Hari ini jadwal pak Akbar terlalu padat, pasien yang sudah antri, yang paling diutamakan, operasi bedah syaraf bukannya cukup hanya satu atau dua jam, dan karena masih minimnya dokter ahli bedah dinegara ini, terkadang membuat jadwal operasi pria beribawa ini tidak pernah kosong setiap harinya.
Belum lagi dia juga sebagai pemilik rumah sakit "Berkah Ilahi" rumah sakit yang dia dirikan sendiri, rumah sakit yang banyak membantu pasien yang kurang mampu, rumah sakit yang mengedepankan kesehatan pasiennya terlebih dahulu, tanpa memandang biaya.Rumah sakit yang biaya perobatannya bisa dicicil kemudian, setelah pasien sembuh.Untuk itu rumah sakit Berkah Ilahi selalu dipadati oleh pengunjung, terutama dibagian administrasi kredit, administrasi kredit adalah bagian yang menangani pengobatan ktedit, pasien dan anggota keluarga boleh membayar secara mencicil, untuk jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, tanpa memberi atau menambah suku bunga.Dan cabang Berkah Ilahi sudah ada tiga cabang yang meyebar diwilayah Jabodetabek, Berkah Ilahi termasuk rumah sakit megah dan mewah, yang memiliki dokter handal dan fasilitas terbaik tak kalah dengan rumah sakit luar negeri.Belum lagi bisnis farmasi yang juga dikelola pak Akbar Firdaus.Bisnis farmasi yang sudah mempunyai sekitar lima puluh cabang di seluruh wilayah pulau Jawa.Mempunyai Farmasi, yang lengkap dengan obat- obatnya. Setiap farmasi dijaga oleh dokter umum yang siaga untuk memeriksa pasien yang akan membeli obat.Banyak teman dan rekan sejawat, yang memuji keberhasilan Akbar Firdaus dibidang kesehatan, demi membantu keselamatan setiap orang.Rumah jompo, dan panti asuhan yang juga menyebar berkat sokongan dana darinya, membuat Rizki Akbar terkenal dengan donatur tetap diberbagai panti asuhan dan rumah jompo.Sudah hampir isya, ketika pak Akbar melangkahkan kakinya dihotel, tempat istri mudanya tinggal untuk sementara waktu.Membuka pintu kamar hotel dengan akses kartu yang ada padanya, membuatnya tidak perlu mengetuk pintu kamar jika dikunci dari dalam.Pak Akbar melangkah memasuki kamar, dan tidak lupa mengucap salam dengan nada pelan.Mencari keberadaan sang istri yang tidak ada dikamar itu membuat jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang.Belum lagi rasa paniknya hilang, kini dirinya terkejut melihat sosok gadis yang begitu cantik tiba- tiba ada dihadapannya, seperti sama- sama terkejut, keduanya diam saling memandang, tak lama Puteri menunduk dan membuang pandangannya.Melihat wajah istrinya basah, Akbar menyimpulkan kalau istri Bru selesai berwudhu."Kamu ingin solat isya ?" tanya Akbar lembut.Puteri berdehem kecil dan mengangguk."Tunggu mas, kita akan berjamaah," ucap Akbar dan langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.Sedangkan Puteri langsung membuka lemari yang ada dikamar hotel, untuk mengambil satu sajadah, yang akan dia gelar untuk suaminya. Kini Puteri sudah siap memakai mukena dan membentangkan sajadah untuk mereka berdua solat berjamaah.Akbar datang dan sudah memakai kemeja putih dan kain sarung putih yang sudah terpasang rapi di tubuhnya, tak lupa dia juga memakai peci, menambah kadar kegantengan dan kedewasaan wajahnya."Ayo kita mulai," sapanya pada sang istri.Mereka melaksanakan solat berjamaah dengan khidmat dan khusuk.Memutar tubuh dan memberikan tangan kanan untuk dicium oleh istinya, Akbar lakukan setelah selesai melaksanakan solat."Kita murajaah sebentar," perintah lembut Akbar.Tak ada bantahan, Puteri langsung mengambil mushaf yang tidak jauh dari mereka duduk. dan kemudian menyetor bacaan surah kepada suaminya .kejadian ini sudah beberapa kali terjadi, dan ini adalah aktifitas keduanya yang akan menjadi rutinitas Puteri untuk melakukannya, jika berjamaah dengan sang suami.Ada rasa bangga dihati