Delapan bulan kemudian.
"Mas kayaknya nggak usah masuk kantor aja deh hari ini, Sayang. Mas takut nanti kamu mau melahirkan, Masnya malah nggak sempet nungguin. Mas kan mau menyaksikan kamu melahirkan anak kita ke dunia sayang."
Aksa mengelus-elus perut buncit Lia. Hari ini tepat sembilan bulan tujuh hari usia kandungan Lia. Dokter memperkirakan kalau ia akan melahirkan besok pagi.
Makanya Lia tidak mengizinkan Aksa untuk bolos kerja hari ini. Karena dia kan melahirkannya masih besok pagi. Apalagi hari ini perusahaan akan kedatangan client-client potensial, yang bermaksud untuk bekerjasama dengan perusahaan suaminya. Mereka ingin membangun apartemen-apartemen mewah sesuai dengan permintaan pasar yang sedang tinggi-tingginya. Akhir-akhir ini banyak sekali customer-costumer mereka yang merequest apartemen atau pun condominium. Mereka biasanya membeli sebagai aset investasi jangka panjang.
"
Dengan langkah perlahan Lia memasuki kamar almarhumah ibunya. Tidak terasa sudah sebulan lamanya dia ditinggalkan oleh ibunya tercinta menemui sang Khaliq.Lia mengakui bahwa sebenarnya dia bisa juga disebut sebagai seorang pengecut. Itu semua dikarenakan setelah sebulan lamanya baru dia berani masuk lagi ke kamar ini. Padahal pesan terakhir ibunya adalah agar dia sesegera mungkin melaksanakan amanah terakhir ibunya tersebut. Ibunya memintanya untuk membuka sebuah kotak kecil di lemari sang ibu."Di sana tersimpan semua rahasia hidup ibu yang selama ini selalu kamu pertanyakan sayang. Ibu minta maaf kalau selama ini menyembunyikan jati diri ibu dan juga jati dirimu yang sebenarnya. Tolong penuhi semua keinginan Ibu ya Nduk. Satu hal yang perlu kamu ingat, Ibu mencintaimu lebih dari apapun di dunia ini."Itu adalah percakapan terakhir di antara mereka berdua. Selama ini Lia hanya hidup berdua saja dengan ibunya. Ibunya ad
Lia kebingungan bagaimana caranya menutupi luka-luka bekas sparring kemarin malam di camp. Apalagi hari ini adalah hari interview nya di perusahaan ayahnya sendiri. Sebenarnya Lia ingin sekali menampilkan kesan sesempurna mungkin dihari istimewanya ini. Tetapi apalah daya, untung tidak dapat di raih dan malang pun tidak dapat di tolak. Seperti ini lah keadaannya hari ini. Beda tipis dengan korban begal motor.Sebenarnya dia tidak menyangka, kalau nak muay baru sekarang tangguh-tangguh. Padahal mereka semua masih muda-muda. Paling juga masih pada anak -anak kuliahan. Tetapi tehnik serang pukul mereka sudah tampak matang dan bagus-bagus kualitasnya. Ditambah lagi karena mereka laki-laki, tenaga mereka mereka jauh lebih besar diatas nya.Lia kesal sekali saat teringat bagaimana salah seorang dari mereka sempat-sempatnya mengelus pipinya yang lebam karena terkena beberapa kali pukulan mud trong dari jarak dekat. Saka nama bocah itu. Dia mengatak
Lia sedang sibuk menyusun schedule Aksa yang begitu padat akhir-akhir ini. Banyaknya penawaran lahan dari beberapa makelar tanah, membuat Lia harus menyusun jadwal agar tidak saling tumpang tindih.Biasanya Aksa suka terlebih dahulu mengecek pangsa pasar langsung ke lapangan secara pribadi, daripada hanya mendengar dari mulut manis dari para makelar tanah.Belakangan ini perusahaan mereka sedang gencar-gencarnya membangun kompleks perumahan elit, dibandingkan dengan membangun apartemen-apartemen. Mengingat di setiap launching kompleks perumahan, pasti langsung sold out tanpa menyisakan barang satu unit pun.Oleh karena itu tentu dibutuhkan lahan-lahan kosong yang lebih luas untuk bisa membangunnya. Dan di sinilah peran para makelar-makelar tanah itu memang mutlak di butuhkan.Drrttt... drttt... drttt...Ponsel Lia bergetar. Nama Tante Nabila tampak di layar ponselnya.&nbs
