Share

7. Ksatria Arva (Delapan belas tahun kemudian. Tahun 1591)

Dua orang pria bertarung dengan sangat lihai disaksikan dua orang gadis yang saling memberi semangat.

"Arpad, kamu yang terbaik, kalahkan dia, jangan beri ampun" seorang wanita dengan semangat memberi dukungan sambil terus bertepuk tangan setiap pedang Arpad mengayun memberikan serangan telak pada lawan.

Wajah wanita itu bulat bagaikan bulan, dia selalu mampu membuat orang-orang disekelilingnya merasa bahagia, senyumnya menampilkan barisan gigi yang rapih berjajar bagaikan deretan mutiara. Rambutnya yang pirang bergelombang digelung ke atas, diberi hiasan manik-manik dan topi kecil yang mempermanis penampilannya.

"Tenang Erza, kakakmu yang tampan ini pasti bisa menumbangkannya." Pria yang dipanggil Arpad menyahuti sambil mengedipkan matanya yang teduh berwarna biru samudera kepada satu-satunya adik perempuan yang sangat disayanginya.

"Kamu tidak mendukungku, Erza? awas ya, jangan menangis dan mengadu padaku jika Gyorgy pergi dan tidak memberimu kabar." Pria yang menjadi lawan Arpad melancarkan protes dan melotot kepada Erza.

"Ada aku, Lorant." Wanita di sebelah Erza dengan dandanan mewah dan make up tebal segera melemparkan senyum termanisnya pada Lorant, pria yang selalu mencuri hatinya.

Hari ini dia sangat bahagia, karena orang tua mereka telah merencanakan perjodohan antara dirinya dengan Lorant, rasanya mimpi hanya tinggal selangkah lagi untuk menjadi nyata. Selanjutnya dia bisa memamerkan Lorant kepada seluruh gadis bagsawan di Arva sebagai suaminya. Dan tidak ada seorangpun lagi yang akan berani membual untuk bertaruh tentang berapa banyak jumlah bekas luka di tubuh Lorant. Karena pada akhirnya, cuma dia yang tahu tentang hal itu. Membayangkannya saja sudah membuat wanita itu sangat bahagia.

Erza yang melihat wanita disebelahnya senyum-senyum sendiri langsung menyikunya, "aku berani bertaruh, pasti karena pertemuan keluarga semalam yang membuatmu selalu tersenyum sumringah seperti ini. Iya kan, Ivett?"

Yang ditanya hanya melirik dan tersenyum semakin lebar, sementara Lorant yang diberi dukungan oleh Ivett seperti mengacuhkan begitu saja, dan terus bertarung melawan Arpad. Bahkan dengan sengaja membuat dirinya menjadi pihak yang kalah. Perisai Lorant jatuh terkena serangan pedang dari Arpad, lalu dengan sigap Arpad mengarahkan ujung pedangnya ke leher Lorant yang langsung mengangkat kedua tangannya tanda menyerah.

Ivett segera berlari menghampiri Lorant, dan Erza bertepuk tangan semakin keras atas kemenangan Arpad, "kakakku memang yang paling hebat," lalu dia mencium kedua pipi kakaknya.

Arpad berbisik pada Erza, "kak Lorant tidak suka di dukung oleh Ivett, jadi dia sengaja mengalah." Keduanya lalu tertawa cekikian.

Mereka sudah sama-sama tahu, sejak kecil Ivett selalu berusaha mencari perhatian Lorant, namun Lorant tidak pernah menggubrisnya. Lorant tidak pernah menyukai Ivett. Namun sebagai keluarga bangsawan yang masih memiliki darah kekerabatan cukup dekat, mereka sering menghabiskan waktu bersama. Sebagai keluarga bangsawan, memang tidak mudah untuk bergaul semaunya, harus dengan yang setaraf dengan tingkat sosial kebangsawanan mereka.

"Apakah ada yang sakit, Lorant?" Tanya Ivett penuh perhatian, "di mana yang luka? biar aku obati."

Lorant menghindari sentuhan Ivett, "aku baik-baik saja, Ivett. Tadinya aku hampir mengalahkan Arpad, tetapi karena kamu mengganggu konsentrasiku dengan teriakkanmu, maka Arpad-lah yang menjadi pemenangnya. Kalau kamu diam saja, mungkin aku sudah menang dari tadi" jawab Lorant ketus.

Tetapi Ivett justru salah sangka, "apakah kehadiranku selalu mengganggu konsentrasimu, Lorant?" Lorant mendelik menatap Ivett yang masih saja tersenyum tersipu, "maafkan jika aku membuatmu selalu memikirkan aku, mungkin setelah kita menikah, kamu akan lebih tenang, tidak perlu selalu memikirkan dan mengkhawatirkan aku setiap waktu."

"Apppaaaa...?" Lorant mengaum, membuat Erza dan Arpad berjengkit kaget, sementara entah mengapa, Ivett masih saja tersipu menatap Lorant. Wajahnya yang tirus dengan alis tipis bagai bulan sabit tanggal satu, bersemu merah, "aku tidak pernah memikirkanmu apalagi berencana untuk men..." kata-kata Lorant terputus dengan kehadiran seseorang.

"Hallo semuanya..." dan tatapan mata semua orang berubah fokus, dari menyaksikan drama Lorant-Ivett menjadi ke arah pria berpakaian bangsawan yang baru saja datang, "apa kabar semuanya? kalian baru selesai berlatih pedang?" Arpad dan Lorant yang ditanya hanya mengangguk, "hai Ivett, kamu cantik sekali hari ini," Ivett yang masih tersipu makin tersipu, "tetapi maafkan jika bagiku yang tercantik adalah Erza tunanganku. Apa kabar sayang?" kali ini Erza yang salah tingkah.

