Share

Bab 6 Makan malam

last update Last Updated: 2024-03-26 19:20:02

Hari ini jadwal pak Akbar terlalu padat, pasien yang sudah antri, yang paling diutamakan, operasi bedah syaraf bukannya cukup hanya satu atau dua jam, dan karena masih minimnya dokter ahli bedah dinegara ini, terkadang membuat jadwal operasi pria beribawa ini tidak pernah kosong setiap harinya.

Belum lagi dia juga sebagai pemilik rumah sakit "Berkah Ilahi" rumah sakit yang dia dirikan sendiri, rumah sakit yang banyak membantu pasien yang kurang mampu, rumah sakit yang mengedepankan kesehatan pasiennya terlebih dahulu, tanpa memandang biaya.

Rumah sakit yang biaya perobatannya bisa dicicil kemudian, setelah pasien sembuh.

Untuk itu rumah sakit Berkah Ilahi selalu dipadati oleh pengunjung, terutama dibagian administrasi kredit, administrasi kredit adalah bagian yang menangani pengobatan ktedit, pasien dan anggota keluarga boleh membayar secara mencicil, untuk jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, tanpa memberi atau menambah suku bunga.

Dan cabang Berkah Ilahi sudah ada tiga cabang yang meyebar diwilayah Jabodetabek, Berkah Ilahi termasuk rumah sakit megah dan mewah, yang memiliki dokter handal dan fasilitas terbaik tak kalah dengan rumah sakit luar negeri.

Belum lagi bisnis farmasi yang juga dikelola pak Akbar Firdaus.

Bisnis farmasi yang sudah mempunyai sekitar lima puluh cabang di seluruh wilayah pulau Jawa.

Mempunyai Farmasi, yang lengkap dengan obat- obatnya. Setiap farmasi dijaga oleh dokter umum yang siaga untuk memeriksa pasien yang akan membeli obat.

Banyak teman dan rekan sejawat, yang memuji keberhasilan Akbar Firdaus dibidang kesehatan, demi membantu keselamatan setiap orang.

Rumah jompo, dan panti asuhan yang juga menyebar berkat sokongan dana darinya, membuat Rizki Akbar terkenal dengan donatur tetap diberbagai panti asuhan dan rumah jompo.

Sudah hampir isya, ketika pak Akbar melangkahkan kakinya dihotel, tempat istri mudanya tinggal untuk sementara waktu.

Membuka pintu kamar hotel dengan akses kartu yang ada padanya, membuatnya tidak perlu mengetuk pintu kamar jika dikunci dari dalam.

Pak Akbar melangkah memasuki kamar, dan tidak lupa mengucap salam dengan nada pelan.

Mencari keberadaan sang istri yang tidak ada dikamar itu membuat jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang.

Belum lagi rasa paniknya hilang, kini dirinya terkejut melihat sosok gadis yang begitu cantik tiba- tiba ada dihadapannya, seperti sama- sama terkejut, keduanya diam saling memandang, tak lama Puteri menunduk dan membuang pandangannya.

Melihat wajah istrinya basah, Akbar menyimpulkan kalau istri Bru selesai berwudhu.

"Kamu ingin solat isya ?" tanya Akbar lembut.

Puteri berdehem kecil dan mengangguk.

"Tunggu mas, kita akan berjamaah," ucap Akbar dan langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Sedangkan Puteri langsung membuka lemari yang ada dikamar hotel, untuk mengambil satu sajadah, yang akan dia gelar untuk suaminya. 

Kini Puteri sudah siap memakai mukena dan membentangkan sajadah untuk mereka berdua solat berjamaah.

Akbar datang dan sudah memakai kemeja putih dan kain sarung putih yang sudah terpasang rapi di tubuhnya, tak lupa dia juga memakai peci, menambah kadar kegantengan dan kedewasaan wajahnya.

"Ayo kita mulai," sapanya pada sang istri.

Mereka melaksanakan solat berjamaah dengan khidmat dan khusuk.

Memutar tubuh dan memberikan tangan kanan untuk dicium oleh istinya, Akbar lakukan setelah selesai melaksanakan solat.

"Kita murajaah sebentar," perintah lembut Akbar.

