Shenna duduk sendirian di salah satu bangku paling pojok cafe, perempuan itu sedang menunggu kedatangan seseorang. Shenna menyeruput ice taro yang ia pesan, sudah hampir satu jam dia duduk di sini, namun laki-laki itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
Shenna terus mencoba untuk menghubungi kekasihnya, mereka berjanji akan bertemu di cafe ini pukul satu siang. Bahkan pesan yang Shenna kirim juga tidak mendapat balasan. Perempuan itu jadi cemas sendiri, sesekali kesal karena tidak mendapat kabar.
Shenna masih sabar menunggu, hingga pesan balasan masuk ke ponselnya. Dengan gerakan cepat ia membaca isi pesan tersebut, namun sayangnya balasan itu malah membuat Shenna marah.
KEVIN: "Sayang maaf, kayaknya aku engga bisa dateng. Soalnya ada acara dadakan yang engga bisa aku tinggal, maaf banget ya"
Shenna sama sekali tidak berniat membalas pesan itu, sudah cukup ia menghabiskan waktunya untuk menunggu di tempat ini. Dengan langkah kesal perempuan itu membuka pintu cafe dengan kasar, lalu berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir rapi.
Shenna tidak berjalan dengan hati-hati, perempuan itu fokus pada layar ponselnya sehingga bahunya tidak sengaja bertabrakan dengan tubuh besar di depannya.
"Duh" ringgis Shenna pelan.
Perempuan dengan mood yang sedang buruk itu tambah kesal karena orang lain menabraknya, hingga ponsel yang ada dalam genggamannya terjatuh.
"Om! kalau jalan liat-liat dong" teriak Shenna mengambil ponselnya, ia lalu mendongak menatap wajah pria itu.
"Om?" ulang pria itu lagi.
"Iya! Kenapa Om? Mau saya panggil kakek aja?" ujar Shenna ngengas, dia yang salah tapi dia yang marah.
"Sembarangan kalau ngomong! Lagian ya, kamu itu yang salah. Kalau jalan jangan main hp makannya" ujar pria itu tidak terima.
"Loh kok om nyalahin saya sih, gara-gara om ya hp saya jadi jatoh" balas Shenna berteriak.
"Pokoknya saya ga mau tahu! om harus tanggung jawab, hp saya jadi lecet"
Pria bertubuh tinggi itu hanya menatap aneh ke arah perempuan di depannya, tanpa banyak bicara pria itu langsung meninggalkan Shenna yang masih bicara.
Shenna dengan cepat mengejar pria itu, ia melempar tasnya membuat pria itu kembali menghentikan langkahnya.
"Kamu ini kenapa sih?" ujar pria itu menatap tajam ke arah Shenna.
"Ya Om, ganti rugi dong!" teriak Shenna memperlihatkan ponselnya yang retak.
"Itu salah kamu sendiri!" sahutnya datar, lalu masuk ke dalam mobil yang sudah berhenti di sebelahnya.
"Oi om! Dasar pak tua bangka! gua sumpahin tu ban mobil bocor tengah jalan" teriak Shenna dengan suara melengkingnya.
Pria yang berada di dalam mobil itu mendengar semuanya, lalu membuka file yang ada di ponselnya.
Tidak berhasil meminta ganti rugi, dengan baju lusuh karena kepanasan Shenna membuka pintu mobilnya yang berada di area parkiran cafe, lalu menghidupkan mesin mobilnya dan meninggalkan cafe itu secepat kilat.
Dalam perjalanan pulang Shenna sama sekali tidak mengecek ponselnya lagi, ia membiarkan suara musik dalam mobil menemani sepinya.
Shenna tinggal sendirian di apartemen mewah, ia berada jauh dari keluarga karena perempuan ini sedang menempuh pendidikan di salah satu universitas ternama kota ini.
Shenna adalah mahasiswi semester enam, ia melanjutkan studi dengan mengambil jurusan ilmu komunikasi
Sampai di basement apartemennya, perempuan itu menaiki lift yang mampu mengantarnya ke lantai lima tanpa perlu mengeluarkan tenaga untuk menaiki tangga.
Shenna melepaskan sepatunya dengan kasar, melemparnya tasnya, lalu merebahkan diri di atas ranjang kamarnya.
*
Shenna terbangun dari tidur siangnya, kepalanya terasa pusing dan perutnya sangat lapar. Saat ia menoleh ke jam bundar yang tertempel di dinding, betapa terkejutnya perempuan itu karena sekarang sudah pukul setengah delapan malam.
"Mimpi apaan tadi sampe ketiduran begitu" gerutu Shenna pada dirinya sendiri.
