"Siapa itu?" Tanya Angkasa sambil bangkit berdiri.
Andra menatap tajam kearah pintu iapun mulai berlari keluar. Betapa terkejutnya ia melihat para penjaga rumah Angkasa yang tergeletak pingsan di beberapa sudut ruangan. Lalu Andra terus berjalan hingga ia berhadapan dengan laki-laki berbadan tegap dan tinggi yang menatap tajam sambil tersenyum kecut ke arahnya.
"Dimana tuanmu?"
"Suruh dia keluar!"
"Jangan sembunyi seperti tikus!!"
"Atau kamu kaki tangan terbarunya yang diminta melindunginya."
"Bocah ingusan sepertimu apa yang bisa kamu lakukan?"
Alexs memancing emosi Andra.
Andra mencoba bersikap tenang. Ia mengangkat alis dan melempar senyum kearah Alexs.
Dalam hati ia mulai berfikir mungkinkah sikap arogansinya ia warisi dari sikap sang ayah. Jika benar orang dihadapannya adalah ayah biologisnya sekaligus pembunuh ayah angkatnya Andra berjanji tak akan pernah melepaskannya.
"Anda ada perlu apa datang kemari?" Andra mulai membuka mulutnya dan menanyakan maksud tujuan tamu tak diundang itu.
"Aku tidak punya urusan denganmu bocah ingusan."
"Panggil tuanmu kesini!!!" Bentak Alexs dengan penuh amarah. . Andra hanya tersenyum sinis mendengar cemoohan untuk dirinya.
Ia mendekat pada laki-laki di hadapannya tanpa rasa takut sedikitpun.
"Sayang tuan... apapun yang menyangkut tuan Angkasa Raditya menjadi urusan saya sekarang." Ucap Andra dengan sangat tenang.
"Beritahu saya apa tujuan anda kemari dan kenapa anda menyerang orang-orang ini?" Tanya Andra mencoba menahan amarahnya.
"Aku tidak ada urusan denganmu!"
"Aku tidak perlu menjawab pertanyaanmu!"
"Cepat panggil tuanmu!"
"Atau aku akan menghajarmu!!" Alexs mulai kehabisan kesabaran. Iamulai mengeluarkan kata ancaman untuk Andra.
Bukannya takut Andra malah tersenyum mendengar ancaman itu.
"Hm.. kalau ingin tuan menghajar saya silahkan tuan."
"Dengan senang hati saya akan melayani anda." Tantang Andra.
Mendengar ucapan Andra Alexs langsung memasang kuda-kuda. Ia siap menyerang dan menghunuskan pukulan dan tendangan ke arah Andra.
"Bughkk!!"
"Brakkgh!!"
Perkelahian antara ke dua orang itu pun berlangsung sengit. Andra selalu berhasil menangkis serangan yang Alexs tujukan padanya.
Dan serangan itu berakhir saat Andra melepaskan tendangan memutar ke arah kepala Alexs yang membuat laki-laki itu jatuh terpelanting.
"Apa anda masih bisa bangun?"
Tanya Andra yang masih berdiri tegap menatap lawannya yang sudah tidak berdaya.
"Bocah ingusan... kenapa kamu main-main denganku?"
"Apa kamu tahu siapa aku?" Bentak Alexs dengan nada tinggi. Ia tidak terima dikalahkan dengan anak muda seperti Andra. Andra tahu Alexs pasti murka karena kekalahan yang ia dapatkan. Tapi tak sedikitpun nyali Andra menciut yang ada Andra makin tertarik untuk berhadapan kembali dengan Alexs.
"Maaf siapa anda bukan hal penting untuk saya."
"Saya hanya menyerang orang yang pantas diserang."
"Siapapun mereka," Balas Andra.
Ucapan Andra semakin membuat adrenalin Alexs terpacu.
Tapi ia tidak mungkin menyerang Andra sekarang karena tendangan Andra membuat tubuh laki-laki itu kehilangan banyak tenaga. Rasa sakit itu masih terasa di sekujur tubuh Alexs.
"Aku akan buat perhitungan denganmu."
"Ini belum berakhir!"
"Aku tak akan melepaskanmu bocah sialan!" Alexs pun melenggang pergi dari kediaman Angkasa Wijaya.
