Share

Abay dengan siapa?

"Assalamualaikum tante."

Saat urusan rumah sudah selesai, saat aku sudah makan dan memastikan ibu baik-baik saja aku langsung tancap gas menggunakan angkutan umum pergi ke rumah Abay yang rumahnya tidak jauh dariku. Sebenarnya biasanya aku jalan kaki, hanya saja saat ini aku sedang buru-buru, aku ingin segera menemui Abay.

"Masuk Ley." 

Setelah dipersilahkan seperti itu oleh tante Juwita, aku langsung saja masuk.

Memang rumah Abay sudah seperti rumahku sendiri. Sekalipun tidak ada yang menjawab atau mempersilahkan ku masuk, biasanya aku akan langsung masuk.

"Abay nya mana tante?"  Tanyaku pada tante Juwita yang pada saat itu sedang sibuk bergulat dengan laptopnya diruang tengah.

"Tuh dikamar." Ujarnya tanpa melirik ku sedikitpun.

Aku memang bukan seperti tamu saat dirumah Abay. Bahkan terkadang, kalau aku haus aku langsung saja ke dapur dan mengambil minuman sendiri.

Setelah bersalaman dengan tante Juwita dan mendapatkan aba-aba bahwa Abay ada dikamar aku langsung menuju kamarnya. 

Aku membawa kotak P3K. Aku ingat bahwa Abay kemarin malam dicegat oleh penjahat dan bahkan meninggalkan luka, jadi aku bermaksud untuk menyembuhkan lukanya. Aku juga berharap Abay akan segera sembuh setelah kuobati lukanya.

Tante Juwita tidak bertanya kepadaku kenapa Abay pulang malam atau kenapa muka Abay lebam, aku juga sengaja tidak memberi tahunya. Aku tahu tante Juwita sibuk dan aku tidak ingin menganggunya.

Lagipula, Abay selalu memintaku jangan menganggu pekerjaan tante Juwita, jadi yasudah.

Aku tersenyum sambil melangkahkan kaki menuju kamar Abay. Dia pasti masih tidur sekarang. Akan kubuat sebuah kejutan untuknya. Saat membuka matanya nanti, aku sudah ada didepannya dengan memegang sebuah suntikan. Abay kan takut sekali dengan suntikan. Pasti ia akan terkejut dan aku akan senang.

***

"Sakit banget yah?"

Langkah ku terhenti diambang pintu. Bahkan, aku mundur kembali karena mendengar suara perempuan.

Aku bersembunyi dibalik pintu agar tidak ketahuan. Tunggu, dia siapa?

Kenapa ada wanita di kamar Abay? Wanita tersebut memegang pipi Abay. Tidak, dia sedang mengobati Abay. Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas, justru hanya muka Abay yang bisa kulihat.

Hatiku tiba-tiba panas, jantungku berdetak lebih kencang dari sebelumnya, pendarahanku tiba-tiba beku. Kalau di film-film asap sudah mengepul keluar dari kepalaku. Bibir ku juga tiba-tiba bergetar. Aku sadar akan satu hal, aku cemburu. 

Aku cemburu melihat ada wanita lain di kamar Abay selain diriku. Aku cemburu melihat Abay dielus oleh wanita lain meski sejatinya aku juga belum pernah mengelus pipi Abay.

Aku sempat berpikir positif. Apa mungkin dia sepupu atau saudara Abay? Tapi pikiran itu hilang dan buyar saat wanita itu mengatakan

"Aku takut kamu sakit Abay."

Terlalu aneh untuk seorang saudara mengatakan hal tersebut dengan begitu mesra. Suaranya seksi, tidak seperti suara ku yang seperti katak sedang lahiran.

Daripada berlama-lama disana, aku memutuskan untuk pergi saja. Hatiku tidak tahan melihat adegan mesra Abay dengan wanita itu. Padahal sebelumnya Abay sering melakukan hal itu dengan para pacarnya. Padahal aku juga bukan siapa-siapanya dia.