Shenna bukan seperti perempuan yang menghabiskan setengah jam untuk mandi, ia hanya perlu waktu lima menit hingga semuanya beres.
Shenna pergi ke arah dapur untuk mengisi perutnya yang kelaparan, hanya tersisa satu bungkus mie instan dan sebutir telur yang ada di meja dapurnya.
Sebagai anak perempuan yang juga jauh dari keluarga, Shenna sudah terbiasa dengan hal semacam ini. Shenna bukan terlahir dari keluarga kurang mampu, ia termasuk ke jajaran anak orang kaya yang cukup sederhana.
sehabis memasak makan malam, perempuan itu mengambil laptopnya. Hendak melihat bagaimana hasil dari lamaran yang ia buat di beberapa perusahaan.
Perempuan yang sedang menyeruput kuah mie instan itu membelalakan mata saat melihat lamarannya di terima oleh salah satu perusahaan cukup besar.
Ia meloncat kegirangan, berjoget-joget merayakannya. "Uhuyyy" teriaknya keras, sangat senang dengan kabar yang ia dapatkan.
Shenna mengambil ponselnya, menghubungi salah satu nomer yang harus mengetahui kabar gembira ini. Ia menekan tombol panggilan, menunggu jawaban dari seorang di sebrang sana.
"Hallo" sapa seseorang dengan suara beratnya.
Dengan senyuman mengembang di susut bibirnya, Shenna menjawab suara laki-laki yang adalah kekasihnya.
"Sayang! aku keterima kerja!" teriak perempuan itu kegirangan.
"Seriusan?" tanya laki-laki itu.
"Iya" sahut Shenna dengan cepat.
Mendengar kabar gembira dari kekasihnya membuat Kevin ikut senang, "Iya, terus juga besok ada langsung interview. Doain ya" ujarnya melembut.
"Pasti, sekarang kamu istirahat yang cukup ya. Biar besok juga bisa bangun pagi, tubuhnya harus seger biar interviewnya lancar" saran Kevin yang langsung diiyakan Shenna.
Mereka berdua mengakhiri panggilan itu. Shenna tidak memberi tahu perihal ini pada orang tuanya, karena alasan Shenna bekerja adalah hanya untuk mencari pengalaman saja. Selebihnya tentang masa depan ia bisa membantu keluarganya mengembangkan bisnis mereka.
Ia juga tidak mau membuang banyak waktu untuk berdiam diri di dalam apartemen, atau bermain bersama teman-teman dan kekasihnya saja.
*
Pagi ini Shenna sudah bersiap dengan pakaian rapi untuk berangkat interview, untungnya ia tidak ada jadwal ngampus hari ini.
Perempuan dengan wajah ceria itu sudah duduk dalam ruang tunggu perusahaan besar ini, ia menunggu namanya di panggil untuk maju dalam tahap interview.
Perempuan itu masuk ke ruangan saat namanya telah di panggil, banyak pertanyaan yang di ajukan dan mendapat tanggapan tepat dari Shenna. Perempuan itu menjawab tanpa ragu, senyumanpun tidak pernah luntur dari wajahnya.
Setelah interview, Shenna di minta untuk kembali menunggu. Dalam hati ia harap-harap cemas, semoga saja ia mendapatkan pekerjaan ini.
Shenna kembali pulang ke apartemennya saat HRD bilang bahwa hasilnya akan mereka kirimkan lewat surel yang tertera.
Di dalam kamarnya, perempuan itu tidak henti-hentinya berdoa. Meminta Tuhan agar mendengar, dan mengabulkan doanya kali ini.
KEVIN: "Gimana interviewnya, lanca?"
SHENNA: "Iya, lancar kok"
KEVIN: "Apapun hasilnya nanti, kamu udah berjuang lakuinnya. Semangat terus sayangku"
Shenna tersenyum simpul melihat pesan yang di kirim oleh sang kekasih, meskipun Kevin sedikit menyebalkan namun dia juga yang paling bisa diandalkan.
"Semoga ke terima deh, biar bisa ganti hp." ujarnya pelan. Melihat layar ponselnya yang retak membuat Shenna jadi merasa bersalah karena ini adalah hadiah dari mamanya.
terima kasih sudah membaca cerita ini... jangan lupa berikan dukungannya selalu ya :) selamat melanjutkan ke bab berikutnya!!