Puteri, ditengah- tengah kesibukan Akbar, suaminya itu masih menyempatkan waktunya untuk mengecek ibadahnya.Selesai membaca Qur'an dan menyimpannya, pak Akbar tiba- tiba meraih kepala sang istri dan mencium keningnya cukup lama, ada getaran yang Puteri rasa disekujur tubuhnya, begitu juga dengan Akbar, dia juga merasakan getaran itu."Sudah makan malam," tanyanya lirih tepat didaun telinga sang istri, setelah dia melepaskan kecupannya dikening."Belum," Jawab Puteri sambil menggeleng pelan."Siang tadi makan jam berapa ? maaf mas gak sempat menghubungi, Karena siang tadi jadwal mas penuh diruang operasi." tutur pak Akbar, sambil membantu Putri membuka mukena dan dia langsung melipat mukena sang istri."Sekitar jam dua, saya makan siang." jawab puteri. "Kita makan direstauran hotel ya, bersiaplah !" pinta Akbar kepada istrinya.Puteri segera membuka koper pakaiannya untuk mengambil gamis dan mengganti pakaian. Belum lagi Puteri Menganti pakaiannya, Pak Akbar mengeluarkan sesuatu dari bungkusan yang dibawanya tadi."pakailah ini !" Akbar memberikan pakaian berwarna coklat susu yang terlipat dengan rapi, beserta hijab dengan warna yang senada.Puteri langsung membuka lipatannya, dan tergerai gamis indah."Pakailah, mas beli tadi untukmu," ucap pak Akbar sekali lagi. " Makasih pak ?" jawab Puteri.Sebelum pakaian tersebut sampai ketangan Puteri, pak Akbar dengan cepat menarik pergelangan tangan Puteri dan menyentaknya agak keras.Sehingga tanpa diminta sang pemilik, tubuh Puteri langsung masuk kedalam pelukan sang suami.Puteri yang terkejut dan takut, bergetar dan berusaha melepaskan pelukan suaminya."Tadi kamu manggil saya apa ?" tanya Akbar lembut di telinga sang istri dan sengaja menempelkan bibirnya dibalik telinganya."Wanginya"ucap pak Akbar dalam hati."Pak..!" jawab Puteri."Ulang sekali lagi" ucap pak Akbar lagi dengan suara berat, dan nafas mulai tak teratur. Dengan bibir sudah berpindah ke tengkuk sang istri.Puteri yang baru menyadari kesalahannya, segera memperbaiki ucapannya."Mas... Maaf saya lupa," dengan suara pelan,lembut dan sedikit rengekan.Membuat yang mendengar ingin segera menuntaskan kepemilikannya.Tapi Akbar, bukan pria seperti itu dia pria dewasa yang mengutamakan cinta, bukan nafsu.Setelah memberi kecupan tanda merah ditengkuk sang istri, pak Akbar melepaskan pelukannya."Cepatlah ganti pakaiannya, mas tunggu disini." ujar Akbar, sambil membuang nafasnya dengan kasar.Puteri langsung masuk kedalam kamar ganti, untuk mengganti pakaiannya."Huhh...ya Allah aku ngeri...!" guman Puteri sambil perlahan memakai pakaian yang dibeli suaminya."Dari mana pak kabar tahu kalau warna kesukaanku adalah coklat susu ya" guman Puteri.Setelah berhias sedikit, Puteri segera keluar dari kamar ganti, dia sudah terlalu lapar untuk menunggu."Ayo mas!" ucap Puteri pelan, pak Akbar yang sedang mengecek pekerjaan melalui tabletnya, segera menoleh kearah suara. Akbar langsung berdiri dan mendekati istrinya, ingin sekali dia menghirup wangi tubuh Puteri.Tapi Puteri segera mundur menjaga jarak."Saya sudah lapar mas?" rengek Puteri lembut.Manjanya yang seperti ini yang disukai Akbar,Dia dulu secara tak sengaja ada beberapa kali melihat kemanjaan Puteri jika bersama ayahnya. niatnya ingin menjodohkan Puteri dan puteranya, karena menurutnya Puteri seorang yang cerdas,cantik, penurut dan sabar, sangat cocok dijodohkan dengan puteranya yang keras dan tidak sabaran.Kini keduanya telah duduk di restaurant hotel dimana Puteri menginap, khususnya diruangan VIP.Tak ada meja luas atau kursi makan yang indah.Puteri heran, namun dia malas untuk bertanya."Ayo duduklah, kita makan dilesehan saja" ujar suaminya.Sejenak Puteri berfikir, dan beberapa saat baru dia mengerti keinginan suaminya. Walau ditempat mewah sekalipun, suaminya ingin makan duduk dilantai, seperti