Lia duduk gelisah di salah satu gerai restaurant sea food yang dipilih Raline untuk makan siang bersama. Ya, tidak ada lagi kesialan yang lebih hebat daripada hari ini. Mereka berempat Aksa, Raline, Heru dan dirinya sendiri duduk bersama menikmati makan siang. Sementara menurut Lia, saat ini lebih cocok bila dikatakan menikmati makan hati.
Bayangkan saja bagaimana awkwardnya suasana di sini. Raline gembira-gembira saja. Karena bisa bermanja-manja dengan Aksa. Walaupun Aksa menanggapinya dengan datar-datar saja. Sementara Heru terus memandanginya dengan berjuta makna. Makan pun tidak enak jadinya. Lia sebenarnya ingin kabur saja, karena terus-menerus dipandangi oleh manusia omes tingkat dewa ini. Makanya sedari tadi ia menunduk saja. Berpura-pura menikmati makan siangnya.
Di saat kecanggungan yang terasa semakin mencekam, tiba-tiba muncul seorang laki-laki, yang langsung saja duduk ditengah-tengahnya dan Heru. Dan dia adalah Arsaka adik laki-
Baru saja Aksa masuk ke dalam rumahnya, ia telah disambut oleh tangisan histeris ibunya.Ck! Ada drama apa lagi ini?Padahal pikirannya tengah mumet karena kedua orang tua Raline tadi ke kantor. Mereka berdua kompak menuntutnya agar secepatnya menikahi anak gadis kesayangan mereka. Aksa tahu memang mereka sudah terlalu lama berpacaran. Delapan tahun! Bayangkan. Orang tua mana yang tidak kesal kalau anaknya dipacari bertahun-tahun, tapi tidak kunjung dinikahi. Dan tadi mereka telah mengultimatumnya untuk secepatnya melamar Raline."Ada apa, Bu? Kenapa Ibu menangis begini? Ibu sakit?" Aksa mengelus sayang bahu ibunya. Satu-satunya wanita yang paling ia cintai dan hormati di dunia ini. Bagi Aksa ibunyaadalah yang terhebat di dunia. Karena hanya ibunya di dunia ini yang mencintainya tanpa batas."Iya, Sa. Ibu sakit. Tepatnya Ibu sakit hati. Ayahmu sudah berselingkuh, Sa. Ibu melihatnya dengan mata kepala Ibu sendiri. Se
Lia membuka matanya perlahan. Sejurus kemudian ia meringis. Kepalanya terasa pusing dan ia merasa mual sekali."Siapa?" Sepertinya ayahnya berbicara padanya. Tetapi Lia heran. Ayahnya sepertinya menahan amarah. Lia kembali mengerjap-ngerjapkan matanya yang sebenarnya masih belum begitu fokus akibat baru saja siuman dari pingsannya.Ia melihat ayahnya, Bu Citra dan Aksa saling diam dan sepertinya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Wajah mereka semua tampak kalut dan bingung."Ayah tanya sekali lagi kepadamu, Lia siap orang yang sudah menghamili kamu?"Menghamili? Astaga!Lia membelalakkan kedua matanya. Hamil? Dia hamil. Hamil diluar nikah saja sudah merupakan aib yang sudah sangat memalukan. Apalagi ini dia hamil oleh kakaknya sendiri? Bagaimana ini? Lia ketakutan.Pandangan matanya refleks tertuju kepada Aksa. Ada pengertian tanpa kata dibalik pandangan
Semenjak semua orang tahu bahwa dirinya adalah putri kandung Pak Surya, kehidupannya pun berubah 180 derajat. Semua rekan-rekan kerjanya yang dulu selalu bersikap santai dan apa adanya, mendadak seperti menjaga jarak. Mereka tidak pernah lagi berbicara sembarangan dengannya. Mereka juga tidak lagi memanggilnya dengan sebutan nama belaka? Tetapi telah ditambah dengan embel-embel dengan kata Ibu di depan namanya.Sebenarnya Lia merasa risih. Ia tidak biasa diperlakukan secara berlebihan seperti ini. Apalagi dianggap sangat penting dan diagung-agungkan. Sedari kecil ia menganut paham bahwa setiap manusia hanyalah tamu di dunia ini. Harta dan jabatan adalah barang pinjaman. Di saat kita pulang suatu hari kelak, maka semua pinjaman akan kita kembalikan kepada yang Maha Kuasa. Makanya ia begitu risih saat diperlakukan istimewa. Dan yang paling berubah sikapnya adalah Si Gunung Mahameru. Setelah tahu bahwa Aksa itu adalah kakak seayahnya dan Pak Surya, sikapnya berubah
