THE DAY YOU KISSED MY LIPS.
ALEX merasakan ada yang berbeda dengan Eva. Ia menduga, sesuatu terjadi pada gadis itu. Ia tetap berusaha tenang dan melempar gurauan-gurauan untuk menghibur gadis itu. Bagaimana pun, misinya adalah untuk menarik perhatian Eva. Jika ia gagal, berakhir sudah hubungan mereka. Sedangkan dirinya tidak ingin semuanya berakhir secepat itu. Ia menginginkan Eva. Untuk dirinya sendiri. Jika gadis itu orang lain, mungkin ia akan dengan senang hati menjalin hubungan satu malam panas di dalam kamar hotelnya. Sayang, gadis itu bukan gadis yang ingin ia tiduri satu malam saja.
Selama sesaat yang cukup menegangkan, kekhawatiran Alex akhirnya terjadi. Ia melihat Eva meminta ijin untuk pergi ke toilet. Alex sempat melihat seorang pria berjalan melintasi meja mereka. Pria yang belum sempat dilihat wajahnya itu menghilang di balik sebuah pintu penghubung antara meja kasir dan dapur. Ia mengawasi si pria yang berjalan cepat, di
FIRST KISS.EVA mengambil napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Ia melirik Bruce yang masih sibuk dengan dadanya. Meremas salah satu buah dadanya dan mengulum bagian yang lain. Lima menit lalu, mereka masih sibuk bercumbu di balkon. Eva mengira ciuman-ciuman itu akan berakhir setelah mereka kembali masuk ke apartement. Pada kenyataannya, semua semakin menggila sejak Bruce mendorongnya lalu mendudukkan dirinya di atas meja pantry. Eva bukannya keberatan dengan perlakuan pria itu. Ia hanya… tidak bisa menahan diri.“Bruce…” satu kata itu meluncur begitu saja dari mulut Eva. Ia mengerang, mencoba bertahan di tengah terjangan ombak kenikmatan akibat cumbuan lihai dari pria itu. Eva membenamkan jemarinya di antara rambut halus milik Bruce. Sesekali ia menarik helaian rambut itu dengan sekuat tenaga.Bruce mendongak setelah pria itu mendengar erangannya. “Apa yang kauinginkan?”“Ber
THE BREAKFAST.“Peri hutan?”Bruce mengucapkan nama panggilan yang mereka gunakan sejak masih kanak-kanak ketika berusaha mengembalikan kesadaran Eva. Sebenarnya, ia hanya pura-pura tidur dan menikmati belaian tangan Eva di wajahnya. Bruce tahu gadis itu tidak bisa tidur, untuk urusan menunda jam tidur baginya bukan masalah besar. Pasti ada sesuatu yang membuat Eva tidak bisa memejamkan matanya. “Kau baik-baik saja?”Menarik tangan dari wajahnya secepat kilat, Eva berpaling darinya. Bruce nyaris tersenyum melihat hal itu, tetapi ia menahannya mati-matian. Ia menduga Eva pasti sangat malu dengan sikapnya barusan. Gadis itu, sekuat apa pun takdir mencoba memisahkan mereka, selalu ada jalan untuk mempersatukan keduanya. Setidaknya itulah yang saat ini ada di benak Bruce.“Kau baik-baik saja?” Bruce bangkit dan bersandar di kepala ranjang. “Aku berpikir, mungkin saja kau mengalami anemia.”
BE CONFIDENT IN YOURSELF.EVA sangat gugup hari ini. Ia, Xander dan Payton berencana menemui Andrew Bixler dan timnya untuk membahas lebih lanjut mengenai proyek pembuatan video klip yang rencananya akan mulai digarap minggu depan. Terbangun dengan Bruce di sampingnya membuat mood Eva sedikit jauh lebih baik. Bohong jika ia mengatakan kalau dirinya tidak mendengar kata-kata manis pria itu saat pertama kali membuka mata. Kau tahu, aku mungkin melewatkan banyak hal selama sepuluh tahun ini, tapi kupastikan kita berdua akan menghabiskan sisa usia kita bersama.“Kuharap kau suka menu sarapan kita pagi ini.” Bruce memintanya duduk. Mau tidak mau, Eva mendaratkan pantatnya di sana. Memandangi kopi dan makanan yang cukup menggoda. “Aku tidak punya ide lain selain menu-menu ini.”Mengulas senyum, Eva mengambil kopi dan menyesap minuman itu dengan hati-hati. Baiklah, ini… kejutan yang mani
I’M THE TRASH IN THIS FAMILY.Akan lebih mudah mengalahkan lawanmu jika dia tidak mengetahui siapa dirimu.BRUCE tidak pernah kembali ke unit apartement Eva. Itulah yang sebenarnya terjadi. Huxley menghubunginya dan mengatakan kalau sebenarnya Alex sudah menunggu Eva di depan gedung apartement dan memintanya untuk mengarang cerita apa pun agar dia bisa kembali ke atas dan tidak bertemu dengan Alex. Bruce mengikuti permainan Huxley demi kenyamanan bersama. Segera setelah Huxley melaporkan Eva dan Alex telah meninggalkan gedung apartement Eva, ia segera keluar dari persembunyiannya.Sebuah limusin hitam menunggu di trotoar, Bruce segera menghampiri mobil tersebut. Huxley sudah menunggunya di dalam. “Untung aku melihatnya tadi.” Ucap pria itu segera setelah Bruce masuk.“Apa yang dia lakukan? Bukankah dia sudah tahu semalam aku menginap di sini?” seiring dengan meluncurkan pertanyaan Br