kebiasaan ayah dan dirinya yang tidak suka makan dimeja makan.Ada permadani mewah dan lembut. ukurannya tidak begitu luas, kira- kira dua kali dua meter.Rani segera mengambil posisi agak kesudut, dan dikuti oleh suaminya."Tadi siang makan dimana ?" tanya Akbar setelah keduanya duduk diatas permadani mewah."Dikamar" jawab Rani singkat."Maaf ya, dalam beberapa hari ini mas mungkin terlalu sibuk, karena mas harus mengganti jadwal operasi pasien !" Tidak lama kemudian pramusaji datang membawa hidangan yang dipesan pak Akbar. Setelah hidangan tersusun rapi, pramusaji langsung undur diri m
Jam satu dini hari Akbar terjaga dari tidur, dilihatnya sang istri masih tertidur dengan damai disamping Sisi kananya. Perlahan pak Akbar bangkit, membetulkan selimut istri tercintanya, mengecup keningnya sesaat, sebelum dia bergerak kekamar mandi.Tak lama kemudian pak Akbar sudah berada diluar kediamannya, melangkahkan kakinya menuju garasi mobil. Hanya tidur dua jam lebih mampu membuat wajah pak Akbar fresh kembali.Membawa salah satu mobilnya, pak Akbar langsung melajukan mobilnya menembus gelapnya malam.Kini dirinya telah sampai dilobi hotel, tempat istri mudanya menginap. Dengan akses yang dia miliki, pak Akbar langsung dapat masuk kedalam kamar hotel sang istri."Assalamulikum" lirihnya, begitu dia membuka pintu kamar. Masuk dan langsung mengunci pintu kamar kembali.Suasana kamar yang terang, langsung dapat membuat mata pria dewasa itu melihat Puteri yang sedang tertidur miring kearahnya, tanpa mengenakan selimut."Kenapa kamar ini terasa pengap dan sedikit panas" ujarnya pe
Jantung Puteri rasanya ingin copot saja, nafasnya sesak, dia susah bernafas dengan posisi seperti itu, tubuhnya bergetar dan Akbar merasakan itu.Begitu juga dengan Akbar, gejolak tubuhnya akan selalu naik sampai keubun- ubun jika berdekatan dengan sang istri, namun sebagai orang yang sudah berpengalaman dia masih mampu untuk menahannya."Tidurlah Ruhi..! Mas hanya ingin seperti ini." ujar Akbar, sambil menutup kedua belah matanya dalam keadaan memeluk tubuh Puteri dengan berbantalkan lengan kekarnya.Puteri yang sedari tadi diam tak bergerak, perlahan menatap kesamping kirinya, dahinya langsung menyentuh pundak sang suami. Tidak ada guna untuk merenggangkan diri lagi, batinnya.Perlahan Puteri memejamkan kelopak matanya, dua suara dengkuran halus dan teratur tak lama terdengar. Ternyata sepasang suami istri beda usia itu telah tidur dengan damai, melupakan sesaat tentang masalah esok hari.Hampir jam enam pagi pak Akbar terjaga dari tidurnya, tangannya yang sudah sangat kebas, namu
"ya Allah, lepaskan hamba dari situasi ini, hamba takut !" sambil membersihkan sisa sarapan mereka tadi Puteri terus berdoa dalam hatinya."Lebih baik aku tinggal di kamar hotel saja dari pada harus serumah," ucap Puteri pada dirinya sendiri.Gadis cantik berwajah teduh itu, duduk disofa sambil termenung. Surai indah miliknya, terbiar dengan sedikit ikatan yang acak. Semakin malas rasa hatinya untuk menunggu sore hari."Tapi percuma saja, mengungkapkan isi hatipun takkan didengar sama pak tua itu, dia lebih mengutamakan kata hati istrinya dari padaku, dan aku sadar posisiku." ucapnya pelan. tak terasa air mata kembali menetes.Tiga hari menginap dan tinggal sendiri, ternyata Puteri melalui hari- harinya dengan bertengkar antara hati dan fikirannya.Fikirannya menolak itu semua, untuk jadi istri kedua tidak pernah terbesit sedikitpun pada fikirannya, apalagi menikah dengan orang tua, fikirannya terus berontak.Namun hati yang lembut dan sangat menyayangi ayahnya, membuat Puteri menutup
