Share

6. Keluarga Bahagia di Tepi Hutan Csetje

Gerda memandang suaminya yang berada di atas atap rumah dengan senyum, sedikit berteriak dia memanggil suaminya "Gery, beristirahatlah, aku membawakan kudapan kesukaanmu." Gergely yang sedang berada di atap untuk menguatkan posisi atap rumah kayu mereka, mengelap peluhnya. Dia tersenyum menatap istrinya yang berada di bawah sambil menggendong Benca.

"Letakan saja di atas batu, dekat pohon besar itu. Aku akan turun sebentar lagi" matanya menatap gadis kecil dalam gendongan istrinya yang sibuk menata makanan di bawah pohon, tatapan matanya menjadi redup, hatinya berdesir dipenuhi rasa kasih, "apakah gadis cantik kesayangan merindukan ayahnya?" Gergely berteriak dari atap.

Gerda berteriak menjawab suaminya, "dia tidak merindukanmu, dia hanya ingin makan bersama ayahnya" balas Gerda, mencoba memaksa suaminya untuk turun dan beristirahat.

Menggunakan Benca untuk memaksa Gergely melakukan sesuatu, terbukti selalu sukses. Sedetik kemudian, Gergely sudah meninggalkan pekerjaanya dan beranjak turun dari atap. Gergely mengibaskan tangannya, mencoba menghalau serpihan kayu di sekujur tubuhnya. Gerda memberikan handuk kecil untuk mengusap peluh suaminya. Gergely mendekat dan hendak mencium bayi mungil yang sedang tersenyum menatap dirinya dengan bola mata hazel yang membulat lucu.

"Bersihkan dulu dirimu sebelum menyentuh anakku!" Gerda memarahi suaminya.

Gergely terkekeh, "apakah putriku tidak suka aroma kayu di tubuh ayahnya yang tampan ini? atau hanya ibunya saja yang tergila-gila dengan aroma tersebut?"

Gerda memukul suaminya dengan kain selendang, "tidak ada aroma kayu di tubuhmu, sayang. Yang tertinggal hanya aroma keringat yang menempel sejak pagi, berbaur dengan matahari tengah hari." Gerda menata bekal makan sambil menyodorkan air untuk suaminya.

Gergely mencuci muka dan tangannya dengan seksama, lalu mengeringkannya, "sekarang bolehkan aku menciumnya? atau ibunya akan cemburu?" Gergely senang menggoda istrinya, bagi Gergely, saat merajuk Gerda menjadi lebih cantik.

"Sudahlah, jangan buat anakmu kelaparan hanya karena kegenitanmu. Gerda menyerahkan Benca kepada suaminya, "jangan lama-lama menggendongnya, pakaianmu masih bau keringat!" Gergely mengabaikan ucapan Gerda, lalu segera bercanda dengan Benca, sampai Gerda harus memaksanya makan dan mengambil Benca dari pangkuan Gergely.

Rumah mereka sesungguhnya bisa dibilang tidak ada masalah, hanya saja Gergely selalu merasa perlu memberikan sentuhan kecil di sana-sini. Profesi lamanya sebagai orang yang suka mendekor interior kastil para bangsawan, membuatnya selalu ingin merapihkan banyak hal terkait bangunan.

Gerda sering mengingatkan suaminya, "jangan buat rumah kita terlalu menarik perhatian sayang, itu akan mencelakakan kita" Gergely mengerti dan banyak menahan diri untuk tidak mempercantik tempat tinggal mereka. Namun seringkali dia tidak tahan untuk memberikan sentuhan kecil di sana sini.

"Iya sayang, terima kasih, sudah mengingatkan. Tetapi terkadang sulit bagiku untuk tidak melakukan sesuatu bagi rumah kita. Percayalah, aku sudah sangat sering memaksa dan menasehati diriku sendiri, agar tidak terlalu banyak memberikan detil-detil indah untuk rumah kita." Gergely mencoba untuk membela diri. Gerda hanya menjawab dengan senyum. Dia tahu benar bagaimana suaminya. Dia juga mengerti dengan apa yang dirasakan oleh Gergely. Tetapi bagaimanapun mereka harus berhati-hati. Karena mengantisipasi jauh lebih bijaksana daripada mengundang curiga. Sebab tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Sesungguhnya, Gerda adalah asisten tabib di kastil Cachtice, sehingga dia menguasai banyak hal tentang kegunaan obat dari berbagai tumbuhan untuk menyembuhkan penyakit. Sedangkan Gergely adalah tukang kayu yang bertugas mendekorasi beberapa interior kastil Cachtice keluarga de Ecsed maupun bangsawan lainnya. Maka tidak heran, meskipun mereka tinggal di tepi hutan yang jauh dari keramaian, rumah mereka yang kecil sederhana, tampak apik dan berkelas dengan sentuhan tangan Gergely. Mereka melakukan semuanya sendiri tanpa bantuan siapapun, semakin sedikit orang tahu keberadaan mereka, akan semakin baik.