Ckitttt!!!Suara mobil yang direm mendadak berdecit di parkiran. Satpam mengelus dada karena kaget, dan tidak sempat memberikan aba-aba. Biasanya mobil yang masuk ke tempat parkir, akan diberi aba-aba olehnya, agar memudahkan pengemudi parkir dengan baik.Ini jangan kan memberi aba-aba, berdiri saja ia belum sempat, tapi mobilnya sudah berhenti dengan sembarangan. Baru saja ia bermaksud memberi peringatan, tetapi ternyata pemilik mobil adalah bossnya. Mata tua tiadak awas mengenali nomor polisi si pemilik mobil."Pak Kosim, tolong parkirin mobil Saya ya, Pak? Saya lagi buru-buru soalnya."Aksa menyerahkan kunci mobil pada Pak Kosim, dan berlari kembali menuju kantor. Aksa tampak menjinjing satu bungkusan."Oalah kenapalah Pak Aksa ini berlarian ke sana ke mari? Tidak biasa-biasanya ia begitu?" Pak Kosim menggeleng-gelengkan kepalanya.Aksa terus berlari ke pantry. Dengan c
Lia melambai-lambaikan tangannya saat melihat Dara celingukan mencarinya di dalam restoran. Di saat-saat jam makan siang seperti ini, restaurant pasti full."Hoii Darong, gue di sini!Lama banget sih lo? Gue sampe lumutan nungguin lo dari tadi." Lia mengomel sembari melambaikan tangannya."Elahhhh cuman terlambat 10 menit doang, lebay banget sih lo!"Dara menghempaskan pinggul seksinyanya pada kursi di samping Lia. Ia bersiap-siap memesan menu makanan yang begitu menggugah selera."Lo ngerasa nggak sih, Liong, kalo kita lagi laper maksimal kayak gini, rasa-rasanya semua gambar-gambar makanan di buku menu itu pengen kita pesen semua ya? Yang ini kelihatan enak. Yang onoh mengundang selera. Kalap lambung nih rasanya. Ntar giliran liat billing baru rasanya nyesel karena tadi makannya beringas gila. Hahaha."Dara ngakak. Si Dara ini kapan pun di mana pun selalu ceria dan koplak. Sama
Dan akhirnya malam ini ia terdampar dalam situasi akward ini. Lia sangat canggung. Namanya saja makan malam keluarga. Tetapi entah mengapa semua pada diam-diaman seperti ini. Setelah pulang kantor tadi Aksa memaksanya untuk ikut dalam acara keluarga di rumahnya. Aksa dengan sabar menungguinya mandi dan berdandan. Bagaimana ia bisa menolak bukan?Saat ini mereka semua tengah menikmati makan malam keluarga. Heningnya suasana karena masing-masing orang menekuri piring masing-maaing, membuat Lia iseng melayangkan pandangan pada Raline. Tunangan Aksa ini terlihat cantik dengan gaun pink berbahan plisketnya. Raline terlihat berkali- kali mengambilkan lauk Aksa. Sementara sikap Aksa seperti biasa. Datar dan dingin-dingin saja. Tidak seperti reaksi pasangan pada umumnya yang biasanya bahagia luar biasa karena merasa diiperhatikan oleh orang yang paling istimewa di hatinya. Sikap Aksa benar-benar sedatar tembok.Kedua orang tua Raline tampak me
Lia terjaga saat mendengar suara teriakan-teriakan yang saling bersahut-sahutan. Sejenak ia bingung karena terbangun di kamar yang masih asing. Akhir-akhir ini ia sering sekali terbangun di kamar orang lain. Menilik kemaskulinan properti kamar ini, hampir bisa dipastikan bahwa pemiliknya adalah laki-laki. Tapi kamar siapa? Lia mencoba mengumpulkan ingatan. Rumah ayahnya, makan malam, mual dan... kamar Aksa! Ia sudah mengingatnya sekarang.Lia menendang selimut saat suara teriakan makin kuat intensitasnya. Lia yang penasaran, mencari asal suara sumber keributan. Sepertinya dari arah ruang tamu. Lia pun segera mempercepat langkah. Saat tiba di ruang tamu, ia melihat ayahnya, Aksa, Heru dan Bang Erlan!"Bang Erlan, kenapa Abang bisa ada di sini?" Lia bingung melihat Elang ada di tengah-tengah keluarganya."Kan tadi Abang udah bilang rindu kalinya Abang samamu Lia. Jadi mau cerita-cerita lah Abang ke sini. Tapi k
"Udah Lia, lo nggak usah kepancing omongan si Dava. Kita tadi kan niatnya ke sini cuma buat refreshing doang, bukan track-track-an," bujuk Dara. Ia takut kalau Lia termakan oleh hasutan Dava."Dan lo, Bocah Cantik. Jangan kurang ajar sama orang yang lebih tua dari lo ya!" Dara memelototi Dava seraya menarik Lia cepat menjauhi bocah cantik itu. Tapi secepat itu juga tangan kekar Dava makin erat mencengkram lengan Lia. Hingga sebuah suara penuh kemarahan menyela."Lepasin dia brengsek!"Lia merasa tubuhnya tertarik ke belakang dan jatuh dalam pelukan dada kekar yang hangat. Matanya perlahan naik dari dada ke atas untuk melihat wajah penolongnya.Aksa! Bagaimana dia bisa ada di sini? Menilik dari pakaian formalnya, bisa dipastikan kalau Aksa pasti tengah menghadiri sebuah acara sebelum ke sini. Setelan jas hitam dipadu dasi bercorak garis-garis, membuat kesan executive mudanya terlihat makin kenta