Share

bab 2

last update Last Updated: 2025-11-13 21:51:49

Flashback

“Apa alasan kamu mau nerima perjodohan ini?” tanya Mas Husain saat kami diberi waktu untuk ngobrol waktu itu.

Sebelum hari pernikahan ditentukan, keluarganya dan keluargaku bertemu dalam acara makan malam. Sebagai sarana untuk saling mengenal antara aku dan Mas Husain.

Raut wajahnya tidak terlihat keberatan, tapi juga tidak antusias. Datar saja. Bahkan terlihat pasrah saja.

“Aku cuma nurut sama orang tua, sebagai bentuk baktiku,” jawabku jujur.

“Cuma itu? emang kamu nggak punya pacar, atau laki-laki yang sedang dicintai?” Dia terlihat heran. Aku hanya menggeleng.

“Kamu nggak punya pilihan sendiri yang sesuai kriteriamu?”

“Aku percaya, pilihan orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya.”

Memang aku tidak punya kriteria suami idaman. Tidak juga mencari-cari mana laki-laki yang baik untuk menjadi imam. Aku lebih suka memperbaiki diri agar kelak dapat jodoh tebaik. Bukankah laki-laki baik untuk wanita baik pula?

“Masih ada, ya wanita seperti kamu di jaman sekarang.” Dia menggelengkan kepala seperti tidak percaya. Aku hanya tersenyum saja. Setiap orang punya prinsip hidup sendiri.

“Kamu nggak mau gantian nanya sama aku, gitu?” Dia duduk di kursi taman. Akupun ikut duduk di kursi sebelahnya.

“Nanya apa, ya?” Aku malah bingung.

“Ya ... seperti alasan aku mau menerima perjodohan.” Dia mengangkat bahu.

“Kupikir, sama kaya aku.” Aku berargumen. Dia menggeleng. Lalu menoleh ke arahku dan pandangan kami bertemu.

Aku segera melempar pandangan ke arah kolam renang. Tempat yang malam ini terasa begitu romantis karena dihiasi lilin-lilin di atasnya yang membentuk hati. Sepertinya ada yang baru saja melamar seseorang di tempat ini.

“Kalo gitu, biar aku ceritain, tapi maaf, mungkin akan nyakiti .” Dia lalu merogoh saku, mengeluarkan benda pipih dari dalamnya lalu menunjukkan foto seorang perempuan padaku.

“Siapa?” Aku mengamati foto perempuan cantik yang ada di ponselnya.

“Namanya Anggita, dia wanita yang sangat kucintai.”

Deg!

Jantungku seolah berhenti sejenak. Dia punya kekasih, lalu kenapa mau menikah denganku.

“Pacar?” Aku pura-pura biasa saja, meski sebenarnya resah. Sebenarnya apa yang dia rencanakan.

“Ya, tapi ... Dia sudah menikah.” Oh, aku sedikit lega mendengarnya.

“Meski begitu aku sangat mencintainya, sampai sekarang, aku belum bisa melupakannya.” Kepalaku reflek menoleh ke arahnya. Maksudnya aku dijadikan pelarian?

“Dengar, Nashwa! Aku tidak mudah mencintai seseorang, apalagi orang yang tidak kukenal sebelumnya. Apa kamu yakin akan tetap melanjutkan perjodohan ini?” Matanya menatapku dalam.Aku segera mengalihkan pandangan.

“Aku yakin kamu wanita baik, dan berhak mendapatkan laki-laki yang baik,aku tidak mau kamu hanya menjadi pelarian, karena aku masih dalam masa patah hati setelah ditinggal menikah.

Mungkin kalau kamu punya pilihan sendiri, aku akan berusaha agar mereka membatalkan pernikahan kita.”

Ucapannya, membuatku sedikit ... ehm, jujur saja aku GR. Tanpa terasa bibirku melengkung. Dan aku merasa dia pilihan tepat.

“Insyaallah, aku menerima perjodohan ini.” Aku tersenyum ke arahnya. Sejak mendengar tentang perjodohan, aku selalu melakukan salat istikharah. Dan, setelah berbicara dengannya aku semakin mantap.

“Baiklah kalo gitu.”

“Mas Husain sendiri gimana?”

“Aku ikuti keputusan kamu.” Dia tersenyum ke arahku. Membuatku menunduk malu.

“Bismillah ya, Mas.” Aku tersenyum ke arahnya. Diapun membalas senyumanku, menyalurkan getaran di dadaku.

.

Setelah menikah, kami sepakat untuk saling mengenal lebih dalam dulu. Tidak buru-buru untuk melakukan hal itu. Aku memerankan diri sebagai teman baginya. Aku selalu menemaninya, mendukung setiap usahanya dan menjadi teman curhatnya.