Tak ada bantahan, Puteri langsung mengambil mushaf yang tidak jauh dari mereka duduk. dan kemudian menyetor bacaan surah kepada suaminya .

kejadian ini sudah beberapa kali terjadi, dan ini adalah aktifitas keduanya yang akan menjadi rutinitas Puteri untuk melakukannya, jika berjamaah dengan sang suami.

Ada rasa bangga dihati Puteri, ditengah- tengah kesibukan Akbar, suaminya itu masih menyempatkan waktunya untuk mengecek ibadahnya.

Selesai membaca Qur'an dan menyimpannya, pak Akbar tiba- tiba meraih kepala sang istri dan mencium keningnya cukup lama, ada getaran yang Puteri rasa disekujur tubuhnya, begitu juga dengan  Akbar, dia juga merasakan getaran itu.

"Sudah makan malam," tanyanya lirih tepat didaun telinga sang istri, setelah dia melepaskan kecupannya dikening.

"Belum," Jawab Puteri sambil menggeleng pelan.

"Siang tadi makan jam berapa ? maaf mas gak sempat menghubungi, Karena siang tadi jadwal mas penuh diruang operasi." tutur pak Akbar, sambil membantu Putri membuka mukena dan dia langsung melipat mukena sang istri.

"Sekitar jam dua, saya makan siang." jawab puteri. "Kita makan direstauran hotel ya, bersiaplah !" pinta Akbar kepada istrinya.

Puteri segera membuka koper pakaiannya untuk mengambil gamis  dan mengganti pakaian. Belum lagi Puteri Menganti pakaiannya, Pak Akbar mengeluarkan sesuatu dari bungkusan yang dibawanya tadi.

"pakailah ini !" Akbar memberikan pakaian berwarna coklat susu yang terlipat dengan rapi, beserta hijab dengan warna yang senada.

Puteri langsung membuka lipatannya, dan tergerai gamis indah.

"Pakailah, mas beli tadi untukmu," ucap pak Akbar sekali lagi. " Makasih pak ?" jawab Puteri.

Sebelum pakaian tersebut sampai ketangan Puteri, pak Akbar dengan cepat menarik pergelangan tangan Puteri dan menyentaknya agak keras.

Sehingga tanpa diminta sang pemilik, tubuh Puteri langsung masuk kedalam pelukan sang suami.

Puteri yang terkejut dan takut, bergetar dan berusaha melepaskan pelukan suaminya.

"Tadi kamu manggil saya apa ?" tanya Akbar lembut di telinga sang istri dan sengaja menempelkan bibirnya dibalik telinganya.

"Wanginya"ucap pak Akbar dalam hati.

"Pak..!" jawab Puteri.

"Ulang sekali lagi" ucap pak Akbar lagi dengan suara berat, dan nafas mulai tak teratur. Dengan bibir sudah berpindah ke tengkuk sang istri.

Puteri yang baru menyadari kesalahannya, segera memperbaiki ucapannya.

"Mas... Maaf saya lupa," dengan suara pelan,lembut dan sedikit rengekan.

Membuat yang mendengar ingin segera menuntaskan kepemilikannya.

Tapi Akbar, bukan pria seperti itu dia pria dewasa yang mengutamakan cinta, bukan nafsu.

Setelah memberi kecupan tanda merah ditengkuk sang istri, pak Akbar melepaskan pelukannya.

"Cepatlah ganti pakaiannya, mas tunggu disini." ujar Akbar, sambil membuang nafasnya dengan kasar.

Puteri langsung masuk kedalam kamar ganti, untuk mengganti pakaiannya.

"Huhh...ya Allah aku ngeri...!" guman Puteri sambil perlahan memakai pakaian yang dibeli suaminya.

"Dari mana pak kabar tahu kalau warna kesukaanku adalah coklat susu ya" guman Puteri.

Setelah berhias sedikit, Puteri segera keluar dari kamar ganti, dia sudah terlalu lapar untuk menunggu.

"Ayo mas!" ucap Puteri pelan, pak Akbar yang sedang mengecek pekerjaan melalui tabletnya, segera menoleh kearah suara. Akbar langsung berdiri dan mendekati istrinya, ingin sekali dia menghirup wangi tubuh Puteri.

