Gerda memandang suaminya yang berada di atas atap rumah dengan senyum, sedikit berteriak dia memanggil suaminya "Gery, beristirahatlah, aku membawakan kudapan kesukaanmu." Gergely yang sedang berada di atap untuk menguatkan posisi atap rumah kayu mereka, mengelap peluhnya. Dia tersenyum menatap istrinya yang berada di bawah sambil menggendong Benca.
"Letakan saja di atas batu, dekat pohon besar itu. Aku akan turun sebentar lagi" matanya menatap gadis kecil dalam gendongan istrinya yang sibuk menata makanan di bawah pohon, tatapan matanya menjadi redup, hatinya berdesir dipenuhi rasa kasih, "apakah gadis cantik kesayangan merindukan ayahnya?" Gergely berteriak dari atap.
Gerda berteriak menjawab suaminya, "dia tidak merindukanmu, dia hanya ingin makan bersama ayahnya" balas Gerda, mencoba memaksa suaminya untuk turun dan beristirahat.
Menggunakan Benca untuk memaksa Gergely melakukan sesuatu, terbukti selalu sukses. Sedetik kemudian, Gergely sudah meninggalkan pekerjaanya dan beranjak turun dari atap. Gergely mengibaskan tangannya, mencoba menghalau serpihan kayu di sekujur tubuhnya. Gerda memberikan handuk kecil untuk mengusap peluh suaminya. Gergely mendekat dan hendak mencium bayi mungil yang sedang tersenyum menatap dirinya dengan bola mata hazel yang membulat lucu.
"Bersihkan dulu dirimu sebelum menyentuh anakku!" Gerda memarahi suaminya.
Gergely terkekeh, "apakah putriku tidak suka aroma kayu di tubuh ayahnya yang tampan ini? atau hanya ibunya saja yang tergila-gila dengan aroma tersebut?"
Gerda memukul suaminya dengan kain selendang, "tidak ada aroma kayu di tubuhmu, sayang. Yang tertinggal hanya aroma keringat yang menempel sejak pagi, berbaur dengan matahari tengah hari." Gerda menata bekal makan sambil menyodorkan air untuk suaminya.
Gergely mencuci muka dan tangannya dengan seksama, lalu mengeringkannya, "sekarang bolehkan aku menciumnya? atau ibunya akan cemburu?" Gergely senang menggoda istrinya, bagi Gergely, saat merajuk Gerda menjadi lebih cantik.
"Sudahlah, jangan buat anakmu kelaparan hanya karena kegenitanmu. Gerda menyerahkan Benca kepada suaminya, "jangan lama-lama menggendongnya, pakaianmu masih bau keringat!" Gergely mengabaikan ucapan Gerda, lalu segera bercanda dengan Benca, sampai Gerda harus memaksanya makan dan mengambil Benca dari pangkuan Gergely.
Rumah mereka sesungguhnya bisa dibilang tidak ada masalah, hanya saja Gergely selalu merasa perlu memberikan sentuhan kecil di sana-sini. Profesi lamanya sebagai orang yang suka mendekor interior kastil para bangsawan, membuatnya selalu ingin merapihkan banyak hal terkait bangunan.
Gerda sering mengingatkan suaminya, "jangan buat rumah kita terlalu menarik perhatian sayang, itu akan mencelakakan kita" Gergely mengerti dan banyak menahan diri untuk tidak mempercantik tempat tinggal mereka. Namun seringkali dia tidak tahan untuk memberikan sentuhan kecil di sana sini.
"Iya sayang, terima kasih, sudah mengingatkan. Tetapi terkadang sulit bagiku untuk tidak melakukan sesuatu bagi rumah kita. Percayalah, aku sudah sangat sering memaksa dan menasehati diriku sendiri, agar tidak terlalu banyak memberikan detil-detil indah untuk rumah kita." Gergely mencoba untuk membela diri. Gerda hanya menjawab dengan senyum. Dia tahu benar bagaimana suaminya. Dia juga mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Gergely. Tetapi bagaimanapun mereka harus berhati-hati. Karena mengantisipasi jauh lebih bijaksana daripada mengundang curiga. Sebab tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.
Sesungguhnya, Gerda adalah asisten tabib di kastil Cachtice, sehingga dia menguasai banyak hal tentang kegunaan obat dari berbagai tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Sedangkan Gergely adalah tukang kayu yang bertugas mendekorasi beberapa interior kastil Cachtice keluarga de Ecsed maupun bangsawan lainnya. Maka tidak heran, meskipun mereka tinggal di tepi hutan yang jauh dari keramaian, rumah mereka yang kecil sederhana, tampak apik dan berkelas dengan sentuhan tangan Gergely. Mereka melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan siapapun, semakin sedikit orang tahu keberadaan mereka, akan semakin baik.
