Share

Bab 6. Intropeksi Diri

***

Kulaju motorku menuju rumah Romi. Mangga yang kubawa, ada dua kantung kresek. Sudah cukup lama aku tak pernah lagi menyambangi rumah mereka. Apakah ini salah satu kesalahanku juga sebagai Mertua?

Aku sudah sampai di depan Rumah, kutekan bel, dan Mila keluar. Sepertinya ia baru bangun tidur.

"Ah, Mama? tumben siang-siang begini? ada apa ya, Ma?"

"Ah, ini tadi si Mbak habis panen buah mangga yang di halaman, Mama antar ke sini sekalianlah silaturrahmi. Udah lama juga gak main ke sini."

"Oooh, ya, ya! masuk Ma."

"Romi belum pulang?"

"Belum Ma, sebentar ya Mila ke dapur dulu bikin minuman."

Aku duduk di ruang tamu, rumah ini tampak lengang. Mila sudah berumah tangga sekitar lima tahun dengan Romi, namun belum dikaruniai anak. Meski begitu, tak pernah sekalipun aku berani bertanya pada salah satu dari mereka, kapan kira-kira mereka bisa memberikan kami Cucu. Karna dahulu-pun, aku sempat merasakan hal yang tak enak tentang pertanyaan itu. Selama tiga tahun menunggu, barulah kami dikaruniai seorang Putra, yaitu Romi. Dan dua tahun kemudian, lahirlah Irwan.

Sebuah notif WA berbunyi. Dari si Mbak, yang isinya sebuah gambar.

Kubuka gambar itu, sakit sekali rasanya. Kudapati sebuah tangkapan layar story WA milik Mila yang baru ia posting.

[Ngapain sih orangtua ini? ganggu orang lagi tidur aja!]

Sekitar dua menit kemudian, Mila muncul dari dapur, membawa dua gelas minuman dingin. Ia sangat ramah melayaniku, bercerita tentang kesehariannya di rumah, dan bagaimana ia menghabiskan waktunya.

Setelah sekitar lima belas menit, aku pamit. Kutitip salam untuk Romi, dan kulaju motorku. Sekarang menuju rumah Irma.

Namun sepertinya Irma tak ada di rumah. Kutanya pada tetangga, katanya Irma baru saja keluar dengan anaknya.

Kuletakkan bungkusan mangga itu di atas meja tamu di teras rumahnya. Kupandangi sekitar halaman, berserakan sekali daun-daun berguguran. Tampaknya, Irma tak sempat membersihkannya karna harus mengurus Dion yang masih kecil.

Kuambil sapu lidi, kusempatkan membersihkan halaman rumahnya. Mumpung Irwan belum pulang, benakku.

Namun, sebuah sepeda motor berhenti di halaman.

"Mama?" Irwan menyapaku.

"Loh? udah pulang?"

"Iya, kerjaan aku kebetulan cepat selesai hari ini. Mama ngapain?" tanya Irwan sambil menyalamku.

"Aah, ini tadi lagi ngantar Mangga, buahnya banyak. Makanya Mama bagi sekalian ke sini."

"Irma mana, Ma?"

"Dia keluar kata Tetangga."

"Lantas, Mama ngapain ini?"

"Ng, Mama lihat banyak daun yang berserakan. Gak apa-apalah Mama nyapu sedikit."

"Jangan Ma! biar nanti Irma aja yang nyapu."

"Udah, gak apa-apa. Kamu masuk gih, mandi, ganti baju."

Irwan tampak canggung meninggalkanku masuk ke rumahnya. Sambil menyapu, dua buah notif WA berbunyi. Dan itu dari si Mbak.

Isinya ada dua buah gambar. Kubuka satu per satu, tangkapan layar story WA Irma, dan story WA Mila.

[Ya ampun! pintar sekali Mak Lampir itu pencitraan? tau suamiku mau pulang, dia main nyapu halaman rumah orang aja!] caption dari sebuah foto yang memperlihatkan aku sedang berbicara dengan Irwan di halaman rumahnya.

Aku menelan ludah berat, berarti Irma ada di sekitar sini, melihatku sambil bersembunyi. Ia hanya tak mau bertemu denganku, makanya dia keluar rumah. Mungkin sebelum ke sini, Mila sudah mengabari Irma dahulu.

Kubuka tangkapan layar story WA Mila. Sakit sekali hatiku melihatnya, mangga yang kuantar ke rumahnya, ia masukkan ke dalam tong sampah.

"Jijique!" demikian captionnya.

Sepertinya Irwan sedang mandi, dan Irma takkan pulang, sebelum aku pergi. Kusudahi menyapu halaman itu, kukumpulkan sampahnya, kumasukkan ke tong sampah. Setelah itu, kustarter motorku tanpa pamit pada Irwan.

Sepanjang jalan, air mataku menetes. Banyak pertanyaan di benakku. Apa yang salah di diriku? adakah aku melakukan kesalahan hingga mereka sebegitu bencinya padaku?

Mataku dipenuhi air mata, hingga mengaburkan penglihatanku. Pertanyaan demi pertanyaan bertaburan di benakku. Adakah dahulu aku durhaka pada Mertuaku? hingga aku harus mendapat balasan menantu yang menyakitiku seperti ini? Atau apakah ada kata-kataku yang kerap menyakiti hati keduanya?

Tiba-tiba saja motor yang kukendarai terperosok menabrak tiang listrik. Seluruh pandanganku berkunang-kunang, dan gelap.

___________________

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status