Tapi Puteri segera mundur menjaga jarak.

"Saya sudah lapar mas?" rengek Puteri lembut.

Manjanya yang seperti ini yang disukai Akbar,

Dia dulu secara tak sengaja ada beberapa kali melihat kemanjaan Puteri jika bersama ayahnya. niatnya ingin menjodohkan Puteri dan puteranya, karena menurutnya Puteri seorang yang cerdas,cantik, penurut dan sabar, sangat cocok dijodohkan dengan puteranya yang keras dan tidak sabaran.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 47 Menuju Bahagia

    Sudah satu Minggu Puteri kembali kerumah minimalisnya. Seperti biasa sebelum pergi ke rumah sakit Akbar sendiri yang akan mengurus bayi Emran dan istri mudanya. "Ruhi....sayang...? Sudah hampir subuh." Panggil Akbar ditelinga sang istri dengan lembut."Mandilah...lima menit lagi azan subuh." Sambung Akbar saat dilihatnya sang istri sudah bangun dari tidurnya. Tanpa menjawab Puteri segera bergegas mengikuti apa yang diperintahkan sang suami.Solat subuh berjamaah dan mengulang murajaah adalah rutinitas yang mereka lakukan sebelum lengkingan suara Emran menggema dari dalam box bayinya.Jam setengah tujuh Emran telah wangi dengan wajah yang sudah seperti donat tepung, karena ulah sang papa. "Wah...anak papa sudah ganteng...sudah wangi...wangi surga..." Ucap Akbar pada puteranya yang sudah mulai lasak."Kita nenen dulu...? Nenen sama mama..?" Sambungnya lagi sambil menggendong Emran, meletakkannya diatas pangkuan sang istri yang sudah siap duduk diatas sofa."Kuchi....kuchi...anak aku ga

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 46 Ikhlas Dan Tulus

    Puteri terus memangku bayi Emran sampai tertidur pulas, setelah menghabiskan susu botolnya.Akbar hanya diam terpaku melihat keajaiban Allah. Doanya telah di ijabah Allah, tidak ada yang lebih membahagiakan dari itu semua.Perlahan Nova menghampiri Puteri dan berkata."Sini...Emran nya biar saya pindahkan ke boxnya saja." Pinta Nova dengan tulus."Haaaah...i..iya..!" Jawab Puteri gugup. Dengan sedikit gemetar Puteri memberikan bayinya kepada Nova. Rasa lemah dengan tulang yang rasanya kaku membuat Puteri tidak dapat bergerak banyak.Tak lama seorang suster datang membawakan teh panas dan bubur nasi sup ayam kampung.Dengan cekatan Akbar menerima troli makanan tersebut dan membawanya kehadapan sang istri."Makan dulu Ruhi...?" Pinta Akbar lembut.Nova yang merasa canggung dengan situasi mereka bertiga, berfikir untuk keluar dari ruangan tersebut."Pa...mama, mau pulang sebentar, nanti mama datang lagi. Kalau ada sesuatu yang mau dibeli, hubungi mama ya pah?" Ucap Nova lembut.Kemudian

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 45 Usaha Emran

    Hari ini rencananya Akbar akan memindahkan perawatan untuk Puteri dirumah minimalis mereka. karena bagaimana pun rumah sakit bukan tempat yang bagus untuk tumbuh kembang puteranya yaitu Emran. Tanpa diminta oleh suaminya, pagi- pagi sekali Nova sudah sampai dirumah sakit, tepatnya diruangan Puteri dirawat."Ada apa ma?" Tanya Akbar setelah menjawab salam dari istri pertamanya."Ada apa?" Tanya Akbar lagi, dia merasa heran karena masih terlalu pagi bagi tamu untuk menjenguk pasien."Aku hanya ingin bersama kalian pa..?" Jawab Nova jujur.Pak Akbar yang mendengar hanya menautkan alisnya saja, tanpa berkomentar."Oke...sudah selesai..! Anak papa sudah ganteng, sudah wangi...wangi surga...!" Ucap Akbar pada sang putera yang baru selesai ia mandikan.Dengan memakai pakaian anak enam bulan keatas, Emran nampak lebih besar dari usianya.Dengan menggendongnya sebelum diberikan susu, Akbar ingin anaknya memanggil Puteri dengan jeritan tangisan seperti biasanya. "Mas selalu berdoa, kamu pulang

