Pesan dari Countess Klara dan Elizabeth Bathory de Ecsed sangat jelas bagi pasangan suami-istri Gerda dan Gergely, "Bawalah bayi ini bersama kalian sejauh-jauhnya, bersembunyilah. Kehidupan kalian tidak akan pernah kesulitan keuangan. Di dalam kereta kuda tersebut, terdapat harta yang cukup untuk menopang kehidupan kalian, selain dari harta yang sudah kami berikan tiga bulan lalu untuk kalian mempersiapkan tempat tinggal rahasia kalian. Setelah dia dewasa, bawalah kembali bersama kotak ini, di dalamnya ada identitas dirinya sebagai keturunan dari keluarga de Ecsed.
Gergely dan Gerda mengangguk, "baiklah, kami mengerti."
"Segera berangkat, kalian harus berhati-hati, karena kalian tidak akan mendapatkan perlindungan dari pengawal dalam misi rahasia ini. Di dalam kereta ada perbekalan yang cukup dan juga senjata untuk melindungi diri kalian. Sekarang pergilah." bagaimanapun, Klara tidak ingin apa yang sudah mereka rencanakan hancur berantakan. Jadi semakin cepat Gerda dan Gergely mmenyingkir bersama bayi Ellie, akan semakin baik.
Gergely dan Gerda berlalu menuju kereta kuda diiringi tatapan Klara yang sedetik kemudian telah menghilang di balik pintu. Gerda mendekap bayi mungil berusia kurang dari dua puluh empat jam yang masih merah dengan kulit berkerut, penuh kasih. Mereka berjanji akan menjaga bayi tersebut sebaik-baiknya. Bukan karena mereka dibayar dengan harta yang banyak untuk menyembunyikan bayi cantik ini. Namun karena mereka memang mencintai bayi mungil dengan bola mata hazel cemerlang ini dengan tulus.
Sudah sepuluh tahun usia pernikahan Gerda dan Gergely, mereka belum juga dikaruniai anak. Maka ketika mereka diperintahkan untuk membawa bayi cantik ini sejauh-jauhnya dan tersembunyi dari masyarakat, mereka dengan senang hati melakukannya. Bagi mereka, perintah dari Klara adalah hadiah terindah sepanjang hidup. Mereka rela melakukan apapun demi bisa membesarkan anak ini sebagai anak mereka sendiri. Biarlah dua puluh tahun berlalu, mereka tidak ingin memikirkan bagaimana kelak setelah dua puluh tahun, harus berpisah dari bayi yang baru lahir saja sudah membuat mereka jatuh cinta.
Matahari pagi mulai menampakan cahayanya menembus dedaunan yang sudah mulai jarang, sehingga birunya langit semakin mudah terlihat. Ini pertanda sebentar lagi mereka akan segera tiba di perbatasan hutan. Meskipun hutan ini tidak terlalu berbahaya, namun bepergian saat tengah malam bersama seorang bayi bukanlah sesuatu yang membuat mereka nyaman.
"Gerda, apakah kamu lelah? Apakah bayinya rewel?" tanya Gergely hati-hati.
Gerda tersenyum manis, matanya tidak lepas dari memandang bayi mungil yang telah mencuri hatinya, "tidak sayang, aku sama sekali tidak lelah, entah ke mana perginya rasa lelahku. Sepertinya dia memberiku kekuatan maha dahsyat." Gerda masih saja mengelus bayi dalam gendongannya dengan lembut dan penuh kasih. Wajahnya yang damai dalam tidurnya semakin membuat Gerda merasa sangat bahagia. Gergely yang tidak tahan, menghentikan sejenak laju kereta kuda hanya untuk melihat dan mengelus lembut pipi mungil si bayi yang secara resmi akan dianggapnya sebagai anak kandung.
Gergely menatap Gerda setelah puas memandang wajah bayi dalam pelukan istrinya, "Sepertinya sebentar lagi kita akan tiba di tepi hutan, lalu kita akan segera tiba di sebuah rumah kecil yang cukup tersembunyi, namun tidak berbahaya."
Gerda mengangguk, "aku percaya padamu, sayang. Aku sudah bilang setuju untuk tinggal di tempat manapun yang menurutmu cocok" jawab Gerda bijak, "selain itu, pada saat kamu mulai membangunnya, kamu pasti sudah memikirkan hal tersebut." Tidak ada alasan bagi Gerda untuk meragukan kemampuan Gergely dalam mempersiapkan rumah yang nyaman bagi mereka. Di manapun tempat yang tersentuh tangan Gergely, akan berubah menjadi tempat yang menyenangkan untuk ditinggali.
