Mengapa mencintaimu itu begitu menyesakkan? Apakah aku terlalu mengharapkanmu? Atau mungkin hatimu sudah beku sehingga kamu tidak pernah mau tahu arti sebuah ketulusan cinta , bahkan tak mau menghargainya.
(Fathiyah -- Cahaya Cinta di Langit Pesantren--)***“Pak Rizki, sejak kapan Bapak memperkerjakannya, kenapa Bapak tidak bilang padaku kalau menerima karyawan baru?” tanyanya sedikit membentak. Pak Rizki belum pernah melihat Arza semarah ini padanya.“Sudah satu bulan, Mas Arza. Nak Fathiyah sudah bekerja selama satu bulan ini dan berkat dia kafe dan resto kita sampai ramai,” ungkapnya.“Maksud Bapak apa? Kafe dan resto kita ramai apa dia sering melakukan kesalahan dengan tingkahnya yang bar-bar dan agresif itu?”Pak Rizki semakin tidak mengerti dengan pertanyaan Arza. “Bukannya Mas Arza sendiri yang memuji masakan Nak Fathiyah tadi, bahkan semua keluarga Nak Arza juga menyukai masakan itu,” ungkap Pak Rizki yang seketika membuat Arza terdiam.“Maksud Bapak, dia koki kita yang baru?”“Iya, Mas. Yang membuat kafe dan resto kita semakin ramai.”Arza mengalihkan kegugupannya, karena dirinya sudah salah sangka. Tanpa melihat ke arah Fathiyah lagi yang sejak tadi menunduk takut, Arza mengalihkan pembicaraan dengan membicarakan bonus untuk pegawainya dan disambut senang oleh pegawainya yang lain, terkecuali Fathiyah yang sejak tadi menunduk dan sibuk dengan pemikirannya sendiri.“Ya sudah, terima kasih sekali lagi saya ucapkan pada kalian, karena kerja sama kalian kafe dan resto ini semakin berkembang dan cabang-cabangnya pun mengikuti perkembangannya. Selamat bekerja kembali,” ujarnya meninggalkan aula itu, tanpa meminta maaf atau pun memberi apresiasi pada Fathiyah yang sudah menjadikan kafenya booming.Fathiyah menghela napasnya kasar. Ia sama sekali tidak mengharapkan apresiasi dari Arza setelah tahu tatapan tidak suka yang ditunjukkan Arza padanya.Fathiyah kembali bekerja seperti biasanya. Ia berusaha melupakan kejadian yang baru saja terjadi, tapi tatapan mata Elang Arza, membuatnya tidak bisa melupakan itu.“Sebegitu tidak sukanya Mas tampan padaku? Sampai ia harus membentak dan berteriak pada Pak Rizki,” gumamnya sambil terus memasak.Pak Reno melihat perubahan Fathiyah yang biasanya ceria. Namun, sejak bertemu Arza menjadi pendiam.“Nak Fathiyah ndak apa-apa?” tanyanya.“Owalah, ndak apa-apa, Pak. Memangnya kenapa, Pak?” tanyanya sambil menerbitkan senyum manisnya.“Maaf, apa Nak Fathiyah punya masalah dengan Nak Arza? Selama ini Bapak melihat Nak Arza selalu tenang, serius dan tidak pernah berkata kasar apalagi membentak seperti tadi.”“Aku sendiri tidak tahu, Pak. Aku juga baru mengenalnya tadi. Enggak tahu permasalahannya, kenapa seperti itu padaku,” ucapnya, tentu saja Fathiyah bohong. Namun, Fathiyah pun tidak mengerti apa kesalahannya sehingga Arza tidak menyukainya. Memang di hatinya sudah tumbuh cinta untuk polisi tampan itu, dan apakah dirinya salah mencintai laki-laki itu, meskipun ia tahu cintanya bertepuk sebelah tangan.“Ya sudah, tetap fokus bekerja saja, enggak usah dimasukkan ke hati ucapan Nak Arza tadi,” ucap Pak Reno.“Iya, Pak. O iya, kalau ada acara gini berarti kita harus lembur ya, Pak?”“Iya, Nak. Kalau ada acara gini kita bisa pulang hingga pukul 12 malam, Nak.”“Apa Pak Reno enggak capek?”