Aku senang karena dia terbuka. Menjadikanku tempat mencurahkan isi hati. Bahkan cerita tentang Anggita dia tidak segan untuk bercerita. Meski kadang ada rasa cemburu di dada. Tapi tidak apa-apa. Nanti, lama-lama cinta akan tumbuh jika sering bersama. Witing trisno jalaran saka kulino.

Hingga pada suatu malam. Dia pulang dengan keadaan kacau. Wajahnya kusut tidak karuan. Ternyata dia baru saja ditipu oleh rekannya. Teman yang mengajaknya berinvestasi, ternyata investasi bodong.

Dia kabur membawa uang puluhan juta.

Mas Husain frustasi. Laki-laki itu menjambak rambutnya sendiri dan berkali-kali memukul tembok.

Aku berusaha menenangkan. Tanpa berkata apa-apa, kupeluk tubuhnya erat. Dia mulai tenang dan membalas pelukanku.

“Terima kasih , Nash, aku beruntung punya kamu.” Dia menatap dalam mataku. Aku membalasnya dengan senyuman.

Malam itu, kami berperan sebagai suami istri sesungguhnya. Aku memberikan mahkotaku dengan ikhlas. Diapun menerima dengan senang. Kami larut dalam keindahan surga dunia yang nyata.

Sejak saat itu, hubungan kami semakin baik. Mas Husain semakin menyayangiku. Dia sudah tidak pernah menceritakan tentang Anggita. Kupikir, dia sudah melupakannya dan menerimaku sebagai pendampingnya.

Aku bersyukur, di balik musibah yang menimpa Mas Husain, Allah menyiapkan hadiah untuk kebaikan pernikahan kami. Dan benar, cinta akan tumbuh jika sering bersama.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Calon Janda   Bab 6

    "Nashwa!"Aku benar-benar terkejut melihatnya tergeletak di tengah-tengah pintu kamar mandi. Tubuhnya dingin sekali, sepertinya dia sudah lama tak sadarkan diri. Segera aku mengecek nadinya, takut terjadi apa-apa. Alhamdulillah masih ada detakan di pergelangan tangannya. Ku baringkan tubuhnya di atas kasur. Rupanya makanan yang tadi malam kupesan masih dengan kondisi sama seperti saat aku pergi. Obat yang kusiapkan juga tidak diminum. "Astaga, Nashwa."Sedikit geram, tapi juga khawatir. Aku segera membawanya ke rumah sakit. Jangan sampai terjadi apa-apa dengannya. Bisa-bisa aku dikeluarkan dari garis keturunan Papa kalau sampai menantu kesayangan Mama ini kenapa-kenapa. "Jaga mantu Mama baik-baik, jangan sampai ada lecet sedikitpun!" Mama memberi peringatan setelah aku dan dia sah. Kata Mama dia itu lebih berharga dari berlian. Menantu idaman yang bisa jadi investasi di akhirat nanti. Aku nggak ngerti sama Mama."Mama ini udah tua, Sen. Udah saatnya mempersiapkan--""Mamaa ...." A

  • Calon Janda   Bab 5

    Aku segera keluar rumah. Bersiap memberi pelajaran pada dua orang itu. Terutama Nashwa. Begini rupanya sifat aslinya. Dibalik sifat lugu dan sok nurut itu, ternyata dia diam-diam pergi dengan laki-laki lain. "Maaf, Bapak suaminya mbak ini?" Laki-laki yang tadi membukakan pintu untuk Nashwa, tiba-tiba sudah berada di depan ku. "Ini obat Mbaknya!" Dia menyodorkan plastik putih berlogo rumah sakit."Obat?" Aku mengerutkan kening."Tadi mbaknya pingsan di jalan, terus kita bawa ke rumah sakit." Pingsan?Aku menoleh ke arah Nashwa yang keluar mobil. Dia dipapah seorang wanita. Rupanya dia tidak hanya berdua dengan laki-laki ini. "Pelan-pelan aja, Mbak masih lemes." Wanita itu dengan lembut memapah Nashwa, meskipun Nashwa berusaha menolak.Bingung mau melakukan apa, aku mengambil alih Nashwa untuk kugandeng dan kubawa masuk, tapi dia menolak."Nggak, apa-apa, Mas, saya bisa kok, oh iya silahkan masuk dulu, Pak, Bu. Saya ambil uang dulu." Dia berbalik ke arah dua orang yang sepertinya su