"Ya, tiga bulan yang lalu aku sudah mulai membangun rumah kecil, belum siap semuanya, tetapi sudah cukup untuk dijadikan tempat berteduh. Bahkan semua harta milik anak kita sudah tersimpan dengan aman di ruang bawah tanah. Sulit bagiku untuk menyelesaikan semuanya karena tidak cukup waktu untuk pergi diam-diam ke tempat itu." Harta yang dititipkan Ellie dan Klara untuk sang bayi sangat banyak, dan Gergely memutuskan membuat ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai gudang bagi segala harta milik bayinya tersebut. Meskipun masih bayi, dia sudah mewarisi banyak harta. Namun itu baru bisa diketahui setelah usianya dua puluh tahun, sesuai perintah Klara. Meskipun demikian, Ellie tidak memberi batasan apapun, bahkan cenderung merayu untuk kembali dalam beberapa tahun saja tanpa pengethauan Klara.
Baik Gergely maun Gerda tidak berani menjanjikan apapun pada Ellie, sebab mereka tahu, Klara bisa menjadi sangat kejam jika perintahnya dilanggar. Ellie juga sebenarnya menyadari hal tersebut. Namun rasa keibuan membuatnya berusaha untuk bernegosisi dengan Gergely dan Gerda.
Gerda menjawab suaminya sambil lalu, karena dirinya masih terhipnotis apda sosok mungil dalam pelukannya, "Iya sayang, tidak apa-apa. Sebagian besar kebutuhan kita juga sudah cukup di sana, selebihnya bisa kita bereskan pelan-pelan. Jangan terlalu memaksakan diri" jawab Gerda bijaksana, "apakah kamu merasa lapar, haus, atau membutuhkan sesuatu?" tawar Gerda penuh perhatian. Tiba-tiba dia teringat bahwa Gergely belum makan sejak sore. Dia khawatir Gergely akan kelelahan.
"Tidak," Gergely menggeleng, "aku hanya ingin segera tiba di rumah baru kita, beristirahat, dan bersantai bersama anak kita." Gergely menekankan kata anak kita dengan getar lembut dalam suaranya. Gerda secara spontan mendekap bayi mungil dalam pelukannya semakin erat. Meskipund emikian, Gerda mengeluarkan kotak makanan dan memberikan beberapa buah roti kepada Gergely.
Kereta kuda mereka berhenti di tepi hutan desa Csetje tepat ketika fajar mulai menyingsing. Lokasi ini tidak terlalu jauh dari kota, tetapi juga cukup tersembunyi, karena terlindung oleh lebatnya pepohonan. Selain itu, ada lahan kosong sekitar satu hektar yang bisa digarap untuk berkebun dengan jarak sekitar dua ratus meter saja. Wilayah yang sempurna untuk bersembunyi dan untuk melanjutkan hidup dengan keluarga kecil mereka yang baru.
Hari ini secara resmi, mereka telah menghilang dari pergaulan sosial dan hubungan persaudaraan dengan kerabat mereka. Hari-hari selanjutnya adalah cerita baru tentang keluarga kecil bahagia di tepi hutan Csetje yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang putri cantik mereka. ya, hanya mereka bertiga dan makhluk di sekitar hutan ayang akan berinteraksi dengan mereka selama dua puluh tahun.
Sedetik Gergely merasa menyesal tidak membocorkan lokasi tempat ini kepada Ellie, namun dirinya kembali mengingatkan, bahwa ini adalah yang terbaik, sebab jika sampai Klara tahu dirinya membocorkan tempat tinggal mereka kepada siapapun, mereka semua akan terbunuh, bahkan bayi cantik mungil yang tidak berdosa inipun akan berpisah dengan nyawanya.
Tidak perduli seperti apa jalan yang diberikan tuhan untuk mendapatkan seorang anak, pasangan yang sudah lama tidak dikaruniai anak itu merasa kehadiran bayi tersebut seperti sebuah jawaban atas do'a mereka kepada tuhan. Mereka memberi nama bayi tersebut Benca Kveta Fialova, yang artinya perempuan cantik seperti bunga yang sedang mekar, dan mampu menaklukan hati banyak orang karena kepribadiannya.