Tak ada sedikitpun keinginan Puteri untuk membantah, atau membalas ucapan Bu Nova.Puteri adalah tipe seorang perempuan yang suka memperhatikan tanpa memberi komentar, apalagi masalah tentang hidupnya, dia menyerahkan seluruhnya pada sang ayah.Keceriaan dan keramahannya, hanya sebatas dengan teman- temannya saja. Puteri dapat menjadi seorang yang periang dan pendiam, sesuai dengan siapa dia berinteraksi."Bik, bawa perempuan ini kekamarnya, setelah itu jelaskan semua apa yang aku katakan tadi ?" ucap Bu Nova pada pembantunya."Saya tunggu mas Akbar, Bu ?" "Mas. Eehh suami saya sebaya ayahmu ! Sok istri beneran saja kamu." Bentak Bu Nova yang sudah tersulut emosi karena cemburu.Malas dengan situasi yang ada, Puteri langsung berdiri sambil membawa kopernya, yang sejak tadi ada disampingnya. " Ayo bik ! permisi Bu " Puteri pergi meninggalkan Bu Nova, mengikuti bik Sumi yang sudah berjalan meninggalkan ruang makan.Tanpa melihat sekelilingnya, Puteri berjalan dengan wajah sendu dan me
Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamar.Puteri seolah menulikan telinga, enggan untuk membukanya."Nyonya...nyonya muda ...!" suara bik Sumi terdengar dari luar memanggil - manggilnya.Sedikitpun Puteri tidak ada niat, untuk beranjak dari pembaringannya, hingga suara itu tak terdengar lagi, Puteri merasa lega."Mana Puteri nya bik ?" tanya pak Akbar yang sudah duduk dimeja makan."Saya sudah memanggilnya tuan, tapi tak ada jawaban." Jawab bik Sumi."Sudahlah pa...! kita makan dulu, nanti kalau lapar dia akan turun sendiri, mama sudah lapar !" ucap Bu Nova dengan gaya judesnya."Mama kalau lapar, makanlah dulu, papa mau lihat Puteri." ujar pak Akbar dan akan bangkit dari duduknya."Jadi mama makan sendiri, gitu..? sementara papa akan makan bersamanya. Adil macam apa itu..!" sarkas Bu Nova tiba-tiba."Kalau begitu, mama tunggulah sebentar, papa akan melihatnya. Mungkin dia masih canggung dengan situasi disini." tutur pak Akbar, kemudian melangkah menuju lantai dua, tempat dimana
Beberapa hari disibukkan oleh banyak masalah, akhirnya pak Akbar mengambil keputusan, untuk mengambil alih semua pekerjaan yang telah ia berikan dulu kepada puteranya.Berdiri diatas kaki sendiri itu lebih baik. Terlalu kecewa dengan perbuatan sang istri dan sang anak, namun dia tidak bisa menghukum, hanya bisa pasrah dan ikhlas atas takdir Allah. Semoga diusianya yang tidak muda lagi, Allah selalu memberi kesehatan padanya. Itu doa yang selalu dia panjatkan."Kenapa papa bisa secepat itu mengambil keputusan, bukankah papa ingin fokus pada bisnis kesehatan saja." tutur Bu Nova setelah beberapa saat mereka saling diam."Mungkin papa akan melepaskan jabatan sebagai dosen dan akan mengurangi jam terbang operasi. Sudah banyak para dokter syaraf yang jenius dan sudah berpengalaman untuk menggantikan jam kerja papa." jawab Akbar menjelaskan rencananya pada istri pertamanya.Bu Nova hanya mendesah pelan, dengan keputusan sang suami. Walaupun dia kecewa tentang keputusan Akbar yang membelokir
Menahan sesuatu yang telah bergelora, pak Akbar perlahan mendekati sang istri yang tengah terlelap.Pandangan Akbar terhadap Puteri yang sedang terlelap ibarat seekor singa yang tengah kelaparan, namun iman dan akal sehat selalu ada di gerbang terdepan hati dan fikirannya.Puas dengan penglihatannya, pak Akbar mengambil ponsel dari genggaman istrinya yang masih memutar film Hindia romantis, "ternyata kamu pecinta film romantis juga Ruhi..!" ucapnya lirih.Sangat penuh hati- hati Akbar mengangkat membenarkan posisi tidur sang istri yang menurutnya telah berputar arah dari kepala tempat tidur.Menyibakkan anak rambut yang selalu berjuntai di dahi dan telinga istrinya. Membelai wajah, dan mencium sekilas bibir gadis yang sudah hampir satu minggu ini telah menjadi istri sahnya.Tak lama pak Akbar membuka kaus rumahan yang dia pakai, kini dia hanya menggunakan celana training panjang dan bertelanjang dada. Sudah menjadi kebiasannya kalau tidur selalu bertelanjang dada.Sekitar jam sebelas