"Aku tahu dan mengerti sekali apa yang Kamu rasakan, Gery. Tetapi kita harus tetap ingat tujuan awal kita. Meskipun kita tinggal di tempat yang tersembunyi, dan kita pikir ini adalah tempat yang aman, tetapi kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dimasa depan. Sejauh ini, kita memang harus mensyukuri karena situasinya cukup kondusif. Walaupun demikian, jika sewaktu-waktu ada orang yang tersesat ke sini, kita tidak perlu mengundang tanda tanya besar. Biarkan mereka berpikir, bahwa kita hanyalah petani biasa yang hidup terisolir."

Mereka sudah sepakat, untuk mengganti profesi sebagai pasangan petani. Ini penting untuk menyembunyikan identitas mereka. Gergely bisa saja membangun rumah yang megah dan indah dengan harta yang dimiliki. Namun demi keamanan Benca, Gergely dan Gerda tidak melakukannya. Mereka akan hidup seperti layaknya petani biasa. Bercocok tanam, dan hidup sederhana. Namun mereka tetap akan memberi pendidikan yang baik untuk Benca. Putri mereka dipastikan kelak akan menguasai ilmu yang diajarkan di sekolah-sekolah bangsawan. Meskipun Benca hanya belajar melalui Gergely dan Gerda.

Gergely mengangguk tanda setuju, "ya, sayang. Jangan pernah lelah untuk mengingatkan aku. Bagaimanapun, aku tidak ingin mencelakakan nyawa Benca. Dan aku harap, kita tetap bisa menjaga Benca sampai usianya yang ke dua puluh tahun. Setelah lewat waktu itu, aku harap kita bisa mengembalikan mereka pada keluarga Ecsed. Atau, seandainyapun Benca memutuskan untuk tetap bersama kita, dan keluarga Ecsed menyetujuinya, maka kita akan tetap melanjutkan hidup kita di sini, atau di manapun Benca mau, dengan identitas dia yang sudah jelas sebagai bangsawan."

Waktu telah membawa Benca tumbuh menjadi balita mungil yang lucu, Gergely dan Gerda sering mengajak Benca kecil berpiknik dipinggir hutan. Mereka mengajarkan Benca kecil untuk bisa berbaur dengan lingkungannya, mengenal hewan-hewan mungil yang lucu di sekitar hutan, maupun mempelajari nama-nama tumbuhan. Mereka juga mengajak Benca bermain di pinggir hutan untuk belajar dan melatih wawasan Benca tentang lingkungan hidup, dunia herbal, serta mempelajari beberapa ilmu pengetahuan lainnya yang dianggap perlu untuk masa depan Benca.

Gergely dan Gerda mengupayakan yang terbaik bagi bekal masa depan Benca. Selain harta benda yang sudah dimiliki oleh Benca tanpa sepengetahuan dirinya, keduanya bertekad untuk membekali Benca dengan banyak pengetahuan dan keterampilan. Bagaimanapun, ilmu pengetahuan serta tata krama dalam hidup adalah sesuatu yang tidak boleh dikesampingkan begitu saja. Terlebih lagi bagi seorang Benca yang memang memiliki darah biru seorang bangsawan kelas atas. Mereka tidak ingin, saat dewasa nanti, Benca tidak bisa berbaur dengan keluarga bangsawan.

Pasangan ini merasa dilimpahi dengan berkah maha dahsyat karena kehadiran Benca. Mereka merawat dengan penuh kasih sayang. Dan menjelang remaja, Benca semakin menampakkan kecantikannya. Benca dengan senang hati membantu ayah dan ibunya bekerja membereskan rumah, memasak, mencari daun dan buah-buahan untuk persediaan makan, terkadang mengantarkan hasil masakan Gerda kepada Gergely di kebun.

Terkadang, Gergely dan Gerda tidak tega meyuruh Benca bekerja sedikit keras. Namun mereka harus menguatkan diri, karena satu-satunya jalan bagi Benca untuk bisa survive adalah dengan memiliki banyak kemampuan serta keahlian. Sebab, ada saatnya, di mana kelak Benca harus berdiri di atas kakinya sendiri tanpa perlindungan dari orang tua angkatnya.

Mereka belum menceritakan asal-usul Benca, menunggu hingga tumbuh dewasa untuk menceritakan semuanya. Baik Gergely dan Gerda, keduanya sama-sama sepakat, meskipun tidak pernah terucapkan, agar tenggat waktu dua puluh tahun tersebut berjalan sangat lambat.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status