"Aku tahu dan mengerti sekali apa yang Kamu rasakan, Gery. Tetapi kita harus tetap ingat tujuan awal kita. Meskipun kita tinggal di tempat yang tersembunyi, dan kita pikir ini adalah tempat yang aman, tetapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Sejauh ini, kita memang harus mensyukuri karena situasinya cukup kondusif. Walaupun demikian, jika sewaktu-waktu ada orang yang tersesat ke sini, kita tidak perlu mengundang tanda tanya besar. Biarkan mereka berpikir, bahwa kita hanyalah petani biasa yang hidup terisolir."
Mereka sudah sepakat, untuk mengganti profesi sebagai pasangan petani. Ini penting untuk menyembunyikan identitas mereka. Gergely bisa saja membangun rumah yang megah dan indah dengan harta yang dimiliki. Namun demi keamanan Benca, Gergely dan Gerda tidak melakukannya. Mereka akan hidup seperti layaknya petani biasa. Bercocok tanam, dan hidup sederhana. Namun mereka tetap akan memberi pendidikan yang baik untuk Benca. Putri mereka dipastikan kelak akan menguasai ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah bangsawan. Meskipun Benca hanya belajar melalui Gergely dan Gerda.
Gergely mengangguk tanda setuju, "ya, sayang. Jangan pernah lelah untuk mengingatkan aku. Bagaimanapun, aku tidak ingin mencelakakan nyawa Benca. Dan aku harap, kita tetap bisa menjaga Benca sampai usianya yang ke dua puluh tahun. Setelah lewat waktu itu, aku harap kita bisa mengembalikan mereka pada keluarga Ecsed. Atau, seandainyapun Benca memutuskan untuk tetap bersama kita, dan keluarga Ecsed menyetujuinya, maka kita akan tetap melanjutkan hidup kita di sini, atau di manapun Benca mau, dengan identitas dia yang sudah jelas sebagai bangsawan."
Waktu telah membawa Benca tumbuh menjadi balita mungil yang lucu, Gergely dan Gerda sering mengajak Benca kecil berpiknik dipinggir hutan. Mereka mengajarkan Benca kecil untuk bisa berbaur dengan lingkungannya, mengenal hewan-hewan mungil yang lucu di sekitar hutan, maupun mempelajari nama-nama tumbuhan. Mereka juga mengajak Benca bermain di pinggir hutan untuk belajar dan melatih wawasan Benca tentang lingkungan hidup, dunia herbal, serta mempelajari beberapa ilmu pengetahuan lainnya yang dianggap perlu untuk masa depan Benca.
Gergely dan Gerda mengupayakan yang terbaik bagi bekal masa depan Benca. Selain harta benda yang sudah dimiliki oleh Benca tanpa sepengetahuan dirinya, keduanya bertekad untuk membekali Benca dengan banyak pengetahuan dan keterampilan. Bagaimanapun, ilmu pengetahuan serta tata krama dalam hidup adalah sesuatu yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Terlebih lagi bagi seorang Benca yang memang memiliki darah biru seorang bangsawan kelas atas. Mereka tidak ingin, saat dewasa nanti, Benca tidak bisa berbaur dengan keluarga bangsawan.
Pasangan ini merasa dilimpahi dengan berkah maha dahsyat karena kehadiran Benca. Mereka merawat dengan penuh kasih sayang. Dan menjelang remaja, Benca semakin menampakkan kecantikannya. Benca dengan senang hati membantu ayah dan ibunya bekerja membereskan rumah, memasak, mencari daun dan buah-buahan untuk persediaan makan, terkadang mengantarkan hasil masakan Gerda kepada Gergely di kebun.
Terkadang, Gergely dan Gerda tidak tega meyuruh Benca bekerja sedikit keras. Namun mereka harus menguatkan diri, karena satu-satunya jalan bagi Benca untuk bisa survive adalah dengan memiliki banyak kemampuan serta keahlian. Sebab, ada saatnya, di mana kelak Benca harus berdiri di atas kakinya sendiri tanpa perlindungan dari orang tua angkatnya.
Mereka belum menceritakan asal-usul Benca, menunggu hingga tumbuh dewasa untuk menceritakan semuanya. Baik Gergely dan Gerda, keduanya sama-sama sepakat, meskipun tidak pernah terucapkan, agar tenggat waktu dua puluh tahun tersebut berjalan sangat lambat.
