Share

Bab 5. Menguntit

***

Kuperhatikan beberapa postingannya, kebanyakan gambar dan video tentang produk yang ia jual.

Ada beberapa foto pribadi, foto Dion anaknya, foto ia dan suaminya, dan foto keluarga besarnya. Sama sekali tak ada fotoku atau suamiku. Bahkan ada foto-foto momen lebaran, ia hanya memposting foto ia, suami dan anaknya, dan beberapa foto keluarga besarnya.

Padahal setiap berlebaran di rumah ini, mereka tampak heboh berswa foto dan video.

Setidak sudi itukah menantuku memposting fotoku dan suamiku di media sosial mereka? ah, mungkin memang kami tak begitu berkesan di hati mereka.

Tiba-tiba kulihat Irma baru saja update story,

'Halah, sok tegas! biasa juga takut sama bini. Adil apanya? pilih kasih sih tepatnya! makan tuh harta, udah bau tanah padahal. Mau dibawa mati kali tuh semuanya.'

Aku terkejut membaca story-nya. Apakah Irma yang kukenal memang terbiasa berkata-kata kasar seperti ini? lantas, kepada siapa kata-kata itu ia tujukan?

Kucoba melihat akun-akun apa saja yang ia ikuti. Ternyata tetangga-tetangga sekitar mereka saling follow. Ah, kira-kira apa saja ocehan Irma yang mereka ketahui namun mereka diam di depanku?

***

Saat-saat siang begini, biasanya semua pekerjaan rumah sudah beres. Tinggal rebahan untuk tidur siang. Menunggu kantuk datang, kucoba buka-buka I*******m.

Buk Yuli tetangga jauh, sekitar sejam yang lalu memposting sebuah foto ia bersama menantunya. Kutekan dua kali sebagai tanda menyukainya. Kubaca komentar-komentarnya, ada Irma di sana.

[Duh buk Yuli kayaknya Mertua yang sayang banget ya sama Menantuya?]

Dibalas sama buk Yuli,

[Buk Dewi juga baik banget kok Irma, coba aja foto bareng begini.]

Kemudian dibalas lagi oleh Irma,

[Baik dari Hongkong? Hahahahah]

Kemudian buk Yuli menambahkan tag untuk sebuah akun @Romio&Muliet,

[gimana nih Mila, mertuamu baik juga pastinya kan?]

Dibalas oleh akun yang ditag, yang ternyata itu akunnya Mila, menantuku,

[Pait, pait!]

Dibalas oleh Irma,

[Hhahahaha, tuh kan! baik dari mana coba? ya kan kak Mil? @Romio&Muliet]

Saling balas komentar berhenti sampai di situ, sakit sekali rasanya jadi bahan cerita di antara tiga orang ini. Apa sebenarnya kesalahanku sebagai Mertua? sebegitu burukkah? di bagian mana buruknya?

Tak jadi mataku menangkap kantuk, fikiranku dipenuhi oleh pertanyaan, apakah aku seburuk itu?

Mataku teralihkan keluar jendela kamar. Asisten Rumah Tangga kami, si Mbak sedang mondar-mandir di bawah pohon mangga.

"Ngapain, Mba?" tanyaku saat keluar dari pintu samping rumah.

"Nyari galah, Buk. Dimana ya?"

"Mau ambil mangga ya?"

"Iya, kebetulan lagi musim buah ini. Buahnya banyak banget."

"Tuh coba lihat di gudang. Sekalian nanti ambil yang banyak ya! biar bisa dibagi-bagi."

"Dibagi untuk siapa, Buk?"

"Untuk Romi, Irwan sama Tegangga."

"Ooh, ini tadi Mba Mila yang minta Buk."

"Kapan dia datang kemari?"

"Saya di WA, Buk."

"Ooh, kamu punya nomor dia?"

"Punya semua buk, mba Irma juga ada."

Tiba-tiba, aku memikirkan sebuah ide!

Setelah mengumpukan hasil galahannya, aku dan si Mbak memasukkan ke dalam kantong kresek buah mangga yang akan dibagi.

"Mbak, biar saya aja yang anterin ke rumah Romi dan Irwan ya. Mbak anterin ke tetangga kiri sama kanan."

"Oke, Buk. Siap!"

"Mbak, story WA Mila dan Irma diprivat gak sama Mbak?"

"Enggak, Buk."

"Biasanya, mereka rajin gak bikin story WA?"

Pertanyaanku ini seakan membuat si Mbak tercekat. Ia diam, tersenyum canggung. Sambil menghitung mangga yang sebenarnya sudah pas bilangannnya.

"Mbak gak usah takut, saya gak akan bilang-bilang kalau Mbak ngadu ke saya."

"Ibuk, pasti diprivat sama mereka ya?" tanyanya.

"Sepertinya."

"Lebih baik Ibuk gak usah lihat sih." katanya sambil memain-mainkan buah mangga yang tersisa di tanah.

"Kenapa?"

"Jahat-jahat banget sih menurut Mbak."

"Jahat kenapa?"

"Tapi, Ibuk janji gak bilang-bilang ya!?"

"Saya, janji!"

"Mereka suka ngata-ngatain Ibuk sama Bapak. Pokoknya jahat-jahat banget deh."

"Begini saja Mbak, nanti kalau mereka bikin story WA lagi, kasi tau ke saya ya. Atau kirim aja skrinsutnya ke saya."

"Ah, gak berani loh Buk!"

Aku masuk ke dalam rumah, meminta si Mbak untuk menunggu. Kuselipkan uang seratus ribu di tangannya.

"Untuk beli paket data." kataku sambil bermain mata.

___________________

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status