/ Romansa / Calon Istri Tuan Muda / 6. First and Second?

공유

6. First and Second?

last update 최신 업데이트: 2023-02-13 22:37:32

Waktu seolah berhenti untuk beberapa menit ketika kedua benda kenyal itu saling bersentuhan. Dua pasang mata itu saling membulat terkejut tapi sesaat keduanya terpana oleh sorot mata masing- masing yang begitu dekat.

Sementara itu Fiona yang berlari di belakang Vana otomatis menghentikan larinya begitu menyaksikan apa yang terjadi. Dia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, membulatkan matanya. Dia jelas terkejut sekaligus cemas akan keadaan Vana tapi tak berani mendekat ketika sadar siapa yang ditabrak Vana tadi.

Tanpa kata Vana segera mendorong tubuh kekar itu. Meskipun shock, dia tak mengeluarkan suara yang mungkin bisa saja memanggil seluruh penghuni mansion itu. Biarlah Fiona yang menjadi saksi atas insiden itu.

“Apa yang kau lakukan?” Setelah kesadarannya kembali sepenuhnya, Vana protes keras.

“Kau yang salah. Di mana matamu, hah?” balas pria itu tak mau kalah.

“Mana aku tahu kau ada di sana. Iiiiiih, sialan!” sungut Vana sambil melap bibirnya yang masih merasakan kehangatan dari sentuhan tak sengaja itu.

“Apa maksudmu dengan itu, hah?” Telunjuknya mengarah pada Vana yang masih berusaha menghapus jejak seolah yang terjadi itu adalah kesalahan besar.

Tidak ada tanggapan dari Vana, pria itu juga melap bibirnya kasar dengan punggung tangan. Dia mendesis kesal melihat Vana yang berusaha kerasa menghilangkan jejak itu seolah bibirnya itu kotor.

“Apa yang kau lakukan, hah?” Entah mengapa dia lebih murka melihat Vana memainkan bibirnya dengan tangan. Dia mendekat, menahan gerakan tangan Vana di mulutnya. “Ada apa denganmu?” sentaknya.

“Apa? Kau apa, hah? Kau … kau sungguh bajingan!” sungut Vana marah.

Bukan kata terakhir yang membuat Fandra, si pelaku yang Vana tabrak terdiam itu. Tapi hal lain yang seolah menarik baginya. Tiba- tiba sebuah ide hadir di otaknya membuat pria itu mengeluarkan smirk yang bagi Fiona menyebalkan. Tapi sang adik tetap diam seolah dia tak kasat mata dengan ponsel menyala di tangannya. Tentu kakak dan adik sama saja, bukan? Sama- sama menyebalkan.

“Jangan bilang, kau, itu adalah ciuman pertamamu?” tebak Fandra.

Kedua bola mata Vana yang membulat membuat Fandra tersenyum puas.

“Kau gila!” sungut Vana tak terima.

“Kenapa? Reaksimu menjawabnya,” ledek Fandra.

Entah mengapa pria itu berbeda dari wujudnya tadi ketika berada di ruang santai yang seperti ruang sidang.

“Sialan! Tidak mungkin. Itu, bukan yang pertama.” Sialnya pengakuan Vana yang terbata membuat Fandra tergelak. Jelaslah dia tak percaya dengan Vana yang berusaha keras mengelak kalau itu adalah ciuman pertamanya.

“Ckck. Berapa usiamu sampai baru firt kiss? Kuno sekali,” ujar Fandra menghina.

Mendengar apa yang Fandra katakan, mata Vana membulat sempurna. Wajahnya merah padam atas hinaan pria itu. Dia pikir kenapa Vana tak pernah melakukan itu? Sebab dia punya prinsip. Tapi Fandra yang justru mengambilnya tanpa izin meskipun itu adalah kecelakaan.

“Kau pikir hal itu bisa dengan mudah didapatkan, hah? Aku tak peduli apa kata orang! Tapi kau telah menodainya! Mengambil apa yang aku jaga!” tukas Vana. Dia berusaha menahan amarahnya yang terpancing.

Baik Fandra atau Fiona sama- sama terkejut melihat kemarahan Vana. Dia bangun dari duduknya, mendekat pada Fandra lantas memukulinya tanpa ampun. Fandra yang tak menduga akan hal itu berusaha untuk menahan tangan Vana, tapi justru keseimbangan menjadi masalahnya. Untuk kedua kalinya mereka terjerembab ke rerumputan dan sialnya insiden itu terulang lagi untuk kedua kalinya.

“Hei kau!” Seruan Vana menggema mengejutkan Fandra dan Fiona. Wajahnya semakin merah padam karena kedua benda itu kembali beradu tanpa sengaja. “Sialan!” ujar gadis itu lalu mendorong Fandra.