“Bapak ‘kan kerjanya enggak berat Cuma mengomando Nak Fathiyah dan nyiapin bahan. Sangat ringan banget kerjaan Bapak, apalagi sejak ada Nak Fathiyah,” ungkapnya.Fathiyah tersenyum. “Tetap sehat ya, Pak.”“Aamiin ... doakan ya, Nak.”Pukul 12 malam Fathiyah dan pegawai lainnya bersiap pulang. Beberapa dari mereka sudah ada yang menjemput. Hanya Fathiyah yang pulang sendiri.Fathiyah melihat Arza dan beberapa temannya di kepolisian sedang bercanda di meja dekat balkon. Ia berjalan seperti biasa tanpa menyapa. Ia tidak mau melihat Arza semakin marah padanya. Toh, Arza sangat tidak menyukainya.“Bismillah, semoga sepedaku tidak mogok,” lirihnya. Ia pun menstater motornya, tapi motor itu tidak mau menyala. Fathiyah tetap berusaha menyalakannya dengan menyengkak. Namun, hasilnya nihil. Ia celingak-celinguk melihat ke arah kafe berharap ada yang mau menolong. Tanpa sengaja ia melihat Arza yang melihat ke arahnya. Namun, pemuda itu tiba-tiba mengalihkan pandangan. Sama sekali tidak berniat menolongnya. Arza masih fokus bercanda dengan teman-temannya.Fathiyah memutuskan menuntun motornya meninggalkan kafe itu. Berharap di jalan raya ada orang yang berbaik hati menolong. Ia berjalan cukup jauh, tapi tidak satu pun orang menolongnya. Apalagi malam semakin larut, jalanan sudah terlihat sepi.Fathiyah berhenti di trotoar jalan. Ia sudah tidak kuat harus berjalan kaki sambil menuntun motornya lagi. Ia mengelap keringat yang membasahi wajah cantiknya tanpa polesan.Setelah kepergian Fathiyah, Arza memutuskan pulang. Teman-temannya pun juga sudah pulang terlebih dulu. Saat melajukan mobilnya ia melihat Fathiyah yang sedang duduk di trotoar sendirian, terbesit rasa iba di hatinya. Sebenarnya sejak di kafe tadi dirinya ingin menolong Fathiyah. Namun, ia urungkan, karena tidak mau jadi bullyan teman-temannya.“Biar saya bantu,” tawarnya. Fathiyah tercengang melihat kedatangan Arza. Ia mengucek beberapa kali matanya, berharap tidak bermimpi.“Mas tampan ...,” ucapnya lirih.“Sudah saya bilang, saya tidak menyukai panggilan itu,” ujarnya penuh penekanan dan terlihat tidak suka.Arza langsung mencoba menstater motor Fathiyah. lima belas menit Arza baru berhasil menyalakannya.“Sudah bisa, sebaiknya Anda langsung pulang.” Tanpa melihat ke arah Fathiyah, Arza mengatakan itu.“Terima kasih, Mas tampan. Aku enggak nyangka Mas tampan mau menolongku. Aku makin cinta aja deh sama kamu,” ujarnya girang, kepercayaan dirinya muncul kembali.“Sudah saya bilang, saya tidak menyukai Anda memanggilku seperti itu. Saya melakukan semua ini karena rasa kemanusiaan, jadi jangan berpikir macam-macam. Sampai kapan pun saya tidak akan membuka hati saya untuk Anda, seharusnya Anda sadar diri siapa Anda. Kalau pun masih mau bekerja di resto saya, bersikaplah sewajarnya, dan jangan sok kenal atau bersikap bar-bar. Ingat jangan membuat saya semakin jijik pada Anda!” sentaknya, Arza langsung masuk ke dalam mobilnya tanpa melihat ke arah Fathiyah yang menatapnya nanar. Arza tidak peduli kata-katanya akan menyakiti gadis itu.Fathiyah memejamkan mata, air matanya pun menetes membasahi wajah cantiknya. Ia pun menyalakan motor dan segera pulang. Ia hanya bisa tersenyum miris mendapatkan perlakuan itu.Fathiyah mengetuk pintu rumahnya beberapa kali. Namun, Bibi dan Pamannya sama sekali tidak berniat membukakan pintu itu. Fathiyah membaringkan tubuhnya yang lelah di kursi panjang berasal dari rotan depan rumahnya. Rasa lelah membuatnya langsung terlelap tanpa menghiraukan dinginnya angin malam.