Dua orang pria bertarung dengan sangat lihai disaksikan dua orang gadis yang saling memberi semangat."Arpad, kamu yang terbaik, kalahkan dia, jangan beri ampun" seorang wanita dengan semangat memberi dukungan sambil terus bertepuk tangan setiap pedang Arpad mengayun memberikan serangan telak pada lawan.Wajah wanita itu bulat bagaikan bulan, dia selalu mampu membuat orang-orang disekelilingnya merasa bahagia, senyumnya menampilkan barisan gigi yang rapih berjajar bagaikan deretan mutiara. Rambutnya yang pirang bergelombang digelung ke atas, diberi hiasan manik-manik dan topi kecil yang mempermanis penampilannya."Tenang Erza, kakakmu yang tampan ini pasti bisa menumbangkannya." Pria yang dipanggil Arpad menyahuti sambil mengedipkan matanya yang teduh berwarna biru samudera kepada satu-satunya adik perempuan yang sangat disayanginya."Kamu tidak mendukungku, Erza? awas ya, jangan menangis dan mengadu padaku jika G
Lorant mengerang menahan sakit di kakinya, dia telah mencoba menghentikan pendarahan dengan mengikat kakinya erat-erat, namun darah masih saja mengucur. Sementara tubuhnya semakin lemah karena haus dan lapar."Ya tuhan, sungguh aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Aku tidak tahu siapa mereka, dan mengapa mereka menyerang kami. Apakah pertempuran di Sisak semakin melebar hingga mencapai Moslavina?" Lorant bergumam sendiri, mencoba menganalisa situasi ditengah rasa sakit yang menderanya.Bagaimanapun dia adalah seorang prajurit terlatih yang sudah terbiasa menahan sakit akibat serangan dari musuh. Namun ini adalah di tengah hutan, dan dia tidak terlalu mengenal wilayah ini, jadi saat dia lari dari gempuran musuh yang tidak dikenalnya, dia hanya mengikuti insting untuk menyelamatkan diri."Semoga keluarga Baron Vladislav bisa diselamatkan oleh para pengawalnya..."saat Lorant sibuk bermonolog dalam hati
Tiba di rumah, Benca membuka pintu kayu dengan hati-hati, "bu, ibu... ibu di mana?" Benca memanggil ibunya sambil memapah Lorant untuk duduk di pembaringan. Dengan telaten Benca membantu Lorant untuk mendapatkan posisi rebahan yang cukup nyaman. Setelah itu, dia ke dapur mencari ibunya, tetapi Benca tidak menemukan ibunya. Lewat pintu belakang Benca ke luar. Di sana ibunya tampak sedang menjemur gandum. Cahaya matahari di bulan Oktober tidak terlalu bagus untuk menjemur, tetapi setidaknya, gandum-gandum tersebut tidak akan busuk karena lembab saat musim dingin nanti. Benca menghampiri ibunya "ibu..." Benca memanggil dengan suara lirih. Ibunya menoleh, sedikit terkejut "hey, Kamu sudah pulang, sayang. Cepat sekali. Apakah ayahmu sangat lapar, sehingga menghabiskan makanannya dengan kilat?" Benca menggeleng, lalu duduk dihadapan ibunya. Benca memegang tangan ibunya, lalu menceritakan tentang Lorant. Gerda terbelalak,
Para pengawal menunduk dihadapan seseorang yang sedang duduk sambil mengetukkan jarinya di tangan kursi. Wajahnya yang tenang, namun tegas, memancarkan kharisma yang kuat. Gurat-gurat di keningnya menandakan usia yang semakin menua, namun sesungguhnya dia tidak terlalu tua, hanya saja dia sering tampak murung dan sedih. Meskipun sisa-sisa ketampanan yang dimilikinya masih terlihat, namun terkubur oleh ekspresi datar di wajahnya. Padahal jika diteliti cukup dalam, hidung kokoh diantara alis tebal seperti parang yang menaungi bola mata hazel dalam bingkai berbentuk almond itu memiliki sorot mata setajam elang. Semua bagaikan pahatan sempurna mahakarya sang pencipta. Bibirnya yang tipis dan hampir tidak pernah tersenyum, masih memerah segar karena tidak pernah tersentuh tembakau. Ya, meskipun dia tidak terlalu mengurusi penampilan, namun dia selalu berusaha untuk menjaga kesehatan serta kebugaran tubuhnya, sebab dia bertekad untuk bisa terus hidup sampai bertemu dengan putri satu-satun