Shenna sedang berada di kampus hari ini, duduk di tengah taman bersama sang kekasih dan juga sahabatnya yang bernama Tiara. "Kemarin itu aku degdegan banget" ujar Shenna sambil mengunyah roti yang ada di depannya. "Terus gimana?" tanya Kevin. "Agak gemeter sih, soalnya baru pertama kali" sahut Shenna lagi. "Gapapa, itung-itung nambah pengalaman" ujar Tiara sambil ikut mengambil roti yang di bawa oleh Kevin. "Terus pengumumannya kapan?" tanya Kevin penasaran. "Katanya sih sebelum minggu ini" ujar Shenna pelan. Perempuan itu mengambil ponselnya yang berada di dalam tas, membalas pesan yang di kirim oleh sang bunda lalu kembali meletakkannya di atas meja. Kevin yang melihat ponsel Shenna sedikit retak langsung bertanya, "Hpnya kenapa bisa retak gitu?" tanya laki-laki itu sambil memandangi ponsel Shenna. "Oh, jatuh kemarin, di senggol om-om resek" sahutnya hampir kesal karena kembali membahas kejadian memuakkan kemarin. "Terus, ga minta ganti rugi?" tanya Tiara yang baru sadar.
Selama seminggu ini, semuanya berjalan lancar, Shenna menyelesaikan pekerjannya dengan baik meskipun agak terlambat dari yang lainnya. Untungnya Rena selalu menemaninya, ia selalu membantu Shenna agar melakukan pekerjaannya dengan baik. Shenna bergegas masuk ke dalam kantor sambil membawa banyak berkas yang diminta oleh Rena. Perempuan itu berjalan cepat saat melihat Rena melambaikan tangannya. "Pagi kak" sapa Shenna dengan senyuman di wajahnya. "Pagi Shen, gimana berkas yang aku minta udah kamu bawa semua?" tanya perempuan itu. Shenna menganggukan kepalanya, lalu memperlihatkan berkas-berkas yang ada di tangan kanannya. Dua perempuan itu menaiki lift menuju ruangan mereka yang berada di lantai tiga, sudah ada banyak sekali orang yang berkumpul dalam lift itu. "Full mbak" ujar salah satu pria yang ada di dalam lift tersebut. Membuat dua perempuan itu mengangguk, membiarkan mereka naik lebih dulu. "Kalau naik tangga kasian kakinya kecapean" ujar Rena agar Shenna mau menu
Shenna membuka pintu ruang kerjanya, baru saja hendak masuk tatapan mata semua orang menatap kasihan padanya. Shenna bingung karena mendapat tatapan seperti itu dari rekannya, termasuk Rena yang sejak tadi tidak mengalihkan perhatiannya pada Shenna. "Kenapa sih kak?" tanya Shenna meletakkan tasnya di atas meja kerja. "Lo kemarin lembur?" tanya Rena akhirnya bicara. Shenna mengangguk pelan, "Iya, file yang kakak kirim juga udah aku kerjain" sahutnya sambil menghidupkan komputer yang ada di depannya. "Em.." Rena bergumam pelan, sebelum akhirnya melanjutkan kalimatnya yang tertahan. "Pulangnya jam berapa? lo ada ngelakuin sesuatu gitu, yang salah?" tanya Rena tidak yakin. "Jam sembilan sih sampe di rumah" sahutnya sambil menggeleng karena tidak ada hal aneh yang dia lakukan. Rena bernafas lega, lalu berkata, "Yaudah, lanjutin aja kerjaan lo" suruhnya lalu mengalihkan perhatiannya pada layar komputer di depannya. Indy tiba-tiba datang membuka pintu ruangan kerja membuat lima manus
Shenna membuka kenop pintu ruangan kerjanya, mendengar ada suara pintu terbuka empat manusia yang ada di dalam ruangan itu langsung menolehkan kepalanya. Sejak tadi mereka semua sudah menunggu kehadiran Shenna untuk bercerita. "Gimana Shen?" tanya Rena saat melihat perempuan itu masuk.Shenna memperlihatkan senyuman tipis di wajahnya, lalu kembali menutup pintu dan melangkah ke tempat duduknya. Semua yang ada di ruangan itu mendekatkan diri ke arah Shenna, menunggu perempuan itu mulai cerita. Shenna menghela nafasnya kasar, "Gapapa kok kak" ujarnya pelan. "Lo ga di pecat kan?" tanya Rena, was-was jikalau Shenna benar-benar di pecat. Shenna menggelengkan kepalanya, "Engga kok kak" sahutnya lagi. "Cerita dong Shen, lo diapain di sana" tanya salah satu karyawan yang sekarang sudah duduk di belakang Shenna. Shenna menatap satu per satu manusia yang ada di sana, matanya terlihat sendu, namun senyuman tidak pernah luntur dari bibirnya. "Mulai sekarang aku bukan bagian tim ini lagi" u
