Share

S2 bab 59

Penulis: Mariahlia
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-02 08:06:31

Udara dini hari itu menempel di kulit seperti kabut dingin yang menolak pergi. Jam sudah lewat tengah malam ketika Ayudia masih terduduk di kursi panjang di teras vila keluarga, tubuhnya kaku, seperti boneka yang kehilangan jiwa. Cahaya lampu halaman yang putih pucat membuat bayangannya tampak rapuh, terguncang oleh angin malam yang bertiup pelan.

Di dalam rumah, suara langkah Darma Wijaya sempat terdengar—berat, terukur, lalu menghilang di lantai atas. Pria itu tidak berkata apa-apa lagi setelah memberikan ultimatum mematikan, Pilih. Malam ini. Papi atau dia.

Kalimat itu berulang-ulang di kepala Ayudia, seperti pisau yang menggores, tidak memberi ruang bagi pikirannya untuk bernapas.

Arthayasa berdiri di dekat pagar, tak berani terlalu dekat tapi juga tak mau pergi. Wajahnya seperti batu, keras di luar, tapi di dalam, matanya menjerit. Ia menggenggam kunci motornya erat-erat, tapi tak ada tenaga untuk memutarnya.

“Yu.”

Suara itu pelan, hampir tidak terdengar, tapi cukup untuk
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Cacian Keluarga SuamiKu    S2 bab 59

    Udara dini hari itu menempel di kulit seperti kabut dingin yang menolak pergi. Jam sudah lewat tengah malam ketika Ayudia masih terduduk di kursi panjang di teras vila keluarga, tubuhnya kaku, seperti boneka yang kehilangan jiwa. Cahaya lampu halaman yang putih pucat membuat bayangannya tampak rapuh, terguncang oleh angin malam yang bertiup pelan. Di dalam rumah, suara langkah Darma Wijaya sempat terdengar—berat, terukur, lalu menghilang di lantai atas. Pria itu tidak berkata apa-apa lagi setelah memberikan ultimatum mematikan, Pilih. Malam ini. Papi atau dia. Kalimat itu berulang-ulang di kepala Ayudia, seperti pisau yang menggores, tidak memberi ruang bagi pikirannya untuk bernapas. Arthayasa berdiri di dekat pagar, tak berani terlalu dekat tapi juga tak mau pergi. Wajahnya seperti batu, keras di luar, tapi di dalam, matanya menjerit. Ia menggenggam kunci motornya erat-erat, tapi tak ada tenaga untuk memutarnya. “Yu.” Suara itu pelan, hampir tidak terdengar, tapi cukup untuk

  • Cacian Keluarga SuamiKu    S2 bab 58

    Udara malam terasa seperti menjerat tenggorokan saat Ayudia dan Arthayasa digiring ke luar gedung tua itu. Dua pria berbadan besar yang berpakaian serba hitam berjalan di depan dan belakang mereka, gerakan mereka kaku dan terlatih seperti orang-orang yang biasa melakukan pekerjaan ini. Ayudia menggenggam tangan Arthayasa erat, seperti pegangan terakhir agar dirinya tidak jatuh ke dalam jurang ketakutan. Di setiap langkah, dadanya terasa makin berat. Mobil hitam mewah dengan kaca gelap sudah menunggu di depan. “Masuk.” Salah satu pria itu membuka pintu. Ayudia dan Arthayasa saling menatap sekilas, mencoba membaca pikiran satu sama lain. Tidak ada kata-kata yang cukup. Mereka hanya bisa masuk ke dalam mobil, duduk bersebelahan, tanpa bicara. Pintu ditutup dengan suara “thud” yang terdengar seperti penjara yang mengunci mereka di dalam. Mesin mobil menyala, dan kendaraan itu melaju pelan meninggalkan gudang tua. Sepanjang perjalanan, Ayudia mencoba mengatur napasnya, tapi dadanya t

  • Cacian Keluarga SuamiKu    S2 bab 57

    Suara dentuman sepatu hak Ayudia di lantai marmer terdengar cepat, menggema di ruang tamu yang terlalu luas untuk hanya diisi oleh dua orang. Dadanya naik turun, napasnya memburu. Ia berdiri di hadapan Darma Wijaya seperti seorang jaksa di ruang sidang, menuntut kebenaran yang selama ini disembunyikan. Pria itu terdiam sejenak. Wajahnya yang selalu tenang kini sedikit berubah, terlihat ada retakan di balik topeng wibawanya. “Ayudia… kamu kenapa bicara seperti ini?” tanyanya pelan, mencoba mengontrol situasi. “Kenapa?!” Ayudia hampir berteriak, suaranya bergetar. “Karena aku baru tahu Papi ternyata mengancam Arthayasa. Papi sengaja menjauhkan dia dariku, kan?!” Darma mengerutkan kening. Senyum kecil yang tadi tersisa di wajahnya kini benar-benar hilang. “Dia… cerita apa ke kamu?” Ayudia melangkah maju, menunjuk papinya dengan jari yang gemetar. “Jadi benar? Papi paksa dia buat jauhin aku? Papi pikir aku nggak punya hak untuk tahu? Papi pikir aku nggak cukup dewasa untuk ngert