Ellie menatap nanar ke luar jendela dari dalam ruangan pribadinya, tubuh polosnya masih berada di dalam selimut tebal, sementara Klara sedang sibuk merapihkan diri. Bertahun-tahun mereka melakukan hubungan yang intim lebih dari sekedar sebagai keponakan dan bibi tanpa dicurigai, karena mereka tinggal dalam satu atap di kastil Cachtice ini. Klara yang lembut penuh perhatian telah menjadi tempat bersandar bagi Ellie yang rapuh dan penuh dengan kekhawatiran. Moment disaat dia harus melepas bayi perempuannya --hasil hubungannya bersama Gustav-- merupakan skenario yang dilakukan oleh Klara dengan sangat rapih. Kenyataannya, delapan belas tahun berlalu, semuanya seolah-olah berjalan sebagaimana mestinya, seakan-akan memang tidak pernah ada seorang anak yang pernah terlahir dari rahimnya. "Klara, apakah ada kemungkinan aku bisa bertemu dengan Sweety --begitu Ellie menyebut anaknya dihadapan Klara--?" Ellie bertanya dengan nada sedih kepada bibinya. Sesungguhnya Klara bosan dengan rengekan
Lorant membantu Gergely memotong kayu untuk persediaan di musim dingin yang akan segera tiba. Tubuhnya yang atletis dan dipenuhi banyak bekas luka, seolah menunjukan bahwa dia bukan sekedar tuan tanah, namun juga seorang ksatria yang mengerti teknik bertempur. Cara Lorant memegang kampak dan mengayunkannya sangat lihay dan terlatih. Benca memperhatikan, bahwa kayu yang dipotong oleh Lorant memiliki presisi yang mengagumkan. Seolah Lorant telah mengukurnya. Keringat yang membasahi tubuh Lorant berkilat diterpa sinar matahari pagi yang lembut. Benca tanpa sadar mengaguminya, lalu tersipu sendiri. Dengan senyum sumringah, Benca menghampiri mereka sambil membawa kudapan palacinky dan selai blueberry kesukaan Lorant. Entah bagaimana, ibunya seolah menguasai banyak hal meski mereka hidup terasing di pinggiran desa Csetje. Semua makanan yang diolah oleh ibunya, akan menghasilkan sensasi yang nikmat di lidah siapapun yang mencicipinya. Bahkan Lorant terang-terangan memuji masakan Gerda.
Gerda sedang sibuk di dapur untuk mempersiapkan makan malam dibantu oleh Benca. Sementara Lorant dan Gergely sedang duduk di teras menatap langit yang mulai pekat sambil bicara tentang kehidupan Lorant di Arva. Lorant bermaksud memberi pengantar kepada Gergely tentang siapa dirinya, dan bagaimana kehidupannya, untuk memberi gambaran singkat kepada Gergely, bahwa dirinya cukup layak dipertimbangkan sebagai menantu dan pendamping bagi Benca. Gergely tidak ingin membahas tentang apa yang telah dia ketahui bersama istrinya tadi pagi. Bahkan saat makan siangpun mereka hanya bicara tentang hal-hal ringan seputar kehidupan Benca selama delapan belas tahun di tempat yang terpencil. Kenyataan bahwa Benca mengusai sebagian besar ilmu herbal serta keterampilan memasak tentu tidak lagi membuat Lorant bertanya-tanya. Sebab Lorant tahu, Benca mewarisi semua itu dari ibunya. Namun pertanyaan besar tentang ilmu dasar politik maupun kehidupan ala bangsawan termasuk tata krama dalam bersikap sehari
Benca bangun pagi-pagi sekali saat hari masih gelap, lalu membereskan dapur serta menyiapkan kudapan untuk sarapan pagi hari. Ibunya telah lebih dulu membuat adonan roti gandum kesukaan Benca yang dipadukan dengan camembert. Benca suka dengan sensasi lelehan camembert di lidahnya. Disudut, Benca melihat banyak kotak makanan tersusun rapih. Mendadak hatinya sedih "inikah akhir hari bersama kedua orang tuanya setelah delapan belas tahun?" Batin Benca kelu. "Hey, Kamu saudah bangun, sayang?" Gerda yang baru saja menyadari kehadiran Benca di dapur, segera menghampiri putri kesayangannya. Hatinya juga sedih, namun dia berusaha untuk tegar. Bagaimanapun, kebahagiaan Benca adalah yang paling utama. Dengan lembut dia memeluk putri kesayangannya, lalu mencium kening Benca. Dia tidak mampu berkata-kata, takut suaranya akan bergetar, lalu mereka berdua tidak akan mampu membendung tangisan. Yang pada akhirnya, hanya akan menghambat keyakinan Benca untuk pergi bersama Lorant untuk meraih kebahag