Ketika calon ayah mertua berganti status menjadi suamiku. Dan calon ibu mertua berganti status menjadi maduku, disaat itu kutahu bahwa Bermadu itu adalah hal yang sangat mengerikan.
View More"aku pengen makan dengan piring sendiri mas..?" ucap Puteri saat Akbar akan menghidangkan makan sepiring berdua untuk mereka seperti biasanya."Kenapa?" tanya Akbar heran."Lagi malas aja...!" Jawab Puteri datar.Akbar tidak lagi bertanya, ia mengambil satu lagi piring untuk Puteri."Biar aku buat sendiri mas..?" pinta Puteri sopan pada suaminya yang akan menyendokkan nasi untuknya.Selesai makan, Puteri langsung masuk kedalam kamar, perutnya sering jadi sebah atau seperti kram setiap selesai makan.Sambil meringis membelai perut besarnya Puteri berguman sendiri."Kamu yang sehat ya nak, harus kuat pintar dan soleh seperti papah kamu."Terlalu banyak tertekan perasaan yang tidak bisa ia ungkapkan membuat Puteri dilanda stres yang berkepanjangan ternyata berpengaruh pada kandungannya. Pernyataan dokter yang menyarankan Puteri untuk caecar pada persalinannya nanti, sungguh membuat Puteri takut. Dan ia tetap diam tidak memberitahukan pada sang suami.Sedangkan Akbar yang sudah lama du
"Ruhi...!"sapa Akbar lembut saat ia telah berada disamping sang istri.Mendengar suara suaminya memanggil, buru- buru Puteri menghapus air matanya, dan menoleh keasal suara. Tanpa berkata, Puteri tersenyum manis kepada Akbar."Maafkan aku sayang" ucap Akbar dalam hati."Kenapa tadi enggak ajak mas kalau mau jalan? Hhhhmmm...?" Tanya Akbar lembut dan langsung mendudukkan bokongnya disamping istrinya."Perginya gak direncanakan mas..!" Jawab Puteri datar, dan membuang pandangannya lurus kedepan."Kenapa menangis, hhhmmmm?" Tanya Akbar lagi, dengan merangkul pundak sang istri."Teringat sama bunda..." Jawab Puteri sekenanya.Degg...jantung Akbar berdegup mendengar jawaban Puteri yang dia anggap bohong. Namun Akbar hanya mendesah pelan."Engkau menyembunyikan sakit hatimu padaku sayang, sedangkan aku tidak pernah menyembunyikan apapun terhadapmu, walaupun itu menyakitkanmu. Apa engkau akan menganggapku asing lagi seperti saat awal kita menikah?" tanya Akbar pada dirinya sendiri.Hening...
Sudah satu bulan lamanya Nova berada di negara Brunai Darussalam. Dan selama itu juga Akbar uring- uringan, kebanyakan malas dan malas.Didepan Puteri istri keduanya ia selalu tampak biasa saja, walau banyak sering diam dan menghabiskan waktu dengan tidur, dengan alasan capek.Baik dirumah sakit ataupun diperusahaan, vidio call dengan sang istri pertama tidak pernah terlewatkan kecuali pada saat ia meeting atau sedang diluar ruangan. Seperti saat ini, disela kesibukannya memeriksa berkas- berkas laporan tentang perusahaan, ponselnya selalu aktif dengan vidio call bersama sang istri.Bekerja sambil vidio call itu yang Akbar lakukan setiap harinya. Sementara Puteri sudah tidak lagi datang ke apotik nya semenjak kehamilannya memasuki bulan ke 6.Kegalauan, tidak bersemangat dan vidio call dari pagi sampai sore yang dilakukan Akbar semua Puteri ketahui. Namun menjadi cuek dan pura- pura tidak tahu itu mungkin jalan terbaik.Rasa sakit yang dirasa Nova sebenarnya terjadi juga pada hati dan
kenapa Nova telepon kamu semalam sayang?" tanya Akbar saat Puteri sedang memasangkan dasi dilehernya. "Mas sudah tau keinginannya kok nanya lagi?" Omel Puteri.Pagi ini moodnya sungguh tidak baik-baik saja.Semua dikarenakan Akbar yang selalu menyalurkan hasratnya, seperti manusia tidak kenal capek."Aahhh...sayang" desah Akbar dengan menjilat daun telinga istrinya."Gak usah jorok lah mas...? Aku lagi marah ini..!" Omel Puteri lagi."Kita memang terbuat dari yang jorok sayang. Mau marah kok bilang- bilang." Canda Akbar, semakin mengganggu Puteri dengan mencumbu payudara istrinya yang semakin membengkak."Mas gak bisa jauh dari kalian." Ucapnya srius, setelah puas dengan cumbuannya."Kasian juga istrinya mas Rizal, dia lagi ngidam berat." Jawab Puteri sekenanya."Apa...mas Rizal...?" tanya Akbar tidak senang."Iya...!" Jawab Puteri seperti tidak bersalah." Mas Rizal. Mas nya anak- anakku kelak." Sambung Puteri lagi.Akbar tidak jadi untuk berkomentar. Hanya memandang istrinya yang ak