Pagi ini Shenna sudah bersiap untuk berangkat kerja, ia bangun lebih pagi dari hari biasanya karena sekarang dia sudah pindah jabatan menjadi asisten bos. Desas-desus yang Shenna dengar membuatnya merasa ngeri, apalagi jika ia terlambat dan bos datang lebih cepat. Tamat sudah riwayat Shenna jika itu terjadi, karena dia sudah pasti akan di pecat hari itu juga. Shenna harus sudah berada di kantor sebelum bosnya datang, perempuan dengan setelah kemeja putih dan celana panjang berwarna hitam itu mengambil tas kerjanya. Sebelum pergi Shenna kembali melihat penampilannya di depan cermin, tersenyum manis lalu berbisik pelan, "Sempurna" Shenna lalu keluar dari apartemennya, melangkah dengan santai dengan senyuman manis yang tak pernah pudar dari wajahnya. Tidak salah orang-orang memanggilnya sebagai anak yang ceria, dan sangat ramah. Ponsel yang ada dalam genggamannya bergetar pelan, membuat perempuan itu membuka pesan tersebut. Kevin: "Good morning sayang" Kevin: "Hari pertama j
"Shenna" panggil Rena melambaikan tangannya pada Shenna yang baru saja keluar dari ruangan bosnya. Shenna yang merasa dipanggil langsung menolehkan kepalanya, perempuan itu memberikan seulas senyuman ketika mengetahui siapa yang memanggilnya. "Makan siang?" tanya Rena saat Shenna melangkahkan kakinya menghampiri perempuan yang berdiri di samping tangga. Shenna memberikan anggukan pelan, lalu mengikuti Rena yang berjalan menuju kantin. Makanan yang ada di kantin ini gratis, para karyawan bebas mengambil sesuka hatinya. Shenna mengambil satu paket makan siang yang sudah di siapkan. Dua perempuan yang sudah memegang makan siangnya memilih tempat duduk paling pojok untuk menghabiskan makanannya. Tidak lama setelah mereka berdua mulai makan, teman-temannya yang lain mulai berdatangan. Mereka duduk di bangku yang sama dengan Shenna dan juga Rena, ada banyak cerita yang mereka bicarakan. Termasuk satu anak baru yang sekarang mengambil posisi Shenna dalam tim, Shenna kira awalnya p
Sepulang dari kantor, Shenna melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Perempuan dengan earphone yang terpasang di telinganya itu menghentikan mobilnya di parkiran mall. Seperti perintah bosnya ia harus mengganti pakaiannya jika ingin kembali bekerja di sana, dengan langkah kesal perempuan itu memasuki area mall yang ramai pengunjung. Shenna kembali ke tempat ia membeli baju kerja saat bersama Kevin waktu itu, "Pakaian kayak gimana yang katanya ga norak?" tanya Shenna pada dirinya sendiri. Sebagai referensi, Shenna melihat foto yang sempat ia ambil bersama rekan kerjanya beberapa hari lalu. Saat kembali melihat foto itu, Shenna merasa pakaiannya cukup sopan dan terlihat bagus. Apa karena hanya dirinya yang memakai celana panjang sendirian sedangkan rekannya yang lain menggunakan rok? Padahal katanya perusahaan membebaskan cara berpakaian karyawannya asalakan sopan. Kenapa tiba-tiba sekali pria itu mengubah aturan seenak jidatnya. Daripada berlama-lama di sini, Shenna men
Shenna merasa kurang percaya diri menggunakan rok untuk pergi bekerja, namun saat ia mengirim foto dirinya pada Kevin, laki-laki itu memuji penampilan Shenna, membuat dirinya mendapat kepercayaan bahwa ia cocok menggunakan pakaian itu. Shenna: "Send a picture" Shenna: "Jelek banget ya kalau aku pake rok gini?" Shenna: "Ga suka :(" Kevin: "Cantik" Shenna: "Seriusan?" Kevin: "Lima ribu rius" Kevin: "Percaya sama aku, kamu cocok banget pake rok itu" Shenna: "Hahaha, aku percaya sama omongan kamu" Kevin: "Apapun yang kamu pake selalu keliatan cantik kok, Shen" Kevin: "Jangan dengerin omongan orang lain" Kevin: "KAMU CANTIK BANGET!" Shenna: "kenapa capslock siii, jadi takueet dechh" Kevin: "Gaoaoao" Shenna: "Yaudah nanti kita chatan lagi ya, aku mau berangkat dulu" Kevin: "Iya, semangat kerjanya sayangku" * Sesampainya di kantor, Shenna disambut dengan tatapan oleh para karyawan yang lainnya. Melihat tatapan tidak biasa membuat perempuan dengan catolan jedai di ra