Plak

Aku menampar diriku sendiri agar aku bisa sadar diri. Abay itu majikanmu, dan selamanya akan selalu begitu! Kalian tidak akan bisa memiliki hubungan lebih!

Aku kembali menyadarkan diriku dengan perkataan pahit ini. Bukan apa-apa. Aku hanya sadar bahwa aku tidak boleh terbuai dalam api kecemburuan. Aku harus sadar bahwa aku ini apa dan siapa untuk Abay. Tidak lebih dari seorang asisten rasa teman kan?

"Ngapain berdiri disitu Deb?"

Duh parah. Saking asyiknya aku melamun aku sampai tidak sadar bahwa aku sudah kelihatan. Saat itu juga aku langsung kikuk alias salah tingkah.

Bagaimana ini? Jadi pergi atau masuk saja?

Tapi kalau aku pergi nanti Abay akan berpikir macam-macam. Nanti Abay akan mengira aku cemburu, padahal iya hehe.

Yasudah, kupilih pilihan kedua. Aku masuk dengan hati panas menggebu. Tapi aku berusaha menutupi semua itu,  aku tidak ingin ketahuan oleh Abay. Abay ini sudah cukup ahli kalau soal wanita. Kupasang saja muka jutek agar Abay mengira kalau aku sedang marah.

Lalu kalau dia tanya kenapa aku marah, aku akan mengatakan karena kemarin supir angkot yang mengantarkanku pulang menggodaku. Aku ingin lihat reaksi apa yang Abay berikan saat ada pria lain menggodaku, ya meski supir angkot. Siapa tahu dia cemburu, hehe.

"Bawa apaan itu?"  Tanya nya padaku karena melihatku membawa kotak P3K.

"Peti mayit!" Ujarku sinis.

Ya aku kesal saja. Sudah jelas-jelas ada namanya "P3K" menggunakan tinta merah dengan big cap, eh dia masih bertanya itu apa.

"Kerumah orang tuh bawain bakso Debi, bukan kotak begituan. Lu pikir gue kantor operasi bidan?"

"Gak lucu!" 

Abay kadang suka gak jelas kalau berbicara. Tapi aku tetap suka.

Aku melihat pipi Abay yang memang sedikit memar. Disudut bibirnya juga terdapat sebuah luka, pasti itu luka bekas tonjokan seseorang. 

Selain memperhatikan luka Abay, aku juga melihat gadis cantik yang sedang duduk satu ranjang dengan Abay itu.

Dulu aku tidak percaya dengan orang yang mengatakan bahwa didunia ini akan ada bidadari dari syurga, kupikir mana ada dunia rasa akhirat. Tapi ternyata aku salah. Dan sekarang aku percaya akan hal itu.

Didepanku ini, didepan Abay juga. Terdapat gadis cantik dengan mata berbinar. Aku bukan bermaksud mengatakannya sempurna ya, tapi itu memang benar.

Biar kudeskripsikan betapa cantiknya dirinya. Rambut hitam panjang terurai dengan poni dikepinggirkan, hidung kecil mancung, bibir kecil mungil dan merah merona disertai mata bulat dengan bulut mata panjang. Alis nya juga tebal seperti ulat bulu.

Tidak ada jerawat atau komedo dimukanya. Dia benar-benar cantik sempurna. So perfecto!

Baru kali ini aku memuji seseorang secara berlebihan. Lalu kulihat diriku. Kaos oblong polos, rambut diikat, hidung demes sampai kesulitan bernafas, komedo dan jerawat dimana-mana.

Boleh tidak aku komplain sekali sama Allah? Ya Allah mengapa engkau tidak adil begini?

Aku dan dia bagaikan kerak langit dan kerak bumi.

"Dia siapa Bay?" 

Akhirnya aku yang mulai bertanya duluan. Aku sudah tidak sabar ingin mengetahui siapa gerangan dirinya.

