Share

Pertemuan Dengan Sang Ibu

"Aku kesini hanya ingin memberitahukan hal ini."

"Silahkan lanjutkan istirahatmu," ucap Angkasa dan beliau meninggalkan Andra sendiri. 

Andra sudah tidak sabar menantikan esok hari. Ia merasa Angkasa sepertinya ingin membuktikan sesuatu padanya. 

Andra menutup kembali pintu kamarnya. Ia duduk di kursj kamarnya. Perasaannya campur aduk antara senang juga bingung. 

Apa yang akan ia katakan pertama kali jika ia bertemu sang ibu. Perasaan asing gugup berkecambuk dalam benak anak itu. 

Tapi Andra  tidak mau menyia-nyiakan kesempatan itu. 

Ia  harus mencari tahu jati dirinya dan  ia  juga  berharap sang ibu akan berkata jujur padanya. Tentang semua alasan beliau meninggalkan Andra di Panti Asuhan tanpa menengoknya hingga Andra dewasa. Apapun kenyataannya Andra berusaha tegar, ia mulai menyiapkan hati akan hal  terburuk yang mungkin akan ia ketahui besok. Malam berganti pagi. Hari  yang dinanti pun tiba.  Pelayan  rumah Angkasa Raditya membangunkan Andra di kamarnya. 

"Tok.. Tok.. Tok!!!"

"Maaf  Tuan Andra Tuan Angkasa menunggu anda di bawah!!" Panggil pelayan itu dari depan pintu kamar Andra. 

Andra segera beranjak dari tempat tidurnya. Ia  meraih gagang pintu dan membukanya. 

"Baik sebentar lagi saya turun," Jawab  Andra. 

"Ya.. Tuan  akan segera saya sampaikan," balas pelayan itu dan melenggang pergi menemui tuannya . 

Andra segera bersiap setelah itu iapun turun menemui Angkasa Raditya yang sudah  menunggunya. 

"Tuan apa kita berangkat sekarang?" Tanya Andra. 

"Kita makan dulu makanannya sudah disiapkan di meja makan." Ajak Angkasa Raditya. 

Setelah sarapan baru mereka pergi menuju kediaman ibu Andra. 

Sepanjang perjalanan Andra hanya terdiam dan Angkasa sesekali melirik ke arah  pengawal pribadinya yang duduk di sebelahnya. 

"Apa kamu gugup?" Celetuk Tuan Angkas. 

"Tidak.. hanya saja  saya  merasa ini seperti mimpi." Balas Andra.

"Aku mengerti  apa yang kamu rasakan," kata Angkasa sambil tersenyum. 

Tak  berapa lama mereka sampai di suatu rumah yang sederhana. 

Driver Tuan Angkasa membukakan pintu untuk sang majikan yang sudah bersiap untuk turun.

"Ayo turun!"  Suruh Tuan Angkasa pada Andra. 

Andra mengikuti perintah tuannya. Langkah Andra  begitu pelan. Ia merasa asing dan  takut bertemu ibu kandungnya. 

Tuan Angkasa berjalan di depan Andra di ikuti Driver dan Andra di belakang beliau. 

"Permisi!!"

"Selamat siang!!!" Sapa Tuan Angkasa. 

Pintu itupun terbuka. Dan seorang wanita  muncul dari dalam rumah. Menatap heran pada ketiga tamu yang asing baginya. 

"Siang!"

"Mencari siapa?" Tanya Tysa ibu Andra. 

"Apa anda masih ingat saya?"

"Waktu itu saya pernah datang bersama kawan saya Hiro."

"Bolehkah saya masuk ke dalam?" Ucap  Tuan Angkasa seraya  memohon ijin. 

"Silahkan masuk!" 

Ibu Andra mempersilahkan ketiga tamunya masuk ke dalam ruangan. 

Mereka  berbincang di ruang tamu. Andra menatap tajam wanita yang ada di depannya. Ia  merasa tak percaya wanita  yang ada di hadapannya adalah orang yang telah melahirkannya. 

Ia  merasa seperti mimpi. Setelah 28 tahun  berlalu  kini  ia  dipertemukan kembali dangan sang ibu. 

"Ada perlu apa anda kemari Tuan?"

"Bukankah saya sudah menceritakan semuanya  saat itu."

Tysa ibu Andra merasa bingung kenapa Angkasa datang kembali ke kediamannya setelah  beberapa tahun berlalu. 

"Ya.. saya tahu anda pasti bertanya-tanya."

"Tujuan saya kemari  untuk  mengantarkan  seseorang yang ingin bertemu  dengan anda."

"Dia ada di samping saya," Ucap tuan Angkasa seraya menoleh kearah Andra. 

"Oh... kenapa ingin bertemu saya?"

