Share

Bab 6 Makan malam

Hari ini jadwal pak Akbar terlalu padat, pasien yang sudah antri, yang paling diutamakan, operasi bedah syaraf bukannya cukup hanya satu atau dua jam, dan karena masih minimnya dokter ahli bedah dinegara ini, terkadang membuat jadwal operasi pria beribawa ini tidak pernah kosong setiap harinya.

Belum lagi dia juga sebagai pemilik rumah sakit "Berkah Ilahi" rumah sakit yang dia dirikan sendiri, rumah sakit yang banyak membantu pasien yang kurang mampu, rumah sakit yang mengedepankan kesehatan pasiennya terlebih dahulu, tanpa memandang biaya.

Rumah sakit yang biaya perobatannya bisa dicicil kemudian, setelah pasien sembuh.

Untuk itu rumah sakit Berkah Ilahi selalu dipadati oleh pengunjung, terutama dibagian administrasi kredit, administrasi kredit adalah bagian yang menangani pengobatan ktedit, pasien dan anggota keluarga boleh membayar secara mencicil, untuk jangka waktu yang telah disepakati kedua belah pihak, tanpa memberi atau menambah suku bunga.

Dan cabang Berkah Ilahi sudah ada tiga cabang yang meyebar diwilayah Jabodetabek, Berkah Ilahi termasuk rumah sakit megah dan mewah, yang memiliki dokter handal dan fasilitas terbaik tak kalah dengan rumah sakit luar negeri.

Belum lagi bisnis farmasi yang juga dikelola pak Akbar Firdaus.

Bisnis farmasi yang sudah mempunyai sekitar lima puluh cabang di seluruh wilayah pulau Jawa.

Mempunyai Farmasi, yang lengkap dengan obat- obatnya. Setiap farmasi dijaga oleh dokter umum yang siaga untuk memeriksa pasien yang akan membeli obat.

Banyak teman dan rekan sejawat, yang memuji keberhasilan Akbar Firdaus dibidang kesehatan, demi membantu keselamatan setiap orang.

Rumah jompo, dan panti asuhan yang juga menyebar berkat sokongan dana darinya, membuat Rizki Akbar terkenal dengan donatur tetap diberbagai panti asuhan dan rumah jompo.

Sudah hampir isya, ketika pak Akbar melangkahkan kakinya dihotel, tempat istri mudanya tinggal untuk sementara waktu.

Membuka pintu kamar hotel dengan akses kartu yang ada padanya, membuatnya tidak perlu mengetuk pintu kamar jika dikunci dari dalam.

Pak Akbar melangkah memasuki kamar, dan tidak lupa mengucap salam dengan nada pelan.

Mencari keberadaan sang istri yang tidak ada dikamar itu membuat jantungnya tiba-tiba berdetak dengan kencang.

Belum lagi rasa paniknya hilang, kini dirinya terkejut melihat sosok gadis yang begitu cantik tiba- tiba ada dihadapannya, seperti sama- sama terkejut, keduanya diam saling memandang, tak lama Puteri menunduk dan membuang pandangannya.

Melihat wajah istrinya basah, Akbar menyimpulkan kalau istri Bru selesai berwudhu.

"Kamu ingin solat isya ?" tanya Akbar lembut.

Puteri berdehem kecil dan mengangguk.

"Tunggu mas, kita akan berjamaah," ucap Akbar dan langsung masuk kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

Sedangkan Puteri langsung membuka lemari yang ada dikamar hotel, untuk mengambil satu sajadah, yang akan dia gelar untuk suaminya. 

Kini Puteri sudah siap memakai mukena dan membentangkan sajadah untuk mereka berdua solat berjamaah.

Akbar datang dan sudah memakai kemeja putih dan kain sarung putih yang sudah terpasang rapi di tubuhnya, tak lupa dia juga memakai peci, menambah kadar kegantengan dan kedewasaan wajahnya.

"Ayo kita mulai," sapanya pada sang istri.

Mereka melaksanakan solat berjamaah dengan khidmat dan khusuk.

Memutar tubuh dan memberikan tangan kanan untuk dicium oleh istinya, Akbar lakukan setelah selesai melaksanakan solat.

"Kita murajaah sebentar," perintah lembut Akbar.

Tak ada bantahan, Puteri langsung mengambil mushaf yang tidak jauh dari mereka duduk. dan kemudian menyetor bacaan surah kepada suaminya .

kejadian ini sudah beberapa kali terjadi, dan ini adalah aktifitas keduanya yang akan menjadi rutinitas Puteri untuk melakukannya, jika berjamaah dengan sang suami.