Gerda memandang suaminya yang berada di atas atap rumah dengan senyum, sedikit berteriak dia memanggil suaminya "Gery, beristirahatlah, aku membawakan kudapan kesukaanmu." Gergely yang sedang berada di atap untuk menguatkan posisi atap rumah kayu mereka, mengelap peluhnya. Dia tersenyum menatap istrinya yang berada di bawah sambil menggendong Benca."Letakan saja di atas batu, dekat pohon besar itu. Aku akan turun sebentar lagi" matanya menatap gadis kecil dalam gendongan istrinya yang sibuk menata makanan di bawah pohon, tatapan matanya menjadi redup, hatinya berdesir dipenuhi rasa kasih, "apakah gadis cantik kesayangan merindukan ayahnya?" Gergely berteriak dari atap.Gerda berteriak menjawab suaminya, "dia tidak merindukanmu, dia hanya ingin makan bersama ayahnya" balas Gerda, mencoba memaksa suaminya untuk turun dan beristirahat.Menggunakan Benca untuk memaksa Gergely melakukan sesuatu, terbukti selalu sukses. Sedet
Dua orang pria bertarung dengan sangat lihai disaksikan dua orang gadis yang saling memberi semangat."Arpad, kamu yang terbaik, kalahkan dia, jangan beri ampun" seorang wanita dengan semangat memberi dukungan sambil terus bertepuk tangan setiap pedang Arpad mengayun memberikan serangan telak pada lawan.Wajah wanita itu bulat bagaikan bulan, dia selalu mampu membuat orang-orang disekelilingnya merasa bahagia, senyumnya menampilkan barisan gigi yang rapih berjajar bagaikan deretan mutiara. Rambutnya yang pirang bergelombang digelung ke atas, diberi hiasan manik-manik dan topi kecil yang mempermanis penampilannya."Tenang Erza, kakakmu yang tampan ini pasti bisa menumbangkannya." Pria yang dipanggil Arpad menyahuti sambil mengedipkan matanya yang teduh berwarna biru samudera kepada satu-satunya adik perempuan yang sangat disayanginya."Kamu tidak mendukungku, Erza? awas ya, jangan menangis dan mengadu padaku jika G
Lorant mengerang menahan sakit di kakinya, dia telah mencoba menghentikan pendarahan dengan mengikat kakinya erat-erat, namun darah masih saja mengucur. Sementara tubuhnya semakin lemah karena haus dan lapar."Ya tuhan, sungguh aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu siapa mereka, dan mengapa mereka menyerang kami. Apakah pertempuran di Sisak semakin melebar hingga mencapai Moslavina?" Lorant bergumam sendiri, mencoba menganalisa situasi ditengah rasa sakit yang menderanya.Bagaimanapun dia adalah seorang prajurit terlatih yang sudah terbiasa menahan sakit akibat serangan dari musuh. Namun ini adalah di tengah hutan, dan dia tidak terlalu mengenal wilayah ini, jadi saat dia lari dari gempuran musuh yang tidak dikenalnya, dia hanya mengikuti insting untuk menyelamatkan diri."Semoga keluarga Baron Vladislav bisa diselamatkan oleh para pengawalnya..."saat Lorant sibuk bermonolog dalam hati
Tiba di rumah, Benca membuka pintu kayu dengan hati-hati, "bu, ibu... ibu di mana?" Benca memanggil ibunya sambil memapah Lorant untuk duduk di pembaringan. Dengan telaten Benca membantu Lorant untuk mendapatkan posisi rebahan yang cukup nyaman. Setelah itu, dia ke dapur mencari ibunya, tetapi Benca tidak menemukan ibunya. Lewat pintu belakang Benca ke luar. Di sana ibunya tampak sedang menjemur gandum. Cahaya matahari di bulan Oktober tidak terlalu bagus untuk menjemur, tetapi setidaknya, gandum-gandum tersebut tidak akan busuk karena lembab saat musim dingin nanti. Benca menghampiri ibunya "ibu..." Benca memanggil dengan suara lirih. Ibunya menoleh, sedikit terkejut "hey, Kamu sudah pulang, sayang. Cepat sekali. Apakah ayahmu sangat lapar, sehingga menghabiskan makanannya dengan kilat?" Benca menggeleng, lalu duduk dihadapan ibunya. Benca memegang tangan ibunya, lalu menceritakan tentang Lorant. Gerda terbelalak,
