terima kasih sudah membaca cerita ini :)
Shenna: “Ra, bisa ketemu? Ada yang mau gua omongin” Tiara: “Bisa ra, tapi jam 8 malem gimana?” Tiara: “Gua baru sampe kosan, mau mandi dulu” Shenna: “Okedeh ra…” Shenna: “Di senjani ya” Tiara: “Okee..” * “Sayang” panggil Kevin saat melihat Shenna celingak-celinguk di depan pintu masuk. Perempuan itu melambaikan tangannya, memeluk Kevin untuk sekedar memberitahu bahwa ia cukup lelah untuk hari ini. “Sendirian aja?” tanya Kevin karena tidak ada seseorang di sekitar Shenna selain dirinya. Shenna menggelengkan kepalanya, “Janjian sama Tiara” balasnya agak lesu. “Yaudah duduk dulu sana, aku buatin ice taro kayak biasa ya?” ujar Kevin. Shenna mengikuti perintah laki-laki itu, ia memilih tempat paling ujung yang tidak berpenghuni, perempuan itu belum mengatakan apapun pada sang kekasih. Entah apa respon teman-temannya nanti, namun Shenna juga tidak bisa menolak perintah atasannya. Damar datang membawakan ice taro pada perempuan yang sedang duduk sendirian, “Tumben banget Tiara l
Seharusnya Shenna memberi tahu kabar ini pada Kevin, namun sepertinya laki-laki itu sedang banyak pekerjaan sehingga telepon laki-laki itu sengaja di matikan. Shenna sudah menyelesaikan persiapan untuk terbang hari ini, ia hanya membawa satu koper dengan keperluan secukupnya. Shenna merebahkan tubuhnya di atas ranjang, mencoba menenangkan diri dengan kegiatan mendadak ini. Perempuan itu benar-benar tidak paham dengan cara berpikir bosnya, bisa-bisanya pria itu memberitahunya mendadak begini. Tanpa sadar, saking lelahnya perempuan itu terlelap. Panggilan suara dari Kevin pun tidak ia dengar. Pukul empat sore, Shenna terbangun dan langsung mengambil ponselnya. Tepat sekali saat akan menghubungi kekasihnya kembali, panggilan suara dari Arga membuat perempuan itu mau tidak mau harus menerima panggilan itu. “Di mana?” tanya Arga begitu saja saat sadar panggilan sudah terhubung. “Masih di rumah pak, kan berangkatnya nanti malam” balas Shenna juga seadanya. “Saya lupa kasih tahu kalau
Shenna terbangun saat tangan Arga sengaja menggoyangkan tubuhnya, “Bangun, kita udah landing.” Perempuan itu mengucek matanya sebentar, mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih tersebar entah ke mana. Saat satu per satu penumpang turun, Shenna mengikuti langkah Arga dari belakang. Shenna terlihat seperti anak kecil yang sedang mengikuti ke mana ayahnya pergi. “Pak, tunggu sebentar” ujar Shenna menahan langkah pria itu. Arga terlihat membalikkan tubuhnya, “Kenapa?” tanyanya datar. “Karena lagi di bali, jadi boleh tolong fotoin saya ga? Soalnya saya mau kasih kabar kalau udah sampe” ujar Shenna dengan nada lembutnya. Entah kenapa mendengar suara Shenna yang tidak seperti biasanya, membuat Arga langsung mengiyakan permintaan perempuan itu. Shenna memberikan ponselnya pada pria tinggi itu, meminta Arga untuk memberikan aba-aba agar ia bisa berganti pose sesuka hatinya. “Satu, dua” Arga memberikan isyarat sembari menekan tombol itu agar menangkap gamabar perempuan bernama Shenna. “S
Arga mematikan alarmnya yang terus berdering, matanya masih mengantuk namun pria itu langsung beranjak dari tempat tidurnya. Pagi ini ada hal yang harus pria itu lakukan, jadi Arga memilih untuk mandi lebih dulu. Tidak butuh waktu lama, pria itu hanya mengguyur tubuhnya dengan air hangat karena pagi ini sangat dingin. Karena sengaja tidak membawa baju ganti, pria itu kembali menggunakan pakaian kemarin, namun kali ini akan ia tutupi dengan jaket yang ia bawa. Arga melihat pantulan dirinya di depan cermin, memastikan bahwa dirinya sudah tampan. Dengan semprotan minyak wangi, Arga menjadi lebih percaya diri. Sudah pukul delapan pagi, namun tidak terdengar suara Shenna sama sekali. Arga membuka pintu kamarnya, hendak menghampiri Shenna. Penasaran dengan apa yang sedang perempuan itu lakukan, Arga berdiri di depan pintu kamar asisten pribadinya. Mencoba mengetuk-ngetuk pintu itu, sudah lima menit pria itu menunggu, namun perempuan itu belum juga membuka pintu. Tok! Tok! Tok! Arga
"Habis ini mau ke mana pak?" tanya Shenna saat keduanya berjalan keluar dari mall. "Hotel." sahut Arga singkat. Shenna menundukkan wajahnya ke bawah, keinginannya untuk berkeliling di Bali pupus usai mendengar jawaban Arga yang sangat singkat. Keduanya duduk di dalam mobil dalam kondisi hening, tidak ada sepatah katapun keluar dari mulut Shenna. Perempuan itu merasa ingin merebahkan dirinya yang kurang istirahat, rasanya benar-benar sangat melelahkan. Sampai di hotel, Shenna hendak masuk ke dalam kamarnya sendiri. Namun Arga menarik pergelangan tangan perempuan itu hingga menoleh padanya. "Buat kamu." ujar Arga menyerahkan satu kantong pakaian yang sempat mereka beli. Shenna mengerutkan jidatnya, bertanya-tanya kapan pria itu membeli baju yang sempat Shenna coba tadi. Ia pikir Arga hanya membeli untuk dirinya sendiri, ternyata ada satu pakaian yang ia beli untuk perempuan itu. Shenna masih dalam keadaan mematung, membiarkan tangan Arga tertahan di udara. "Cepet ambil.
