penuh harapan. Arga menggelengkan kepalanya dengan cepat, “Kamu pergi sama saya, jadi
Seharian ini Shenna menghabiskan waktu liburnya dengan berkencan bersama kekasihnya. Mereka menghabiskan waktu berdua untuk melepas lelah setelah tidak bertemu selama seminggu lebih. Duduk di tepi danau sambil menikmati hembusan angin yang terus menusuk kulitnya, menghabiskan waktunya untuk menceritakan bagaimana hari-harinya. Sekarang dua manusia itu sedang duduk di atas sofa, Shenna menghabiskan cemilannya sambil meletakkan kepalanya di atas paha Kevin. Mereka menonton film kartun sejak pagi hingga sore hari, membiarkan ponselnya dalam keadaan mati karena tak mau mendapat gangguang dari orang lain. Hari ini akan menjadi hari mereka, hari yang hanya mereka habiskan untuk mereka saja. “Bosen ga?” tanya Shenna tiba-tiba, Kevin yang sedang memfokuskan pandangannya pada layar di depan lalu menoleh pada sang kekasih. “Engga kok, kenapa? Kamu bosen ya?” sahut Kevin sekaligus memberikan pertanyaan serupa. Shenna menggeleng cepat, bahkan jika hari-harinya hanya dihabiskan bersama Kevin,
Shenna terbangun dari tidurnya yang sangat nyenyak, sentuhan Kevin yang lembut masih terasa hingga sekarang. Perempuan itu mengelus rambutnya tepat seperti apa yang Kevin lakukan kemarin malam. Shenna keluar dari kamarnya, mencari-cari di mana keberadaan kekasihnya yang ia suruh menginap semalam. “Vin…” panggilnya namun tidak mendapat sahutan. Shenna mencoba untuk mencari laki-laki itu di dapur, namun tidak ada siapa-siapa di sana. “Vin..” panggilnya lagi lebih keras dari sebelumnya. Namun usaha Shenna untuk mencari keberadaan kekasihnya sia-sia, ia merasa yakin bahwa laki-laki itu pasti sudah pulang ke rumahnya. Saat perempuan itu ingin mengambil minuman, Shenna menatap kotak yang ada di atas meja. Bukankah kemarin mereka sudah membersihkan meja makan? Karena penasaran, perempuan itu lalu mendekat. Ia menatap sepucuk kertas yang ada di atas kotak itu, “Apa nih?” ujarnya dalam hati. Shenna lalu mengambil kertas itu, membaca pesan di dalamnya lalu tersenyum lebar. Kevin selalu ber
Damar dan Tiara baru saja masuk ke Gramedia yang ada di mall besar kota ini. Dengan pakaian santai dan terlihat sangat serasi, keduanya melangkahkan kaki beriringan. Tiara sedang mencari novel yang baru di rilis oleh penulis kesayangannya, Damar ada untuk menemani perempuan kecil itu. Wajah Tiara terlihat lebih cerah ketika perempuan itu menemukan sampul buku yang ia cari-cari. Damar memperhatikan setiap langkah perempuan itu, dia sama sekali tidak berkomentar dengan tingkah Laura yang mungkin terlihat berlebihan. Tidak terasa satu jam sudah mereka berkeliling di tempat buku yang besar itu, keduanya memilih keluar saat Tiara sudah mendapatkan buku-buku yang ia mau. “Mau ke mana habis ini?” tanya Damar berdiri di sebelah perempuan itu. “Time zone!” tunjuk Tiara pada tempat bermain yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Belum sempat menjawab ajakan perempuan itu, Tiara sudah menarik tangan Damar agar berjalan lebih cepat. Tiara terlihat seperti anak kecil yang merengek ingin b
Shenna, Tiara, Kevin, dan juga Damar sedang bersantai di kedai. Setelah selesai curhat tentang pekerjaannya, Tiara memanggil dua laki-laki itu untuk mengajak mereka liburan minggu ini. “Kemana?” tanya Kevin sambil menopang dagunya di atas meja. “Pameran. Minggu depan bakal ada pameran selama dua minggu di taman kota” sahut Tiara bersemangat. Mendapatkan persetujuan dari teman-temannya membuat Tiara tersenyum senang, perempuan itu sudah lama menantikan ajang pameran yang diadakan setahun sekali itu. Alasan Tiara ingin datang adalah karena ia mau mengunjungi stand makanan yang ada di sana, terlebih perempuan itu sudah lama menunggu acara ini. “Lo bisa kan Shen?” tanya Tiara pada perempuan itu. “Bisa dong, gua juga libur hari minggu” balas Shenna. “Tapi kalian berdua gimana sama kedai?” tanya Shenna karena sejak tadi Kevin dan Damar hanya mengangguk saja. “Gapapa, bisa di tutup dulu. Kan aku bosnya” balas Kevin dengan bangga. “Iyadeh si paling owner” sahut Tiara cepat. Ketiganya
Shenna: “Ra, bisa ketemu? Ada yang mau gua omongin” Tiara: “Bisa ra, tapi jam 8 malem gimana?” Tiara: “Gua baru sampe kosan, mau mandi dulu” Shenna: “Okedeh ra…” Shenna: “Di senjani ya” Tiara: “Okee..” * “Sayang” panggil Kevin saat melihat Shenna celingak-celinguk di depan pintu masuk. Perempuan itu melambaikan tangannya, memeluk Kevin untuk sekedar memberitahu bahwa ia cukup lelah untuk hari ini. “Sendirian aja?” tanya Kevin karena tidak ada seseorang di sekitar Shenna selain dirinya. Shenna menggelengkan kepalanya, “Janjian sama Tiara” balasnya agak lesu. “Yaudah duduk dulu sana, aku buatin ice taro kayak biasa ya?” ujar Kevin. Shenna mengikuti perintah laki-laki itu, ia memilih tempat paling ujung yang tidak berpenghuni, perempuan itu belum mengatakan apapun pada sang kekasih. Entah apa respon teman-temannya nanti, namun Shenna juga tidak bisa menolak perintah atasannya. Damar datang membawakan ice taro pada perempuan yang sedang duduk sendirian, “Tumben banget Tiara l