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 44 Merindukanmu

    Assalamualaikum" terdengar suara ketukan pintu dan ucapan salam dari luar ruangan. Akbar yang baru selesai mengaji disisi sang istri, segera membuka pintu untuk melihat siapa yang datang." "Waalaikumsalam" jawab Akbar. Saat tahu siapa yang datang ia menghela nafas dengan berat."Kamu bisa pulang ma?" Tanya Akbar heran. Tanpa menerima uluran tangan Nova yang ingin menyalaminya."Jadi papa enggak suka nengok mama pulang ya?" Tanya Bu Nova sedikit tersinggung. "Bukannya gak suka, tapi mama sendiri yang bilang, kemungkinan mama disana sampai menantu mama siap melahirkan." Jawab Akbar, berlalu meninggalkan istri tuanya yang masih berdiri di pintu."Masuklah kalau mau masuk." Ucap Akbar yang telah duduk disisi Puteri. Sedangkan Putera mereka sedang tidur nyenyak didalam box Beby."Sudah berapa lama dia seperti ini pah?" tanya Nova yang sudah berdiri di dekat Akbar."Hampir sebulan." Jawab Akbar datar. Sambil mengecek beberapa berkas kantor dan rumah sakitnya. Merasa dicuekin, Nova berja

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 43 Lebih Baik Berpisah

    Sekitar pukul delapan malam pak Yusuf sampai ke Jakarta dan langsung menuju rumah sakit tempat anak semata wayangnya melahirkan."Assalamualaikum" ucap pak Yusuf ketika ia telah sampai didepan pintu kamar pasien tempat Puteri berada.Akbar yang baru selesai menunaikan shalat isya, menoleh kearah suara."Waalaikumsalam" jawabnya dan segera menghampiri sahabat karib sekaligus bapak mertuanya.Kedua lelaki itu berjabatan tangan, dan kemudian berpelukan."Aku takut Yusuf...aku takut kalau istriku pingsannya lama." Ucap Akbar dengan suara bergetar."Berdoalah untuk yang terbaik" jawab Yusuf dengan menepuk- nepuk pundak sahabatnya dan melepaskan pelukan mereka.Yusuf menghampiri anaknya yang sudah lama tidak ia kunjungi."Sayang...?" Panggil Yusuf dengan suara bergetar. Diraihnya jemari Puteri digenggamnya erat."Kenapa belum mau bangun sayang....?" Panggilnya pada sang anak yang tertidur dengan damai."Kasian cucu ayah kalau tidak minum ASI, bangunlah. Hadapi semua, menghindar untuk tetap

  • Calon Mertuaku Menjadi Maduku   Bab 42 Melahirkan

    Satu jam berlalu setelah Akbar membuat penyatuannya dengan sang istri. Jalan lahir sudah memasuki pembukaan tiga, kini Puteri tengah berjalan dan terkadang jongkok kalau rasa mulas menggerayangi perutnya, dan pak Akbar dengan setia terus berada didekat istrinya walau kadang Puteri menyuruhnya untuk istirahat.Sambil berjalan Puteri merasakan perutnya mulas kembali, dan ia meringis lagi"Kita operasi saja, ya sayang...? Kalau operasi, satu jam mendatang kamu tidak merasakan sakit seperti ini lagi." Rayu Akbar kembali.Puteri hanya diam, tak menanggapi ucapan suaminya, Puteri bosan mendengarnya."Mas....? Air kencingnya keluar sendiri." Ucapnya tiba-tiba, dengan melihat lantai yang sudah banjir air yang merembes dari kemaluannya.Akbar yang mendengar ucapan sang istri, segera membawa Puteri kekamar mandi."Itu bukan air kencing sayang, itu air ketubannya sudah pecah, tukar dulu bajunya. Dengan dibantu perawat wanita, Puteri membersihkan tubuhnya yang basah oleh rembesan air ketuban.Sem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status