Menjelang magrib pasangan suami istri beda usia yang terpaut jauh itu baru sampai dikediaman rumah minimalis mereka. Keduanya segera masuk kedalam kamar dan membersihkan tubuh mereka masing- masing tak ada drama percintaan karena azan magrib sudah mulai menggema."Uuhhhffff..." desah Puteri saat akan berdiri dari duduknya, setelah mereka selesai melaksanakan solat magrib berjamaah. Akbar yang melihat istrinya kesusahan untuk berdiri segera membantunya. Membukakan mukena yang masih terpasang dan melipatnya."Perutku kram mas" adu Puteri setengah meringis.Tanpa menjawab Akbar memapah istrinya untuk berbaring ditempat tidur. Menyibakkan daster sang istri dan mulai mengurut perut buncit dan pinggangnya."Sring seperti ini Ruhi...?" tanya nya."Iya mas," jawab Puteri sambil memejamkan mata."Mungkin anak kita rindu sama papahnya nih? dia pengen dijenguk sayang.." ucap Akbar sambil bercanda."Itu maumu...mas." jawab Puteri asal"Tangannya yang benar lah mas, jangan ngerayap- ngerayap." Uca
Kini usia kehamilan Puteri telah memasuki bulan ke tujuh, drama dipagi hari yang sering terjadi karena ulah Akbar sudah tidak pernah terjadi.Hari yang semula tertekan dan tersiksa, lama- lama menjadi terbiasa untuk belajar menerima dan ikhlas. Walaupun sampai saat ini Bu Nova masih enggan untuk melihat atau bertemu dengan madunya.Suara getaran ponsel terdengar lirih dikamar Bu Nova."Ponselnya ma..!" Ucap pak Akbar."Iya...nanggung ini." Jawab Bu Nova yang sedang memakaikan dasi sang suami.Mendengar ucapan nanggung, pak Akbar kembali memeluk erat pinggang bidadari surganya."Ma..." Panggil Akbar yang menatap lekat wajah sang istri yang sudah mulai cerah kembali."Hhhhmmmm..." Jawab Nova malas."Makasih ya..." Ucap Akbar dengan mencium ubun-ubun dan dahi istrinya sekilas.Tanpa menunggu jawaban sang istri, ia melanjutkan dengan melumat bibir Nova dengan lembut dan penuh cinta. Nova hanya bisa mengikuti ritme keinginan sang suami.Dalam lubuk hati Nova, sebenarnya keikhlasan untuk su
"Nyonya, ponselnya berbunyi sejak tadi." Lapor bik Sumi pada Bu Nova yang sedang membersihkan tanaman anggreknya diteras samping rumahnya."Siapa bik?" tanya Nova."Tadi saya baca nama tuan, nyah..." Jawab bik Sumi."Ngapain papa, pagi- pagi telepon," ucapnya lirih"Tolonglah bik, ambilkan ponsel saya." Perintah Bu Nova sopan.Kemudian tanpa menunggu lama- lama bik Sumi segera mengambil ponsel sang nyonya yang berada dikamar utama."Sudah mati, nyah" ucap bik Sumi, saat ingin memberikan ponsel tersebut."Nanti juga telepon lagi, letak saja dimeja itu bik...! Perintahnya.Belum lagi ponsel terletak diatas meja, ponsel kembali berdering, dan nama suamiku tertera dilayar ponsel mahal tersebut. Tanpa menunggu lama, Bu Nova segera mengaktifkan sambungan."Assalamualaikum pa..." Sapanya lembut."Waalaikum salam. Saya Puteri Bu, maaf....ini, mas Akbar sakit. Pengen makan nasi goreng udang buatan ibu, katanya." Tutur Puteri sedikit gugup.Mendengar suara Puteri yang menjawab dari ponsel suamin
Sore harinya Akbar pulang kerumah Puteri, istri keduanya. Sampai dikediaman minimalis itu, Akbar segera menuju kamar, mual dan rasa ingin muntah sejak tadi ia tahan sewaktu berada didalam mobil.Kamar mandi adalah tujuannya. "Ruhi...buka pintunya."gedor Akbar dari luar yang sudah tidak tahan.Puteri yang berada didalam, buru- buru membuka pintu. "Untung saja aku sudah selesai mandi" fikirnya.Dengan hanya mengenakan handuk, Puteri membuka pintu dengan sangat lebar, karena desakan sang suami."Kenapa mas?" tanyanya saat pintu telah terbuka."Mas...mau muntah sayang"ucapnya sedikit gugup.Wangi sabun yang menyeruak ke indra penciumannya, tiba-tiba dapat menghentikan serangan mual yang ia rasa.Belum lagi tubuh sintal, kulit glowing, yang pastinya nikmat untuk di sesap, telah menggoda fikiran lelaki paro baya nan perkasa itu."Ruhi.." ucapnya dengan suara berat.Ingin rasanya Akbar langsung menyerang, namun permintaan Nova yang menyuruhnya untuk membawa Puteri untuk periksa kedokter, mem
Satu Minggu setelah melegalkan pernikahannya Rizal dan Indah kembali pergi ke Brunai untuk menempuh pendidikannya. Rizal sudah merasa tenang karena kedua orang tuanya telah merestui pernikahan dan kepergiannya bersama Indah sang istri.Nova kembali sendiri bersama luka hati yang dipaksa untuk sembuh. Demi kebahagiaan sang suami ia rela, memaksakan hati sampai menjadi terbiasa untuk mendapatkan ikhlas berbagi suami.Empat hari bersama dengan istri tua dan tiga hari bersama istri muda. Kehidupan Akbar yang sebelumnya berjalan dengan air mata. kini mulai stabil walaupun nova hanya tersenyum dibibir namun menangis dihati. Akbar tidak mempermasalahkannya, dia akan terus melangitkan setiap doanya agar kedua istrinya mempunyai hati yang senantiasa akur dan tidak mendendam.Empat bulan sudah Akbar dan kedua istrinya hidup saling berbagi. Selasa pagi ini, selepas solat subuh Akbar kembali menggulung dirinya dengan selimut. Perasaan Akbar pagi ini gak enak, mual pengen muntah, sakit kepala ser
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.