***Pagi menjelang.Byuur! Sang bibi menyiram tubuh yang masih terlelap itu dengan air seember. Fathiyah langsung bangun dengan gelagapan. Rasa lelah membuat Fathiyah telat bangun, bahkan ia harus melewatkan sholat subuh karena kesiangan.“Dasar pemalas! jam segini masih molor, semalam kamu pulang jam berapa? Apa kafe dan restomu itu membuka layanan plus-plus sehingga kamu bekerja di sana sampai larut malam, mungkin saja sambil melayani tamu, hah ...,” ucapnya dengan kasar.“Tidak, Bik. Semalam ulang tahun kafe tempatku bekerja, sehingga ada acara besar di sana. Semua pegawai kafe harus pulang pukul 12 malam. Saat pulang motorku mogok,” ungkapnya jujur.“Kalau kamu berniat menjual diri bilang pada Paman, supaya aku memperkenalkan dirimu pada Bang Edo, bandar judi terbesar, teman Paman,” ucap sang paman ikut menimpali.Fathiyah langsung geleng kepala. “Saya tidak akan melakukan hal sekeji itu, mahkotaku adalah kebanggaanku, dan tidak akan aku berikan kecuali pada suamiku.” Fathiyah langsung berlalu masuk ke dalam rumahnya dengan pakaian yang basah karena ulah sang bibi.Kepalanya sedikit pusing, meresapi hidupnya yang terlalu sulit untuk ia jalani.“Ayah, Ibu. Rasanya aku sudah tidak kuat lagi menghadapi semua ini. Aku baru merasakan cinta, tapi langsung mendapatkan penolakan yang sangat menyakitkan. Apa aku tidak pantas dicintai dan mencintai? Aku berpikir Paman dan Bibi bisa menjadi orang tua bagiku yang akan menyayangiku seperti kalian, tapi nyatanya mereka memperlakukanku dengan buruk. Kenapa kalian tidak membawaku pergi bersama kalian, kenapa ...?” lirihnya. Ia tergugu di dalam kamarnya sambil memeluk lutut.Sebuah kebahagiaan tidak bergantung dari situasi yang kita alami . Namun, bagaimana cara kita mengatasi keadaan dan situasi itu sendiri, oleh karena itu kamu memerlukan masa-masa sulit untuk menjadi lebih kuat, kalau tidak ingin selamanya menjadi lemah.(Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Fathiyah mendapatkan libur hari ini. Setelah pesta, kafe tempatnya bekerja diliburkan satu hari.Untuk menghindari ucapan kasar sang bibi setelah mengerjakan pekerjaan rumahnya. Fathiyah langsung kembali ke kamarnya, menutup kamar itu dan menguncinya. Rasa bosan ia rasakan karena di dalam kamar hanya membuatnya berkhayal dengan mencoret-coret buku diarinya, untuk ponsel ia pun tidak punya. ***Saat ini Arza sedang berada di ruangannya. Ia membaca berkas perkara, bandar narkoba dan judi togel yang membuat resah lingkungan ini, dan pastinya sangat memprihatinkan. Apalagi obat haram itu sudah mulai menyasak generasi muda.“Aku tidak akan membiarkan generasi muda di kotaku rusak hanya karena mengonsums