A FIGHT.EVA terbangun setelah mendengar alarm di ponselnya berbunyi nyaring. Ia meraih benda pipih yang tergeletak di atas nakas dan bergegas mengusap layarnya agar deringan itu berhenti mengusik telinganya. Eva lupa jam berapa tepatnya ia menutup mata, satu-satunya yang ia ingat adalah seseorang bernama Bruce Spencer Smith dengan sengaja membuatnya terjaga sampai larut malam hingga ia merasa tubuhnya tidak terlalu fit pagi ini. Setelah menguap untuk kedua kalinya, Eva memutuskan untuk turun dari ranjang ranjang dan bergegas pergi ke kamar mandi untuk membasuh tubuhnya.Tiga puluh menit kemudian, Eva sudah siap dengan pakaian casualnya. Setelah pertemuan dengan Andrew tempo hari, Payton dan Xander mengatur jadwal pengambilan gambar untuk video klip musik Andrew hari ini. Eva bersyukur karena pada akhirnya ia menyetujui mengambil pekerjaan ini. Andrew akan membuatnya sangat sibuk dan melupakan apa yang terjadi di antara dirinya dan Bru
A COUSIN FROM INDONESIA.AVA datang tak berapa lama kemudian.Detik-detik paling menegangkan adalah ketika dua bodyguard Bruce menarik Alex dan mendorong pria itu hingga terjerembab ke lantai. Semula Eva berpikir Bruce akan membiarkan kedua pria itu menghajar Alex habis-habisan dan memenangkan perkelahian ini. Namun, dugaannya salah besar. Bruce yang saat itu diduduki oleh Alex seketika bangkit sambil berteriak murka. “Lepaskan dia! Jangan campuri urusan kami!”Setidaknya dalam situasi seperti sekarang, ketika Bruce punya kesempatan lebih besar untuk mengalahkan Alex, dia tidak memilih untuk bertindak curang. Eva menghela napas lega. Mereka kembali mengirim pukulan layaknya dua orang pria dewasa. Sekarang ia hanya tinggal menunggu bala bantuan dan berharap Ava membawa orang yang tepat untuk membantu mereka.Saat Ava tiba dengan dua orang pria yang sangat dikenalinya, ia, Bruce dan dua bodyguard
A LIE.EVA memberanikan diri untuk menghadapi apa yang saat ini terjadi. Dari yang bisa dilihatnya, para orangtua mulai panik dengan situasi mereka, terlebih ibunya. Ia melirik Ava yang sepertinya merasakan hal serupa. Ava mengangguk singkat dan memberinya semangat. Dengan langkah pasti, ia mendekati ayah dan ibunya. Hal pertama yang ia lakukan adalah menggenggam tangan sang ibu dan mulai bertanya, “Apa Mommy mengenal Alex?”Elsa menunduk agar Eva tidak melihat air matanya terjatuh dari pipi. Namun, sekuat apa pun wanita itu mencoba, semua orang di ruangan itu tahu kalau saat ini Elsa tengah menangis dan berusaha sekuat tenaga agar tidak terlihat lemah.Eva semakin mengeratkan genggaman di tangan ibunya. Ia tahu ada sesuatu yang tidak beres terjadi di sini. Dari sudut matanya, Eva melihat Ava berjalan mendekati sang ayah. Melakukan yang sama persis dilakukannya. Ava menggenggam tangan Freddy dan bertanya, &l
A BEGINNING.EVA terhuyung ke belakang hingga nyaris terjerembab ke lantai. Untungnya saat itu Freddy menahannya. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya berhasil mendapatkan seluruh kesadarannya dan kembali pada kenyataan pahit yang harus ia terima. ALEX? Anak kandung ibunya? Apa dunia sedang ingin bercanda dengan dirinya atau mungkin dunianya sudah kehilangan selera humor sampai-sampai harus membuat lelucon semacam ini? Ini tidak mungkin terjadi. Tidak. Mungkin. Sebelum ia berhasil mencerna semua yang terjadi, ibunya melangkah menuju pintu dan langsung ditahan oleh sang ayah.“Elsa, tunggu!” Freddy menahan tangan Elsa saat wanita itu nyaris mencapai pintu. “Kau mau pergi ke mana?”Elsa mengelap sisa air mata dengan punggung tangannya. “Aku ingin menemui Alex, Fredd. Biarkan aku pergi.”“Tidak.” Freddy berkeras agar Elsa tidak pergi menemui Alex. &ldqu