  • Calon Janda   Bab 4

    "Aku mau cerai, Sen." Anggita berkata sambil menyusut air matanya. Ada lebam kebiruan di sekitar pipinya. Wanita yang dulu sangat kucintai itu terlihat rapuh. Demi tuhan, rasanya sakit sekali melihatnya seperti ini. Lebih menyakitkan daripada ditinggalkannya saat itu. "Apa sudah nggak ada jalan lain?" Aku menggenggam tangannya, menyalurkan kekuatan. Dia menggeleng lemah. Entah aku harus sedih atau bahagia dengan rencana perceraiannya.Terus terang, aku masih sangat menginginkannya. Dan mungkin ini bisa jadi jalan untuk kami bisa bersatu lagi, tapi bagaimana dengan Nashwa. Mungkin dia akan setuju saja kami berpisah, karena memang tidak ada cinta di antara kami. Tapi bagaimana dengan orang tua kami, terutama mama yang sangat menyayangi Nashwa."Aku tertekan, Sen." Ucapan Anggita membuyarkan lamunan. Dia terlihat begitu terluka. Membuatku turut merasakan perih. Aku benci melihat Anggita begini. Aku ingin Anggita--ku ceria seperti dulu. Menjadi wanita elegan yang selalu dikagumi banyak l

  • Calon Janda   Bab3

    Aku menatap nanar alat tes kehamilan yang kupegang. Alat panjang bergaris dua itu basah karena air mata.“Apa salahmu, Nak?” Aku mengelus perutku yang masih rata. Malang sekali masibumu, Nak, akan terlahir sebagai anak Broken Home. Bahkan baru saja janinnya bersemayam di rahim, kamu sudah menjadi anak broken home.“Salahku apa ya, Allah ....” Aku merintih. Kutelungkupkan wajah ke ke atas lutut.Baru saja aku merasa bahagia saat tidak mendapat tamu bulanan. Aku cepat membeli tespek dan melakukan tes urin yang hasilnya akan kujadikan kejutan untuk Mas Husain. Sayangnya, sebelum memberikan kejutan, dia sudah terlebih dulu memberi kejutan yang menyakitkan.“Nashwa, kamu di dalam?” Suara panggilan Mas Husain diiringi ketukan pintu.Aku terperanjat. Segera bangun dan mencuci muka. Wajahku sangat berantakan. Aku tidak mau terlihat rapuh di depannya. Dan tespek ini, kulemparkan ke tong sampah. Mas Husain tidak perlu tahu kehamilan ini. Toh, nanti kita akan cerai. Jadi, biarkan anak ini menjad

  • Calon Janda   bab 2

    Flashback“Apa alasan kamu mau nerima perjodohan ini?” tanya Mas Husain saat kami diberi waktu untuk ngobrol waktu itu.Sebelum hari pernikahan ditentukan, keluarganya dan keluargaku bertemu dalam acara makan malam. Sebagai sarana untuk saling mengenal antara aku dan Mas Husain.Raut wajahnya tidak terlihat keberatan, tapi juga tidak antusias. Datar saja. Bahkan terlihat pasrah saja.“Aku cuma nurut sama orang tua, sebagai bentuk baktiku,” jawabku jujur.“Cuma itu? emang kamu nggak punya pacar, atau laki-laki yang sedang dicintai?” Dia terlihat heran. Aku hanya menggeleng.“Kamu nggak punya pilihan sendiri yang sesuai kriteriamu?”“Aku percaya, pilihan orang tua pasti yang terbaik untuk anaknya.”Memang aku tidak punya kriteria suami idaman. Tidak juga mencari-cari mana laki-laki yang baik untuk menjadi imam. Aku lebih suka memperbaiki diri agar kelak dapat jodoh tebaik. Bukankah laki-laki baik untuk wanita baik pula?“Masih ada, ya wanita seperti kamu di jaman sekarang.” Dia menggele

  • Calon Janda   Bab 1

    "Kamu ingat Anggita? Perempuan yang pernah kuceritakanpadamu waktu itu.” Laki-laki bergelar suamiku itu berkata dengan halus dan hati-hati. Kopi yang masih mengepulkan asap diseruputnya sedikit demi sedikit.“Ya?” Aku menjawab singkat. Aku pasti sangat ingat.Anggita—mantan kekasih Mas Husain yang membuatnya hampir gila karenameninggalkannya karena menikah dengan laki-laki lain pilihan orang tuanya. Dan sebab itu juga, Mas Husain menerima perjodohan denganku begitu saja.“Dia mengalami KDRT,” ucap Mas Husain prihatin.“Kasihan sekali.” Aku bergumam lirih. Turut merasakankeprihatinan pada sesama mahkluk bergelar istri itu.“Maka dari itu, aku sedang berupaya membantu prosesperceraiannya dan setelah itu, aku akan menikahinya.” Ucapan Mas Husain lolostanpa beban. Bersamaan dengan itu, sendok yang sedang kupegang turut lolos,benturan lapisan mellanium dan lantai keramik, menimbulkan suara gaduh.Aku segera berjongkok untuk mengambil kembali sendok itu.Sebelum berdiri, kuhapus dahulu air ma

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status