Saat aku berusaha mengubur kecurigaan, maka kamu harus menjaga baik-baik sebuah kepercayaan yang telah hadir di hatiku, karena Saat kepercayaan dibalas dengan kebohongan, jangan berharap kepercayaan itu akan kembali lagi. (Cinta dan Harapan)***Pagi ini Fathiyah bersiap pergi bekerja. Setelah menyelesaikan tugasnya dan sarapan seadanya, ia memanasi motornya dengan wajah ceria. Baginya, hari-harinya harus selalu ceria dengan menebar senyum, meskipun hidupnya tidak jauh dari kesedihan.“Assalamualaikum ...,” sapa seorang pemuda tampan yang suaranya sangat Fathiyah kenali itu. Seketika membuat gadis cantik tomboi itu tercengang dan tak mampu berucap apa-apa.“Hai, Assalamualaikum,” sapanya lagi sambil melambaikan tangan di depan Fathiyah, membuyarkan lamunan gadis itu. “Ma-mas tampan ... eh, Pa-pak Arza ...,” ucapnya segera meralat. Ia tidak mau memantik kemarahan pria itu yang ujungnya pada pemecatan.“Kamu belum menjawab salamku, hukumnya wajib lho menjaw
Aku terjebak dalam pesonanya, di mataku setiap yang ia berikan adalah kebahagiaan. Namun semua itu hanya sampulnya yang lambat laun akan aku sadari di dalamnya hanya berisi penderitaan.(Fathiyah- Cinta dan Harapan)***Arza sudah menceritakan rencananya pada Razdan, Farhan, dan Luna. Ia terlihat sangat bersemangat sekali. Kasus yang ia tangani ini adalah kasus besar. Ia tidak boleh melepaskannya.“Gila kamu, Za. Kamu akan mempermainkan perasaan seorang wanita hanya karena menginginkan misi ini berhasil,” ucap Razdan kurang setuju. “Aku tahu itu, tapi bagaimana pun juga kita harus menyelesaikan tugas ini dengan baik. Aku tidak mau komandan kecewa pada kita. Ini tugas penting, tugas besar yang harus kita selesaikan dengan cepat,” ujar Arza mencoba meyakinkan sahabatnya itu.“Lagian hanya satu hati yang terluka, bukankah itu setimpal dengan apa yang dilakukan pamannya karena sudah merusak generasi penerus bangsa,” ujar Luna antusias. Wanita itu mendukung penuh keputusan Arza. Ia tidak
Orang yang hanya bisa menjatuhkan orang lain, pasti akan terjatuh oleh perangkapnya sendiri. Aku menunggu saat itu, saat di mana kamu akan menyesalinya, sobat.(Razdan putra Alkhalifi – Cinta dan Harapan)***Arza sangat bahagia dengan hasil investigasinya malam ini. Pria tampan berlesung pipi dan mata setajam elang itu tidak berhenti menerbitkan senyumnya.Ia sudah mendapatkan bukti rekaman pembicaraan Syafik padanya. Ia juga bisa masuk ke jaringan itu tanpa bersusah payah, bahkan Syafik sendiri yang akan membawanya.“Tinggal selangkah lagi, aku akan berhasil menyelesaikan kasus ini,” gumamnya. Ia segera menuju ke rumah Luna, untuk menjemput gadis itu dan nonton bersama.Arza melihat wanita cantik itu sudah bersiap menunggu di teras rumah. wajah cantik gadis itu terlihat semakin cantik malam ini. Beruntung Arza masih bisa membatasi diri dan selalu mengingat pesan sang bunda, meskipun berulang kali Luna mencoba menggoda. Rasa cintanya pada Luna, membuat Arza menghormati gadis itu. Ia
Terkadang manusia harus sampai pada titik kehilangan untuk mengerti arti sebuah kehadiran, kasih sayang, ketulusan dan kesetiaan. Dan mungkin dengan pergi menjauh kita bisa merasakan betapa kita dibutuhkan.(Cinta dan Harapan)***Kamu jangan menangis, Nak. Paman akan semakin bersalah padamu dan Bibimu, Nak. Biarkan Paman mempertanggung jawabkan perbuatan Paman disini, paman tahu hukuman Paman sangat berat, mungkin paman akan menerima hukuman mati atau seumur hidup,” ungkap Syafik menyesal.“Tidak mungkin Paman akan dihukum seberat itu, pasti hukuman Paman paling lama satu tahun,” ucap Fathiyah yang mendapat galengan dari sang paman. Pria itu sudah pasrah dan paham akan konsekuensi pekerjaannya.“Paman menjalankan bisnis haram bersama Bang Edo ini sudah hampir tujuh tahun, Nak. Kami adalah bandar terbesar di kota ini, dan karena kebodohan Paman jugalah bisa berada di sini. Nak Arza cukup cerdik, polisi muda itu berhasil mengelabuhiku dan jaringan paman yang lain, dia menggunakan tekno