Andra terdiam dan hanya tersenyum sinis pada sosok bernama Alexs.
Ia menatap bayangan laki-laki itu hingga bayangan itu menghilang dari hadapannya.
Baru setelah itu ia masuk kembali ke ruangan Angkasa Raditya.
Nampak Angkasa Raditya sedamg menatap ke arah luar jendela.
Rupanya ia melihat bayangan Alexs yang berjalan meninggalkan kediamannya.
"Kamu berhasil mengalahkannya."
Angkasa berucap tanpa memandang Andra. Ia tetap di posisi awal berdiri dan menatap ke arah luar jendela.
"Dia akan kembali!"
"Baiknya anda berhati-hati."
Andra mencoba mengingatkan tuannya itu. Tapi Angkasa terlihat begitu tenang.
"Aku tidak akan kenapa-napa selagi kamu disini!"
"Lihat bagaimana kamu mengalahkan lelaki itu!"
"Aku sangat percaya dengan kemampuanmu."
"Hiro bukan orang sembarangan dan kamu orang yang dipilih langsung oleh Hiro untuk mewarisi kemampuannya, itu berarti kamu bukan orang sembarangan." Puji Angkasa terhadap sosok anak muda di hadapannya.
"Anda terlalu memuji."
"Saya lelah bisakah saya beristirahat."
Andra meminta ijin untuk istirahat karena perkelahian tadi lumayan menguras tenanganya.
"Ya.. silahkan."
"Aku akan mengerahkan pelayan untuk mengantarkanmu ke kamar."
"Dan apapun yang kamu butuhkan kamu bisa langsung minta pada mereka," kata Angkasa.
"Terimakasih!" Balas Andra sambil berjalan meninggalkan tuannya.
"Pelayan tolong antarkan Tuan Andra ke kamarnya dan berikan pelayanan terbaik untuknya di rumah ini!!" Teriak Angkasa pada pelayan yang berjaga di depan ruangannya.
"Mari saya antar!" Ucap salah seorang pelayan rumah itu.
Andra mengikuti langkah kaki sang pelayan yang membawanya. Hingga langkah kaki itu terhenti di sebuah ruangan. Ketika pintu dibuka terlihat kamar yang begitu luas dengan ranjang besar dan terlihat sangat nyaman dilengkapi berbagai fasilitas mewah.
"Silahkan masuk Tuan!"
"Silahkan beristirahat jika perlu apa-apa silahkan panggil saya."
"Saya berjaga di depan pintu kamar anda." Kata pelayan itu.
"Terimakasih kamu bisa pergi sekarang."
Setelah pelayan itu pergi Andra membaringkan tubuhnya dan melepas semua rasa lelahnya kala itu. Netranya menyapu seisi ruangan. Pemandangan yang tak biasa dan asing baginya. Kamar itu benar-benar mewah dan Andra mulai menikmati tugasnya sebagai Boddyguard. Ia teringat tentang cerita Angkasa mengenai Alexs. Fikiran Andra mulai membayangkan jika semua yang dikatakan Angkasa itu benar berarti orang yang ia hajar tadi adalah ayah biologisnya. Dan itu berarti lawan Andra yang sebenarnya tidak lain adalah ayah kandungnya. Kenyataan yang menyedihkan dan menyakitkan. Andra menyibak selimutnya dan ganti posisi duduk. "Jika semua yang di ucapkan Tuan Angkasa adalah fakta aku pastikan Alexs tak akan pernah selamat," gumam Andra.
"Dan jika Angkasa berbohong detik itu juga aku akan pergi darinya."
"Semua masih abu-abu."
"Sebelum aku bertemu ibuku aku tidak bisa mengambil keputusan."
"Aku harus mencari tahu dan lebih berhati-hati dengan orang sekitarku, karena aku tak tahu yang mana teman ataupun lawan."
"Waspada adalah cara terbaik yang bisa ku lakukan agar tak menyesal nantinya," gumam Andra. Tak berapa lama terdengar ketukan pintu dari balik kamar Andra.
"Tok.. Tok... Tok!!"
"Sebentar!!" Sahut Andra sambil beranjak. dari tempat tidurnya.