Saat sampai di hotel, Shenna buru-buru menghubungi Kevin. Sebelumnya ia sudah menyiapkan kata-kata dengan harapan Kevin tidak marah padanya. Shenna: "Malem sayang." Shenna: "Lagi sibuk, sayang?" Biasanya Kevin akan merespon dengan cepat, Shenna jadi was-was karena sudah lima menit namun kekasihnya belum juga mengirim pesan balasan. Jangankan pesan balasan, di baca saja belum. Shenna masih setia menunggu, matanya terus melirik room chat yang tidak juga kunjung membalas pesan singkatnya. Merasa tubuhnya lengket, Shenna buru-buru mandi. Sembari menunggu balasan Kevin yang membuatnya agak takut. Kevin: "Engga kok, biasa aja." Kevin: *panggilan tak terjawab* Shenna sedang asik membasuh rambutnya yang sangat lengket, salah dirinya sendiri karena bermain air dengan Arga yang tidak mau kalah. Shenna mencium aroma rambutnya sendiri, "Wangi banget." pujinya pada diri sendiri. Shenna lalu mengganti bajunya dengan pakaian tidur, sudah malam, Shenna harus banyak istirahat karena ad
"Pak, staff yang lainnya bakal landing hari ini kan ya?" tanya Shenna saat keduanya sedang duduk menikmati sarapan mereka di hotel. Arga menganggukkan kepalanya pelan, masih setia menyantap makanan serta men-scroll video di salah satu aplikasi di ponselnya. "Kita yang jemput pak?" tanya Shenna lagi, kali ini lebih excited dari sebelumnya. Arga menghentikan kegiatannya, biasanya ia akan kesal setiap kali ada orang yang mengganggu waktu makannya. Namun kali ini berbeda, entah karena apa. Pria itu menatap pada perempuan yang masih menunggu jawaban, matanya terlihat jelas bahwa ada penuh harapan di sana. "Engga." balasnya singkat. Arga lalu kembali menikmati sarapannya, namun ada perasaan aneh dalam dirinya. Shenna bahkan tidak mengeluarkan suara setelah mendengar jawaban singkat Arga. Perlahan pria itu mendongak, menatap perempuan yang memperlihatkan tampilan wajah lesu di depannya. "Kamu kenapa?" tanya Arga pelan. Shenna yang tersadar langsung menggeleng, memberi tanda
Shenna sudah hampir tidak waras, pikirannya melayang mencari tahu ke mana Arga akan membawanya pergi. Pikiran negatif membuat perempuan itu jadi was-was sendiri, wajah Arga terlihat tidak bersahabat. Entah ada pikiran lain yang membuat pria itu jadi dingin seperti ini. Shenna baru bisa bernafas lega setelah duduk di dalam cafe mewah dengan pemandangan hijau di sekitarnya. Dengan segelas ice taro latte, matanya menatap pria yang kini duduk di depannya dengan tatapan tak bisa di baca. "Ngapain kita ke sini, pak?" tanya Shenna akhirnya angkat bicara. Arga terdiam selama beberapa detik, sebelum akhirnya menjawab pertanyaan yang di lontarkan perempuan itu. "Pengen aja." balasnya begitu saja. Shenna mengerutkan kening, agak tidak percaya dengan jawaban yang ia dengar kali ini. Bagaimana bisa seorang Arga dengan wajah datarnya tadi, tiba-tiba mengetuk pintu kamarnya dan mengajak perempuan itu kebut-kebutan di jalan, hanya untuk mampir ke cafe ini. Tidak begitu peduli dengan al