Menjauh bukan berarti tidak sanggup lagi menyelesaikan masalah, tetapi dengan menjauh kita bisa lebih menghargai diri kita sendiri supaya orang lain tidak semakin menginjak-injak harga diri kita.(Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Pagi ini, setelah kedua sahabatnya pulang ke rumah mereka masing-masing, Fathiyah mencoba melupakan masalahnya dengan menyibukkan dirinya dengan membersihkan rumahnya, mencuci pakaian dan memasak. Ia tidak ingin larut dalam kesedihan dan harus segera bangkit.Di dalam kulkas ia melihat ada bahan makanan yang ia rasa cukup untuk tujuh hari ke depan. Setelah itu ia akan pergi dari rumah peninggalan kedua orang tuanya dan berniat mengontrakkannya. Ia beruntung para tetangganya tidak berhenti menolongnya, dari memberi uang, makanan untuk acara tahlil semua sudah disediakan menggunakan uang patungan warga.Selesai sarapan ia menulis surat pengunduran dirinya. “Aku akan melupakan semua ini, dan hanya dengan pergi dari sini, aku akan lebih tenang dalam menjalani hi
Tahukah kamu hati itu sangat mahal? Kenapa hati itu mahal dan berharga? Karena di situ ‘lah Allah melihat kita bukan rupa kita. Jangan pernah melihat seseorang dari tampilannya, tapi lihatnya kebaikan dan ketulusannya, supaya kamu bisa memberinya cinta bukan hinaan dan cacian(CINTA DAN HARAPAN)***Kondisi kafe dan resto semenjak ditinggal Fathiyah sedikit mengalami penurunan pengunjung. Ya, meskipun kafe dan resto itu tetap ramai, tapi tidak seramai saat Fathiyah bekerja di sana. Rasanya ada yang kurang.Arza masih mengingat ucapan Razdan saat itu. Ingin rasanya ia menemui Fathiyah dan meminta maaf pada gadis itu, tetapi rasa malu dan gengsinya terlalu tinggi, sehingga ia selalu urungkan niatnya. Karena kesibukannya, Arza juga baru tahu tiga hari yang lalu dari Pak Rizki gadis itu mengundurkan diri dari kafe dan restonya.Siang ini Arza bertugas patroli di dekat rumah Fathiyah. Setelah tugasnya selesai, ia berniat mampir ke rumah Fathiyah, mencoba meredam ego dan gengsinya untuk mem
Saat kita berniat untuk berubah menjadi lebih baik semata karena Allah, maka Allah akan mengantarkan kita pada orang-orang yang baik untuk kita. (Fathiyah – Cinta dan Harapan)***Di sudut kota, di sebuah panti asuhan besar seorang gadis sedang menyapu dengan riang. Di sini dirinya mendapat ketenangan batin yang selama ini ia impikan. Kehidupan yang selama ini hanya ada di angannya. Namun, sekarang bisa ia rasakan.“Nak Fathiyah, nanti ikut ibu belanja ke pasar, ya. Yang tahu bahan-bahannya ‘kan cuma Nak Fathiyah,” ujar Bu Elok pemilik panti dengan lembut.“Iya, Bu,” jawabnya sambil tersenyum cantik.Ya, hari di mana Fathiyah keluar dari kampungnya. Gadis itu berjalan mencari angkot untuk mengantarkannya ke pasar berbelanja kebutuhannya membuat kue untuk memulai kehidupan baru dan usaha baru pula. Fathiyah memutuskan akan menjual kue lagi seperti waktu dirinya masih sekolah dulu. Setelah membeli bahan-bahan kue ia akan mencari kos-kosan yang akan menampungnya selama menenangkan ha