Para pengawal menunduk dihadapan seseorang yang sedang duduk sambil mengetukkan jarinya di tangan kursi. Wajahnya yang tenang, namun tegas, memancarkan kharisma yang kuat. Gurat-gurat di keningnya menandakan usia yang semakin menua, namun sesungguhnya dia tidak terlalu tua, hanya saja dia sering tampak murung dan sedih. Meskipun sisa-sisa ketampanan yang dimilikinya masih terlihat, namun terkubur oleh ekspresi datar di wajahnya. Padahal jika diteliti cukup dalam, hidung kokoh diantara alis tebal seperti parang yang menaungi bola mata hazel dalam bingkai berbentuk almond itu memiliki sorot mata setajam elang. Semua bagaikan pahatan sempurna mahakarya sang pencipta. Bibirnya yang tipis dan hampir tidak pernah tersenyum, masih memerah segar karena tidak pernah tersentuh tembakau. Ya, meskipun dia tidak terlalu mengurusi penampilan, namun dia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan serta kebugaran tubuhnya, sebab dia bertekad untuk bisa terus hidup sampai bertemu dengan putri satu-satun
Ellie menatap nanar ke luar jendela dari dalam ruangan pribadinya, tubuh polosnya masih berada di dalam selimut tebal, sementara Klara sedang sibuk merapihkan diri. Bertahun-tahun mereka melakukan hubungan yang intim lebih dari sekedar sebagai keponakan dan bibi tanpa dicurigai, karena mereka tinggal dalam satu atap di kastil Cachtice ini. Klara yang lembut penuh perhatian telah menjadi tempat bersandar bagi Ellie yang rapuh dan penuh dengan kekhawatiran. Moment disaat dia harus melepas bayi perempuannya --hasil hubungannya bersama Gustav-- merupakan skenario yang dilakukan oleh Klara dengan sangat rapih. Kenyataannya, delapan belas tahun berlalu, semuanya seolah-olah berjalan sebagaimana mestinya, seakan-akan memang tidak pernah ada seorang anak yang pernah terlahir dari rahimnya. "Klara, apakah ada kemungkinan aku bisa bertemu dengan Sweety --begitu Ellie menyebut anaknya dihadapan Klara--?" Ellie bertanya dengan nada sedih kepada bibinya. Sesungguhnya Klara bosan dengan rengekan
Lorant membantu Gergely memotong kayu untuk persediaan di musim dingin yang akan segera tiba. Tubuhnya yang atletis dan dipenuhi banyak bekas luka, seolah menunjukan bahwa dia bukan sekedar tuan tanah, namun juga seorang ksatria yang mengerti teknik bertempur. Cara Lorant memegang kampak dan mengayunkannya sangat lihay dan terlatih. Benca memperhatikan, bahwa kayu yang dipotong oleh Lorant memiliki presisi yang mengagumkan. Seolah Lorant telah mengukurnya. Keringat yang membasahi tubuh Lorant berkilat diterpa sinar matahari pagi yang lembut. Benca tanpa sadar mengaguminya, lalu tersipu sendiri. Dengan senyum sumringah, Benca menghampiri mereka sambil membawa kudapan palacinky dan selai blueberry kesukaan Lorant. Entah bagaimana, ibunya seolah menguasai banyak hal meski mereka hidup terasing di pinggiran desa Csetje. Semua makanan yang diolah oleh ibunya, akan menghasilkan sensasi yang nikmat di lidah siapapun yang mencicipinya. Bahkan Lorant terang-terangan memuji masakan Gerda.
Gerda sedang sibuk di dapur untuk mempersiapkan makan malam dibantu oleh Benca. Sementara Lorant dan Gergely sedang duduk di teras menatap langit yang mulai pekat sambil bicara tentang kehidupan Lorant di Arva. Lorant bermaksud memberi pengantar kepada Gergely tentang siapa dirinya, dan bagaimana kehidupannya, untuk memberi gambaran singkat kepada Gergely, bahwa dirinya cukup layak dipertimbangkan sebagai menantu dan pendamping bagi Benca. Gergely tidak ingin membahas tentang apa yang telah dia ketahui bersama istrinya tadi pagi. Bahkan saat makan siangpun mereka hanya bicara tentang hal-hal ringan seputar kehidupan Benca selama delapan belas tahun di tempat yang terpencil. Kenyataan bahwa Benca mengusai sebagian besar ilmu herbal serta keterampilan memasak tentu tidak lagi membuat Lorant bertanya-tanya. Sebab Lorant tahu, Benca mewarisi semua itu dari ibunya. Namun pertanyaan besar tentang ilmu dasar politik maupun kehidupan ala bangsawan termasuk tata krama dalam bersikap sehari