Secepat kilat Vana bangun dari duduknya dan berlari sejauh mungkin dari tempat itu meninggalkan Fandra yang shock sendiri.

“Kak Vana tunggu!” seru Fiona begitu sadar. Dia sempat menatap sang kakak, mengejeknya lalu ikut berlari menyusul Vana.

Fandra yang masih terduduk di tempatnya mencoba mencerna apa yang telah terjadi padanya.

Ini sunggung mengejutkan sekali, “First and second?” gumamnya tak percaya lalu tertawa kecil. Tapi kemudian segera mengubah ekspresinya kembali dingin setelah melihat sekitarnya, sok jaim lagi, berdeham kecil.

Sejak kapan Fandra seperti itu? Tersenyum saja tidak, tapi ini sampai tertawa? “Udah gak waras!” rutuknya bangkit dari duduk dan berjalan menuju mansionnya.

Tidak ada siapapun di sana, tapi sunyinya cukup menjadi saksi bisu dari senyum kecil seorang Altafandra yang dingin dan arogan. Cukup untuk menjadi awal baik baginya, mungkin juga bagi yang lain.

Namun, apakah itu sungguh awal yang baik? Sepertinya tidak. Katakanlah insiden ini menjadi alasan Vana menilai Fandra. Tidak mungkin mereka akan langsung akrab, bukan? Ini baru permulaan akan pertemuan kedua mereka yang berbeda dari yang pertama tadi. Tapi, kenapa Fandra ada di sana? Bukannya Fiona mengatakan kalau pria itu pergi dengan mobilnya tadi? Bagaimana bisa secepat itu kembali?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Calon Istri Tuan Muda   108. (Akhir) Kau Milikku

    Sudah hampir satu bulan sejak Fandra pergi ke Jepang untuk urusan bisnisnya ternyata masalahnya rumit sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk mengurusnya. Ayah Fandra juga turut pergi satu minggu lalu untuk membantu karena masalahnya semakin besar membuat semua jadi khawatir.Cuaca belakangan ini tidak tentu, hujan deras turun dengan guntur dan kilat padahal siang masih berlangsung tapi hujan sudah turun. Keluarga Alatas menjadi resah tapi mereka saling menguatkan satu sama lain, mendoakan yang sedang berada di luar rumah.Hari ini pagi cerah, tapi saat siang hari mendung berat, langit gelap dengan gemuruh yang terdengar keras. Angin kencang pun tak mau tertinggal menyemarakkan badai yang hendak turun.Dengan semua kabar cuaca yang buruk itu membuat Vana menjadi tak tenang. Fandra tidak bisa dihubungi dua hari ini karena sibuk sekali. Ayah sempat mengabari kalau mereka akan lembur beberapa hari agar masalah segera beres.Vana tidak tahu apapun jadi hanya bisa mendukung saja dan mend

  • Calon Istri Tuan Muda   107. Arzal Pamit

    Tiga hari sejak kejadian itu, Vana jarang sekali keluar dan lebih menghabiskan waktunya di rumah Fandra. Dia punya hobi baru sekarang, melakukan banyak hal seperti merangkai bunga, membuat kerajinan dan lain sebagainya. Fandra sibuk dengan pekerjaannya hingga jarang sekali dihubungi, karena Vana tidak ingin menganggu maka pria itulah yang menghubunginya.Vana sudah menjadi bagian dari keluarga besar itu, dan calon istri Fandra jadi dia bisa bebas ke manapun dia mau di gedung selatan itu. Namun, Fandra tidak mengizinkan Vana untuk ke rumah pondok itu.“Vana, kau sibuk?” Heda datang menghampiri.Apa yang terjadi di hotel itu hanya diketahui beberapa orang saja. Fandra membungkam wartawan yang Asheila bawa itu, dan Asheila sendiri sudah pergi lagi. Dua bodyguard yang ditugaskan Fandra pun tidak akan membicarakan masalah itu, hanya Heda dan Gavian yang mengetahuinya lagi, serta Arzal. Yang lain, terutama keluarga Alatas tidak ada yang tahu.“Tidak. Kenapa?” tanya Vana sambil berbalik meng