Ada rasa bangga dihati Puteri, ditengah- tengah kesibukan Akbar, suaminya itu masih menyempatkan waktunya untuk mengecek ibadahnya.

Selesai membaca Qur'an dan menyimpannya, pak Akbar tiba- tiba meraih kepala sang istri dan mencium keningnya cukup lama, ada getaran yang Puteri rasa disekujur tubuhnya, begitu juga dengan  Akbar, dia juga merasakan getaran itu.

"Sudah makan malam," tanyanya lirih tepat didaun telinga sang istri, setelah dia melepaskan kecupannya dikening.

"Belum," Jawab Puteri sambil menggeleng pelan.

"Siang tadi makan jam berapa ? maaf mas gak sempat menghubungi, Karena siang tadi jadwal mas penuh diruang operasi." tutur pak Akbar, sambil membantu Putri membuka mukena dan dia langsung melipat mukena sang istri.

"Sekitar jam dua, saya makan siang." jawab puteri. "Kita makan direstauran hotel ya, bersiaplah !" pinta Akbar kepada istrinya.

Puteri segera membuka koper pakaiannya untuk mengambil gamis  dan mengganti pakaian. Belum lagi Puteri Menganti pakaiannya, Pak Akbar mengeluarkan sesuatu dari bungkusan yang dibawanya tadi.

"pakailah ini !" Akbar memberikan pakaian berwarna coklat susu yang terlipat dengan rapi, beserta hijab dengan warna yang senada.

Puteri langsung membuka lipatannya, dan tergerai gamis indah.

"Pakailah, mas beli tadi untukmu," ucap pak Akbar sekali lagi. " Makasih pak ?" jawab Puteri.

Sebelum pakaian tersebut sampai ketangan Puteri, pak Akbar dengan cepat menarik pergelangan tangan Puteri dan menyentaknya agak keras.

Sehingga tanpa diminta sang pemilik, tubuh Puteri langsung masuk kedalam pelukan sang suami.

Puteri yang terkejut dan takut, bergetar dan berusaha melepaskan pelukan suaminya.

"Tadi kamu manggil saya apa ?" tanya Akbar lembut di telinga sang istri dan sengaja menempelkan bibirnya dibalik telinganya.

"Wanginya"ucap pak Akbar dalam hati.

"Pak..!" jawab Puteri.

"Ulang sekali lagi" ucap pak Akbar lagi dengan suara berat, dan nafas mulai tak teratur. Dengan bibir sudah berpindah ke tengkuk sang istri.

Puteri yang baru menyadari kesalahannya, segera memperbaiki ucapannya.

"Mas... Maaf saya lupa," dengan suara pelan,lembut dan sedikit rengekan.

Membuat yang mendengar ingin segera menuntaskan kepemilikannya.

Tapi Akbar, bukan pria seperti itu dia pria dewasa yang mengutamakan cinta, bukan nafsu.

Setelah memberi kecupan tanda merah ditengkuk sang istri, pak Akbar melepaskan pelukannya.

"Cepatlah ganti pakaiannya, mas tunggu disini." ujar Akbar, sambil membuang nafasnya dengan kasar.

Puteri langsung masuk kedalam kamar ganti, untuk mengganti pakaiannya.

"Huhh...ya Allah aku ngeri...!" guman Puteri sambil perlahan memakai pakaian yang dibeli suaminya.

"Dari mana pak kabar tahu kalau warna kesukaanku adalah coklat susu ya" guman Puteri.

Setelah berhias sedikit, Puteri segera keluar dari kamar ganti, dia sudah terlalu lapar untuk menunggu.

"Ayo mas!" ucap Puteri pelan, pak Akbar yang sedang mengecek pekerjaan melalui tabletnya, segera menoleh kearah suara. Akbar langsung berdiri dan mendekati istrinya, ingin sekali dia menghirup wangi tubuh Puteri.

Tapi Puteri segera mundur menjaga jarak.

"Saya sudah lapar mas?" rengek Puteri lembut.

Manjanya yang seperti ini yang disukai Akbar,

Dia dulu secara tak sengaja ada beberapa kali melihat kemanjaan Puteri jika bersama ayahnya. niatnya ingin menjodohkan Puteri dan puteranya, karena menurutnya Puteri seorang yang cerdas,cantik, penurut dan sabar, sangat cocok dijodohkan dengan puteranya yang keras dan tidak sabaran.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status