"Saya  tidak mengenal anak ini." Tysa  kebingungan karena ia asing dengan Andra. 

"Maaf  apa  ibu  pernah  menaruh seorang bayi di Panti Asuhan Kasih Ibu?" tanya Andra. 

"Kenapa  kamu tahu soal itu?" Tysa  balik bertanya. Ia merasa heran bagaimana bisa anak itu tahu kalau dirinya pernah  menitipkan seorang bayi laki-laki disana. 

"Karena bayi itu adalah saya." Andra  mengatakan kalimat itu dengan lantang. 

Tysa terkejut mendengar ucapan Andra.

Netra  wanita  itu mulai  berkaca-kaca  dan air matanya  mulai turun membasahi pipinya. 

"Kamu?"

"Tidak!!!"

"Kamu  pasti  bercanda!!"

"Kamu  tidak  mungkin putraku!!"

"Tahu darimana kamu  kalau  aku  ibumu?" Tysa  merasa tak percaya laki-laki  di hadapannya adalah putranya yang telah lama  berpisah darinya. 

"Begini.. biar  saya  yang menjelaskan."

"Anak  ini  sempat hidup di jalanan."

"Dan kawan saya Hiro yang pernah kemari  yang mengangkatnya dari jalanan dan  menganggap putra anda sebagai putranya."

"Kawan saya mencari tahu semua tentang putra anda karena itu kami  mengunjungi anda."

"Dan  semua data itu benar anak ini adalah putra anda yang anda tinggalkan di Panti Asuhan Kasih Ibu."

"Dia  putra anda .... Andra!!" Terang tuan Angkasa. 

"An... An.. Andra?" ucap Tysa ibu Andra  dengan terbata-bata. 

"Dia  putraku.. benar... dia anak kandungku?" Tysa  merasa semua  seperti mimpi. 

"Benar saya putra anda!"

"Kenapa anda tidak pernah datang mengunjungi saya?"

"Apa  anda  sama sekali tidak perduli dengan saya?"

"Apa anda begitu membenci saya?" Pertanyaan bertubi-tubi tertuju pada Tysa  yang terus menitikkan air mata. Terlebih  mendengar  pertanyaan sang putra yang membuat hatinya seakan teriris. 

"Maaf... maafkan ibu Nak!"

"Bukan maksud ibu tidak ingin menengokmu atau  mencari tahu kabarmu."

"Akan tetapi saat itu ibu harus  berjuang untuk hidup ibu Nak."

"Maafkan ibu... ibu  tidak memiliki keberanian  untuk bertemu denganmu."

"Tapi  jujur  ibu sangat  ingin menemuimu."

"Maafkan ibu Nak." Tangis wanita  itu semakin pecah. 

Tuan Angkasa tidak tega melihat ibu Andra  menangis. 

"Andra  seperti  yang saya jelaskan ini bukan  salah  ibu kamu."

"Tolong  maafkan ibumu!!" Pinta tuan Angkasa memohon pada Andra. 

"Bisakah anda ceritakan semua  pada saya tentang ayah saya?" Andra  mencoba  mencocokkan penjelasan Tuan Angkasa tentang Alexs yang  merupakan ayah  biologis Andra. 

"Ya.. ibu akan memberitahumu  semua awal  kisah kita Nak."

"Alasan  kenapa  ibu terpaksa meninggalkanmu di tempat itu Nak."

"Jadi dulu  ibu adalah korban pemerkosaan  dari seorang pengusaha kaya yang licik."

"Dia  membuat  ibu trauma dan diusir dari rumah keluarga ibu Nak."

"Orang tua ibu menganggap  ibu aib keluarga  jadi  ibu  diminta meninggalkan rumah dalam kondisi hamil besar."

"Mereka  berfikir  meski pun mereka  menuntut  masalah ini kepolisi laki-laki  itu  pasti akan lolos."

"Karena  dia  punya kuasa!"

"Ibu harus  bekerja dalam kondisi hamil hingga  akhirnya kamu lahir."

"Dan  ibu  tidak mungkin bekerja dengan membawamu yang masih kecil karena itu terpaksa ibu menitipkanmu di Panti Asuhan."

"Dan karena  sangat lama  ibu takut  kamu membenci ibu."

"Ibu  tidak berani menemuimu dan memilih kamu  menganggap ibu sudah tidak ada Nak." Terang ibu Andra. 

"Lantas  siapa laki-laki itu?"

"Apa  dia Alexs?" Andra  langsung to the point. 

"Ya.. dia ayah mu!"

"Yang  menghancurkan hidup ibu dan membuat ibu terpisah denganmu."

"Dia sumber kekacauan ini!" Tangis  Tysa pecah. Dendam  mulai  membakar  diri Andra  mendengar  kenyataan pahit tentang sang ayah. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status