"Kamu benar Gyorgy, adikku Erza adalah wanita tercantik di Arva" Arpad menyalami Gyorgy, "jadi berhati-hatilah menjaganya."

"Pasti!" Gyorgy mengedipkan mata pada Arpad.

"Lorant, apakah kamu tidak ingin membelaku seperti Arpad membela Erza?" Ivett merajuk pada Lorant.

"Jika tuan Gyorgy yang mengatakan hal tersebut, siapa yang berani menentangnya? Dia bangsawan penguasa wilayah Arva, aku tidak mau mengambil resiko di pasung karena menentangnya. Kecuali bibi Ellie mau bersumpah melindungiku, sebab cuma bibi Ellie yang tingkat kebangsawanannya lebih tinggi dari Gyorgy. Selain itu, Erza memang cantik. Aku setuju dengan Gyorgy." Lorant menjawab tanpa melihat Ivett yang sedang cemberut.

Semuanya menahan tawa, mereka tahu, Arpad tidak pernah menyukai Ivett, tetapi Ivett selalu mengejar-ngejar Lorant, dan pertemuan keluarga semalam adalah petaka untuk Lorant. Tapi sebaliknya, merupakan berkah bagi Ivett. Para sepupu hanya bisa mendukung dengan cara tidak ingin terlalu ikut campur, memilih untuk menjadi penonton dari drama percintaan bertepuk sebelah tangan antara Lorant dan Ivett.

"Ada apa, Gyorgy? Sepertinya sesuatu yang penting telah membuatmu menemui kami di sini" Lorant memperhatikan gulungan kertas yang dibawa oleh Gyorgy dalam genggamannya.

Gyorgy tertawa, "kamu memang sangat teliti, Lorant. Itulah sebabnya aku suka bekerja bersamamu" lalu Gyorgy menatap para gadis, "wahai wanita-wanita tercantik di Arva, bolehkah kami para ksatria Arva berbicara sebentar? Ini hanya untuk para pria, jadi kami mohon beri kami ruang untuk berdiskusi. Silahkan..." Gyorgy mempersilahkan Erza dan Ivett untuk meninggalkan mereka bertiga, lalu duduk dan mulai membuka gulungan kertas yang dia pegang.

"Kita mendapatkan tawaran kerjasama dengan Baron Vladislav Durecovic di Moslaviana. Aku sudah melihat peta daerahnya, ini sangat luar biasa, kita pasti akan memiliki bisnis yang sangat baik jika bekerjasama dengan dia." Gyorgy menunjuk beberpa titik di dalam peta yang dibawanya.

"Wilayah di Lonjsko Polje sangat subur, sebab disana ada sungai Sava, sungai Lonja, dan jalur sungai Velki Strug, itu membuat wilayahnya semakin menarik sehingga banyak sekali bangsawan yang ingin memiliki atau bekerjasama, jadi merupakan suatu keberuntungan jika tuan Baron Vladislav mengajak kita bekerja sama." Arpad mengamati peta sambil bergumam. Pengetahuannya tentang wilayah Moslavina dan Sisak cukup lumayan.

"Ya, kamu benar Arpad, tidak heran jika sumber daya alam di sana sangat subur. Pasti banyak yang bisa kita tanami di wilayah tersebut" Lorant mengamati peta sambil memberi komentar, "tinggal bagaimana bentuk kerjasamanya, itu yang perlu dibahas."

Gyorgy tersenyum, "itulah yang ingin aku katakan kepada kalian, tetapi karena kalian sudah memahaminya, maka aku tidak perlu lagi bicara panjang lebar, bagaimana kalau kalian berangkat ke Moslavina untuk membicarakan hal tersebut?"

"Bukankah kita harus menunggu kabar dari Sisak?" Arpad menyela.

"Ah, kamu benar. Kita harus menunggu perkembangan kasus di Sisak, karena kamu harus mengontrol persedian makanan serta obat-obatan untuk prajurit-prajurit kita di Sisak.

"Tidak apa-apa, aku bisa berangkat sendiri ke Moslavina, situasi memang sedang cukup genting, kita berbagi tugas saja, peperangan membutuhkan amunisi, jadi bekerjasama dengan Baron Vladislav Durecovic juga merupakan salah satu solusi terbaik untuk mendapatkan dukungan, terutama dalam hal suplai makanan."

"Baik, aturlah perjalananmu, nanti biar aku dan Arpad mencoba untuk bisa bertemu denganmu saat kita akan menuju Sisak. Bawalah beberapa pengawal dan pembawa pesan agar kita bisa saling memberi kabar dengan cepat."

"Baiklah, aku akan segera berangkat, mungkin besok pagi aku sudah akan pergi."

"Mengapa terburu-buru sekali?" Gyorgy menatap heran.

Arpad mengedip ke arah Gyorgy, "kamu tahu kenapa dia begitu, semalam kamu ikut kita makan malam bersama keluarga, kan?"

Gyorgy langsung paham, "oke, terserah padamu. Tetapi jangan jadikan urusan bisnis untuk melarikan diri dari kenyataan" Gyorgy mencoba meledek Lorant, yang dibalas dengan pukulan pedang ringan pada punggung Gyorgy.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status