"Siapa yang mengetuk pintu kamarku?"
"Mungkinkah Tuan Angkasa yang memanggilku?" Pertanyaan yang muncul di benak Andra.
Tak lama pintupun terbuka.
Andra terkejut melihat sang Tuan ada di hadapannya.
"Ada perlu apa Tuan?" Tanya Andra penasaran dengan alasan Angkasa datang langsung ke kamar Andra.
"Aku ingin memberitahumu esok kita berangkat pagi-pagi."
"Bersiaplah aku akan mempertemukanmu dengan ibumu."
"Kamu bisa menanyakan apapun yang ingin kamu ketahui padanya."
"Untuk meyakinkanmu bahwa semua ucapanku bukanlah suatu kebohongan."
"Kita berangkat pagi agar jika ibumu pindah kita punya waktu mencarinya." Terang Angkasa Raditya.
"Baik Tuan!" balas Andra.
Andra sudah tidak sabar bertemu sang ibu.
Dua pasangan itu pun berlalu meninggalkan pantai dan berjalan menuju mobil untuk mencari rumah makan. Di dalam mobil pun tak ada perbincangan hingga suasana sangat sunyi. Sampai akhirnya Andra membuka suara. "Maaf anda mau makan dimana, Tuan?" tanya Andra sopan. "Ehm dimana ya, sayang menurut kamu, kita enaknya makan apa?" Dion malah balik bertanya pada Diandra yang asyik melamun. "Terserah kamu saja," balas Diandra lembut. "Kalau begitu di rumah makan terdekat saja, dari pada keburu kelaparan," sahut Dion yang masih menggenggam tangan Diandra. "Baik," jawab Andra. Andra melajukan mobilnya menuju tempat sesuai tujuan sang tuan. Tak butuh waktu lama mobil itu pun terhenti. Kedua pasangan itu turun dari mobil. Mereka berjalan masuk ke dalam restoran dan memesan beberapa menu, Dion mengajak Andra bergabung bersama dalam satu meja dengan dia dan Diandra. Tak berapa lama menu pesanan mereka pun tiba, mereka pun bersiap menikmati hidangan. Andra duduk di depan Diandra sedangkan Dio
Andra menatap ke arah Diandra yang masih mengalungkan kedua tangannya di leher Dion, dan pura-pura tak melihat bodyguardnya tersebut. "Apa kalian sedang menggunakan kami untuk memanas-manasi satu sama lain," bisik Lyli. Andra tersenyum frik kembali. Ia seakan tak ambil pusing dengan sikap mantan kekasihnya tersebut. "Apa menurutmu dia cemburu?" Andra menatap Diandra tanpa ekspresi apapun, laki-laki itu kembali menghisap rokok di tangannya tanpa menoleh ke arah Lyli yang sedari tadi duduk di sampingnya. "Ku rasa ia cemburu," balas Lyli. "Dia terlalu bodoh untuk bersandiwara," sahut Andra. "Ya, dia tak sepertimu yang terlalu ahli sampai seperti tak punya hati!" timpal Lyli. "Hatiku sudah lama mati," sahut Andra seakan tanpa dosa. "Kau bahkan menciumku, aku bisa saja salah mengartikan sikapmu itu. Bagaimana bisa kau melakukannya saat kau tak ada perasaan apapun terhadapku," ujar Lyli sambil mengeryitkan keningnya. "Mudah, aku hanya menganggapmu patung yang bisa aku mainkan sesu
"Maaf ini tujuannya kemana?" tanya Andra. "Ke pantai saja," sahut Diandra"Apa kau tak keberatan?"Diandra memalingkan pandangannya kepada Dion yang duduk di sampingnya. "Tentu saja tidak, aku akan menemanimu kemana pun kamu mau," balas Dion. "Baguslah, kalau begitu cari pantai yang paling bagus pemandangannya!" titah Diandra pada Andra yang sedang fokus mengemudikan mobilnya. "Baiklah!" balas Andra. Tiba-tiba tanpa banyak bicara Lyli mengusap keringat di kening Andra dan itu membuat Diandra yang duduk di belakangnya langsung terperangah. "Kau tidurlah, tak usah repot membasuh keringatku!""Aku tak ingin mengotori tanganmu yang lembut," ucap Andra. Perasaan Lyli makin tidak terkontrol, gadis itu dibuat terus berbunga-bunga seakan ada banyak petasan di dalam dirinya yang siap membuatnya meloncat kegirangan. "Astaga.. untuk sejenak aku ingin melupakan jika ini hanya sandiwara. Andai kata-kata itu nyata untukku, aku akan jadi wanita terbahagia saat ini. Sudah lama aku menantikan