"Oh, hi. I am Shailine Tasya." 

Gadis itu mengulurkan tangannya kepadaku setelah aku bertanya siapa dia. Tangannya putih sekali, bersih. Kukunya juga seperti terawat dengan rapih.

Kalau aku membalas salamannya dia akan langsung gatel-gatel tidak yah?. Ah sudahlah, daripada aku dianggap tidak sopan akhirnya aku membalas jabatan tangannya.

"Leyka." Ujar ku singkat.

Apalah sebuah arti nama bagus dan panjang kalau mukaku jore (jelek) begini. YaAllah, sudah dua kali hamba mengeluh.

"Nice to meet you." Ujarnya.

Dia orang mana ya? Selain cantik juga bahasa nya gaul. 

"Nuce to mit you tu."

Bla bla bla. Aku memang tidak pintar berbahasa Inggris. Nilai ulangan bahasa Inggrisku selalu dibawah rata-rata.

Jika rata-rata nya 4 maka aku akan mendapatkan nilai 3. Bukan apa-apa, aku hanya kasihan saja pada mereka yang telah bersusah payah belajar. Makannya, aku mengalah dan membiarkan mereka mendapat nilai 5.

Hebat kan.... alasanku?

"Dia ini anak teman mamah. Usianya sama dengan kita. Tasya ini tadinya tinggal di Singapore bersama ayah nya. Saat ayahnya sudah pindah tugas, maka Tasya juga ikut pindah. Dan kali ini tugasnya di Indonesia." 

Padahal aku tidak meminta identitas gadis itu. Tapi Abay main menjelaskannya. Abay terlihat begitu antusias saat menjelaskan siapa gadis itu yang saat itu kuketahui namanya adalah Tasya. Dia terlihat begitu bangga saat menceritakan Tasya padaku.

Apa Abay juga seantusias itu saat menceritakanku kepada temannya?

"Dan aku sudah bercerita tentangmu dan kehidupan jorok mu pada Tasya." Ujar Abay.

Aku berdesis kesal plus sebal. Sekarang aku tahu bagaimana cara Abay menceritakan tentang ku kepada teman-temannya.

"Oh. Kalau usianya sama dengan kita berarti dia juga satu angkatan dengan kita?" Aku langsung kepikiran soal sekolah Tasya.

"Iya tentu. Dia akan satu sekolahan dengan kita." Ujar Abay.

Plak

Aku seperti baru disengat tawon di area sensitif, perih sekali rasanya. Tasya akan sekolah disekolah ku dan sekolah Abay? Bagaimana nantinya.

Tidak, tidak. Aku tidak berpikir soal hal lain. Aku berpikir kalau Tasya sekolah disekolah ku itu artinya dia dan Abay akan sering bertemu. Kalau sering bertemu.. bagaimana... bagaimana... bagaimana kalau Abay suka pada Tasya?

Hiks, aku tidak rela. Tapi bagaimana caraku untuk menghentikan Tasya agar tidak sekolah disana? Aku kembali memutar otak.

"Mikirin apaan Deb?" Tanya Abay. Ia lagi-lagi kembali membuyarkan lamunanku.

"Yakin mau satu sekolahan dengan kita?" Tanyaku.

"Ya yakinlah. Emangnya kenapa?" Tanya Abay.

"Kan dia cantik Bay." Aku langsung memulai aksi pertamaku.

"Ya memangnya kenapa kalau dia cantik? Justru bagus dong. Sekolah kita jadinya isinya gak cewek-cewek jelek semua kayak lu."

Aku mendoyarkan kepala Abay saat ia berkata begitu.

"Kan lo tau sendiri disekolah kita cowoknya kayak gimana. Genitttt semua!"

Aku melakukan penekanan yang begitu berat saat mengucapkan kalimat 'genit' yang lalu beralih menatap Tasya.

"Ya emangnya kenapa kalau genit?" Tanya Abay lagi.

Duh Abay. Dia ini blo'on apa tulil sih?