Sudah sebulan Lia bekerja pada perusahaan ayahnya. Tetapi pertemuan dengan ayahnya masih bisa dihitung dengan jari. Itu pun dalam keadaan beramai-ramai dan tidak bisa bertemu berduaan secara pribadi. Sangat sulit bagi Lia untuk bisa berbicara berdua dengan ayahnya secara pribadi dari hati ke hati.Dan hari ini adalah kesempatan besar baginya untuk bisa saling bertatap muka langsung dengan ayah kandungnya tersebut. Karena hari ini ada rapat tahunan pemegang saham PT. Catur Nusa Persada.Jadi bisa dipastikan ayahnya sebagai komisaris besar pasti akan hadir di sana. Masalahnya sekarang adalah Lia bangun kesiangan karena semalaman ia tidak bisa tidur. Ia hanya membolak balik tubuhnya dengan gelisah karena merindukan ibunya.Di tempat kerjanya yang dulu, ia biasa ke kantor dengan menggunakan mobil. Tapi sejak ibunya sakit-sakitan dan memerlukan uang banyak, dia telah menjual si Frank. Frank adalah nama mobil kesayangannya. Dia menamakannya
Lia telah mentransfer uang seratus juta kepada Tante Nabila. Tinggal seratus juta lagi. Besok ia berniat untuk menjual si Thor dan beberapa perhiasan peninggalan ibunya. Apa boleh buat, walaupun ia sangat sedih karena akan kehilangan barang kenang-kenangan dari ibunya, tetapi ini ia lakukan demi menyelamatkan nyawa orang. Lia yakin, ibunya di alam sana juga pasti memahami keputusan yang ia ambil.Lia terus menerus melamun hingga menabrak sesosok tubuh yang langsung menahan tubuhnya agar tidak terjatuh."Ma—maaf saya tidak sengaja." Lia meminta maaf dan kaget begitu melihat siapa orang yang telah ditabraknya."Pak Komisaris? Sekali lagi maafkan saya ya, Pak? Saya sungguh tidak sengaja, soalnya saya...."Lia terdiam seketika ketika melihat ayahnya memegang kalung pemberian ibunya. Rupanya kalungnya putus dan terjatuh karena tersangkut arloji ayahnya. Lia melihat ayahnya memandangi kalung it
Lia sedang menunggu angkutan umum, saat tiba-tiba ia melihat mobil Lamborghini Aventador ayahnya mulai menghampiri."Eh gadis cantik kesayangan Ayah. Mau ke mana, Sayang?"Semenjak tahu bahwa ia adalah putrinya, ayahnya telah membuat suatu kesepakatan dengannya. Yaitu ia akan memanggilnya ayah di saat mereka hanya berdua. Dan tetap akan memanggil bapak dalam lingkungan kantor."Mau ke pihak leasing motor, Yah." Lia menjawab apa adanya."Lho ngapain ke sayangnya Ayah? Mau membayar cicilan ya?" jawab ayahnya seraya membuka pintu mobil. Lia meringis. Ayahnya sekarang sudah menjelma seperti abege alay karena memanggilnya dengan julukan macam-macam. Mungkin karena terlalu bahagia telah mendapatkan seorang anak lagi. Anak perempuan pula."Lia mau membayar denda cicilan motor sekaligus mengambil BPKB. Motornya mau Lia jual, Yah.""Lho kok d
Aksa mulai gerah dengan gossip-gossip yang berseliweran di kantornya. Gencarnya bisik-bisik sesama staff yang mengatakan bahwa Lia telah menjadi simpanan pak komisaris, mulai menggelitik telinganya. Apalagi bila gossip itu sampai ke telinga Bu Citra. Pasti masalahnya akan menjadi besar dan melebar ke mana-mana.Saat akan memasuki ruangannya, Aksa melihat Lia sedang berbicara dengan seseorang di telepon. Penasaran, Aksa menghentikan langkahnya tepat di belakang Lia. Ia ingin mendengar pembicaraan Lia, mumpung Lia tidak menyadari kehadirannya."Apaan sih, Darong? Duh gue udah males begituan sekarang. Ck! Bukan masalah karena duitnya sedikit juga kali. Gue udah nggak butuh soalnya. Ahahaha... iya syukur alhamdulillah semuanya jadi indah sejak gue ketemu dengan Pak Komisaris. Udah ah, gue udah mau pensiun sekarang. Gue mau kasih kesempatan buat yang masih muda-muda aja. Ok, sip... sip..."Aksa mengkertakkan gerahamnya.
Lia meregangkan otot-otot tubuhnya berkali-kali ke kanan dan ke kiri. Tubuhnya lemas sekali. Tulang-tulangnya seolah-olah dilolosi semua dari tubuhnya. Belum lagi di kepalanya seolah-olah banyak sekali burung-burung kecil yang bercuitan di sana.Lia memeluk bantal gulingnya dengan erat. Matanya seperti ada lemnya. Susah sekali untuk dibuka. Dia masih merasa lemas dan mengantuk sekali.Tapi ini kenapa bantal gulingnya keras sekali ya? Ia meraba makin ke atas. Kok gulingnya berbulu? Ini benda apa lagi. Bentuknya seperti pisang dan keras sekali. Dan tiba-tiba benda itu seperti hidup dan bergetar. Lia penasaran. Ia pun mulai membuka matanya perlahan.Huaaa!Ia kaget saat melihat milik pribadi seorang pria seperti film-film biru yang dulu pernah sesekali ditontonnya bersama Dara saat-saat mereka masih kuliah dulu.Milik pribadi pria ada di depan matanya? Di tempat tidurnya? Sepertinya ada yang salah di sini. Per