  • Cacian Keluarga SuamiKu    S2 bab 56

    Suara jangkrik mendominasi malam itu. Ayudia berdiri kaku di balik semak di depan gudang kecil itu, menahan dinginnya udara desa yang menusuk kulit. Nafasnya berat, bukan hanya karena udara dingin, tapi karena hatinya berdegup seperti gendang perang. "Janjiku sama dia… kalau aku melanggar… maka aku dan kedua orang tuaku akan habis." Kalimat itu menancap di telinganya seperti paku. Janji? Dengan siapa? Ayudia menatap lebih lama. Sorot mata Arthayasa yang biasanya tegas kini terlihat begitu rapuh. Bahunya yang bidang tampak jatuh, seperti menahan beban yang tidak bisa dibagi ke siapa pun. Ayudia ingin masuk, ingin bertanya, ingin menuntut penjelasan. Tapi kakinya seolah menolak bergerak. Apa maksudnya? Apa yang sebenarnya terjadi? Tangannya mengepal. Ia sudah cukup lama menahan rasa penasaran ini. Malam ini, ia tidak akan mundur. “Tok… tok… tok.” Arthayasa terlonjak kaget ketika mendengar pintu gudangnya diketuk. Suaranya pelan, tapi di keheningan malam terdengar jelas.

  • Cacian Keluarga SuamiKu    S2 bab 55

    Ting Ting Ting Suara notifikasi pesan masuk, membuat Arthayasa yang sedang tiduran di ranjangnya menoleh. Pria tampan itu melirik sekilas, lalu mendesah kasar. Tangannya terkepal sempurna. Ia tau siapa yang mengiriminya pesan beruntun itu. Ia memejamkan kedua bola matanya, lalu menghela nafasnya kasar. Tangannya mengambil ponselnya, lalu membuka pesan itu. Darma Wijaya..|Kamu bahkan tidak lupa dengan janji yang kita buat||Jangan melewati batas kamu, Arthayasa! Kamu bahkan tau siapa saya!||Ingat! Tetap jauhi putri saya!|Arthayasa mendesah, matanya meredup. "Maafkan aku, Ayudia..." * Senja di desa selalu datang lebih cepat dibandingkan di kota. Saat warna jingga mulai menguasai langit, suasana berubah tenang, bahkan terlalu tenang. Ayudia menatap keluar dari jendela kamarnya, mencoba merangkai semua puzzle di kepalanya tentang Arthayasa. Arthayasa… Nama itu terus berputar-putar di kepalanya, menolak pergi. Sejak pertama kali pria itu masuk ke kantor ayahnya di kota, ia

  • Cacian Keluarga SuamiKu    S2 bab 54

    Senja turun perlahan, membawa aroma khas desa—paduan wangi jerami basah dan asap dapur kayu bakar. Burung-burung kecil mulai pulang ke sarang, dan suara jangkrik sudah terdengar di sela-sela rumput. Dari teras rumah nenek, Ayudia menatap ke arah sawah yang mulai sepi. Siluet Arthayasa masih ada di sana, berdiri sendirian di pematang, menatap langit jingga dengan raut yang sulit ditebak. Ia menggigit bibir. Ada dorongan aneh dalam dirinya—ingin tahu apa yang dipikirkan pria itu. Ingin tahu mengapa wajahnya selalu terlihat begitu… berat. “Kenapa kamu kayak bawa beban dunia, sih, Thaya?” gumamnya lirih. “Ayu.” Suara nenek mengejutkannya. Ayudia menoleh cepat, mendapati nenek berdiri di ambang pintu sambil membawa secangkir teh. “Jangan sering-sering ke sawah kalau cuma buat liatin anak itu.” “Aduh, Nek… aku nggak liatin dia kok,” Ayudia buru-buru menepis, meski pipinya memanas. Nenek menghela napas, duduk di sebelahnya. “Desa ini kecil, Nak. Kalau kamu sama Arthayasa sering keliha

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status