"Ya nanti Tasya digodain disana."

Abay beralih menatap Tasya, akupun. Diberitahu seperti itu Tasya justru malah tersenyum seraya berkata

"Aku udah biasa kok. Tenang aja. Aku bisa menghandle hal seperti itu."

Aku langsung menganga. Selain cantik dia juga lembut. Titisan peri jenis apa Tasya ini?

Tadinya aku akan menghentikan niat Tasya untuk sekolah disana dengan mengatakan para murid cowok disana genit dan itu akan mengusik Tasya. Tapi rupanya aku gagal. Tasya sudah kebal akan godaan. Selain di Indonesia, pasti banyak yang menggoda Tasya di Singapore sana. Kecantikannya memang membahana.

Akhirnya aku lagi yang mengalah, aku harus menyiapkan mental, dengan adanya Tasya hal tersebut pasti akan membuatku semakin susah untuk mendapatkan hati dan perhatian Abay.

Sekarang saja Abay sudah terlihat akrab dengan Tasya. Ditambah lagi, Tasya ini anak teman nya tante Juwita.

Mari kita simak betapa bedanya aku dan Tasya.

Tasya cantik, aku jelek.

Tasya lembut, aku kasar.

Tasya kaya, aku miskin.

Tasya kelihatannya cerdas dan berwibawa, aku stupid dan kekanak-kanakan.

Tasya baik, aku galak.

Tasya memang idaman semua pria. Termasuk Abay.

"Itu kotak P3K nya kan gak kepake. Bawa pulang aja."

Abay mendorongku seraya menyuruhku pulang. Hal tersebut memang sudah biasa untuk ku. Tapi tidak dengan hari ini. Aku sedikit sedih karena Abay menyuruhku pulang. Karena itu artinya aku akan meninggalkan Abay berduaan dengan Tasya.

"Iya ege! Ini gue juga mau pulang. Disini pengap!"

Aku berusaha beralibi dan tidak menunjukan reaksi sedihku.

Sebelum aku pulang, aku teringat akan satu hal lagi. Abay tidak bertanya perihal kabar ibu, padahal sebelumnya jika aku pergi kerumahnya dia akan langsung bertanya soal ibu, tapi kali ini tidak.

Dasar Abay. Kain baru disayang, keset lama dibuang!

Iya. Tasya kain baru yang mulus dan indah. Aku keset lama yang bau dan dekil bekas diinjak-injak.

Aku lalu bergegas pulang. Takut hatiku gosong berlama-lama disitu.

"Eh Deb, tunggu."

Abay menghentikanku. Apa dia akan bertanya soal ibu? Tanpa berlama-lama aku langsung membalikan badanku.

"Kenapa?"

"Kalau ketemu bi Imas, tolong mintain air minum."

Haa? Itu saja? Dih, menyebalkan!

Saat diruang tengah aku langsung bertemu dengan bi Imas.

"Neng Ley kok main bentar nya."

Bi Imas kalau berbicara memang suka terbalik.

"Iya bi. Bi kata Abay minta soklin lantai!" Kataku ngasal. Padahal Abay tadi minta minum. Tetapi karena aku sedang kesal padanya jadi aku tidak mau menerutinya dan mengatakan hal-hal aneh. 

"Neng siap."

"Siap neng bi!"

Tak hanya bi Imas. Aku juga bertemu dengan tante Wujita. Eh Juwita maksudku, jadi ikut-ikutan bi Imas kan jadinya.

Tante Juwita juga menanyakan perihal yang sama kepadaku.

"Kok Leyka sebentar mainnya?"

"Iya tante. Ada gebetan Leyka dirumah."

Aku beralibi. Aku berharap tante Juwita mengatakan itu kepada Abay dan Abay akan cemburu.

Tuh kan. Aku sampai lupa tadinya aku akan mengatakan pada Abay soal aku yang di goda supir angkot. Yasudahlah, lain kali saja.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status