Diandra membalas pelukan Dion sambil melirik ke arah Andra. Tampak wajah Andra datar tak berekspresi mematahkan ekspetasi seorang Diandra yang berharap ia dapat melihat kekesalan di wajah Andra. Tapi pada kenyataannya laki-laki itu sama sekali tak menunjukkan kekesalan yang ada ia tampak acuh, meski dalam hati Andra ia sangat kesal. Laki-laki itu sangat pandai menyembunyikan perasaan amarahnya. "Sial.. dia sama sekali tidak perduli!""Jadi selama ini apa?""Aku benar-benar salah menilai dia!" umpat Diandra dalam hati. Perlahan gadis itu menjauhkan kembali tubuhnya dari Dion. "Ehm.. sudah malam apa kamu tidak ingin pulang?" tanya Diandra yang lelah dengan sandiwaranya. "Apa kau tidak suka aku disini?" tanya Dion. "Bukan begitu, hanya saja ini sudah malam. Besok kita kan bisa ketemu lagi," balas Diandra. "Baiklah.. tapi janji ya besok kita jalan!" cetus Dion. "Hm.. iya," balas Diandra. Andra hanya terdiam mematung berdiri di belakang pasangan baru tersebut. Dion mengusap lembu
"Keluarlah dari ruangan ini!" usir Andra. "Kau tak perlu terus menerus mengusirku, itu sama sekali tidak sopan.""Apa kau yakin menyuruhku pergi? Aku rasa kau akan membutuhkan bantuanku lagi," kata Lyli sambil tersenyum. "Aku lelah aku butuh istirahat!" sahut Andra. "Oke, jika butuh bantuan hubungi aku!" Gadis itu akhirnya menyerah dan pergi meninggalkan kamar Andra. Di tempat berbeda Diandra menemui sang ayah. "Yah, Dion datang jam berapa?""Aku akan menemaninya berbincang," ucap Diandra. Sontak sang ayah pun terkejut karena belum lama gadis itu ke ruangannya dan menyatakan ketidak setujuannya. "Nanti jam tujuh, tapi kenapa kamu berubah fikiran?" Angkasa mencoba mengulik alasan dibalik perubahan sikap sang putri."Aku menolak karena ada hati yang harus ku jaga, tapi sekarang hati itu telah berpindah tempat," balas Diandra. "Maksud kamu apa?" Angkasa mengeryitkan keningnya tak mengerti arti kalimat sang putri. "Nanti ayah juga akan tahu sendiri," balas gadis itu. Malam pun
"Andra adalah kekasih Diandra, dan dia sedang terluka. Bagaimana bisa Diandra malah menemani pria lain saat kekasih Diandra dalam kondisi tidak baik-baik saja Yah!""Saat Andra baik-baik saja pun Diandra tak akan mau duduk berbincang dengan pria lain apalagi di saat seperti ini, maaf jika ini yang ayah ingin bicarakan dengan Diandra, ayah tahu betul apa jawabannya. Diandra permisi Yah!" Gadis itu bangkit dan tak memperdulikan reaksi sang ayah sedikit pun. Diandra nampak sangat kesal ia pun memutuskan untuk pergi ke ruangan Andra. Diandra membuka pintu dan langsung masuk ke dalam ruangan Andra. Tapi matanya terbelalak saat melihat Andra yang terbaring sedang ada dalam dekapan seorang wanita. "Ehem..!"Gadis itu berdeham membuyarkan kegiatan di hadapannya. "Ah.. maaf!" ucap Lyli sambil bangkit berdiri menatap sepasang mata yang seakan siap menerkamnya. "Kamu siapa?" tanya Diandra tanpa basa-basi. "Aku Lyli cinta pertama Andra!"Lyli mengulurkan tangan kepada Diandra, tapi gadis