  • Calon Istri Tuan Muda   106. Tidak Ada Lagi Kesempatan

    Vana tampak kelehan, dan berbaring di ranjang yang berantakan.Entah berapa tempat yang mereka jamah, dan memberantakannya bahkan kamar mandi pun tak luput dari mereka.“Kau akan kesakitan saat bangunan nanti.”Vana merespon pelan.“Aku tahu. Tapi, aku tidak bisa … kenapa kau di sini?” tanya Vana lemah.“Aku tidak mungkin meninggalkanmu dengan masalah besar, bukan?”“Ya. Namun, bagaimana kau?” Vana tampak tak berdaya, dia lemah sekarang setelah energinya terkuras habis untuk bergelut dengan pria itu.“Kau akan tahu saat sadar sepenuhnya. Jadi sekarang, tidurlah. Kau pasti lelah,” katanya sambil mengusap kepala Vana dan mendaratkan kecupan di dahi gadis itu.“Kau akan pergi bukan?”“Ya, setelah ini,” jawabnya.“Cepatlah kembali. Aku akan menunggu.”“Tentu. Istirahatlah di sini. Sahabatmu akan menjemput besok. Ibu akan menjagamu sampai aku kembali. Jangan pernah keluar lagi dengan pria lain.”Vana mengangguk. Kedua matanya tampak berat untuk terbuka tapi dia masih mengenali suara itu.“

  • Calon Istri Tuan Muda   105. Yang Direncanakan

    “Fandra?” Vana memanggil sambil mencari pria itu.Fandra muncul tak lama kemudian.“Ya?” Fandra menyahut. “Ada apa?”“Tidak. Aku pikir kau ke mana. Bukannya kau ingin mengatakan sesuatu padaku, apa itu?” tanya Vana kemudian sambil menatap pria itu yang justru menghindar.“Kau mau melihat sekitar?” tanya Fandra, mengalihkan.“Nanti,” jawab Vana sadar kalau Fandra menghindarinya. “Katakanlah, selagi aku bisa mendengarkannya dengan baik,” kata gadis itu mendesak Fandra.Meskipun ragu, pria itu akhirnya menatap Vana.“Aku akan pergi dinas,” ungkap Fandra akhirnya.Vana tak merespon, membiarkan Fandra kembali menyampaikan sisanya.“Ke Jepang, selama dua minggu,” lanjutnya dan masih menatap Vana, mengawasi ekspresi gadis itu.“Itu saja?” tanya Vana tampak tenang.Kedua alis Fandra terangkat, sedikit heran dengan tanggapan yang gadis itu berikan. Fandra berpikir Vana mungkin akan marah, sedih, atau hal lainnya lagi. Namun ternyata, gadis itu cukup tenang untuk merespon.“Ya,” jawab Fandra si

  • Calon Istri Tuan Muda   104. Rumah Pondok Itu

    Setelah hari pertunangan itu Asheila menemui Arzal di tempat pria itu sering berada. Asheila mencari tahu lebih dulu tentang pria itu sebelumnya, dan kini duduk anggun di salah satu kursi café milik Arzal.Dengan senyum puas menghiasi bibir, dan rencana yang telah disusun. Asheila yakin semua akan berhasil sesuai dengan prediksinya bila bekerjasama dengan Arzal. Ashelia pikir bisa mengendalikan pria itu, dan membawa ke sisinya lalu menggunakannya untuk merebut Vana dari Fandra, maka dengan begitu Fandra akan kembali padanya.“Maaf membuatmu menunggu,” suara Arzal membuat Asheila menolehkan kepala.“Tidak apa-apa. Aku sudah menunggumu, duduklah,” ujar Asheila.Sesaat Arzal diam, firasatnya tak enak, menatap wanita di depannya beberapa saat. Tentu saja, Arzal sedikit mengenali Asheila yang ditemuinya di acara Vana dan Fandra tapi Arzal tidak tahu hubungan antara wanita itu dan Fandra.Masih tetap membentuk senyuman di bibir, Asleila menunggu respon dari Arzal dengan perasaan tak sabar.

  • Calon Istri Tuan Muda   103. Resmi Menjadi Sepasang Kekasih

    Setelah serangkaian sambutan, mereka akhirnya bertukar cincin. Fandra memasangkannya di jari manis Vana, memperhatikannya beberapa saat. Gema tepuk tangan memenuhi ruangan. Giliran Vana memasangkan cincinnya di jari manis tangan kiri Fandra. Para hadirin bersorak, menyampaikan bahagianya dan mengucapkan selamat atas pertunangan itu, mereka kini resmi menjadi sepasang kekasih yang membuat iri banyak pihak.Vana memeluk ibunya begitu sesi tukar cincin berakhir dan para tamu undangan bergantian memberinya selamat. Fandra ditarik menjauh oleh Arvan dan bergabung dengan Gavian sedangkan Vana bersama keluarganya, ibu serta nenek mengelilinginya. Ada nenek dan kakek Gavian juga di sana menyampaikan bahagia dan harunya pada Vana serta mendoakannya yang terbaik.“Aku senang akhirnya kamu menjadi bagian dari keluarga ini dan membuat Xu Mei tenang,” kata nenek Gavian sembari mengusap lengan Vana.“Terima kasih atas hadirnya, Nenek, dan mendoakan yang terbaik untukku. Semoga doa baik kembali pada

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status