Share

Mencariku ya?

"Assalamualaikum bu."

Aku pulang dengan langkah terhuyung, aku pulang menggunakan angkutan umum. Masih terngiang-ngiang dibenak ku bentakan Abay tadi.

Aku pulang meninggalkan Abay yang tadi masih sibuk dengan konsernya. Aku sudah tidak perduli lagi dengan dia, lagipula tadi dia sudah mengusirku.

"Leyka? Kenapa? Kok mukanya kusut begitu?" Ibu menyadari muka ku yang memang kusut dan lusuh itu.

"Gak apa-apa bu. Leyka cuman kecapean aja."

Saat itu ibu sedang sakit dan pasti kepalanya pusing. Aku tidak ingin memperunyam keadaan dan membuatnya tambah sakit, makannya aku tidak mengatakan masalahku dengan Abay. Karena aku tahu ia pasti khawatir kalau tahu soal itu.

"Oh, Esa nya mana?"

Abay biasanya selalu mampir ke rumahku untuk bertemu dengan ibu. Karena dulu, saat kedua orang tua Abay sibuk bekerja, ibulah yang selalu ada untuk Abay. Jadi wajar saja jika Abay menyanyangi ibuku lebih dari ibunya sendiri.

Bisa tahu bukan bagaimana perbedaan sikap Abay pada ibuku dan ibunya sendiri? Abay lebih menghormati ibu ku.

Aku memutar otak. Memikirkan apa yang harus ku katakan pada ibu soal tidak datangnya Abay.

"Mm anu bu. Tadi Abay buru-buru."

"Biasanya seburu-buru apapun Esa, ia akan melihat ibu. Apalagi kalau ibu sedang sakit."

Euh, aku salah. Tapi sudah terlanjur, saatnya aku berbohong lagi untuk menutupi kebohongan sebelumnya.

"Oh iya, katanya nanti sore ke sini bu. Sepulang konser."

Padahal aku sendiri tidak tahu Abay akan datang atau tidak.

"Konser? Esa konser kok kamu disini? Bukannya biasanya kamu menemaninya?"

Ah sh*t. Aku salah telak lagi. Kenapa aku sebodoh itu sih? Apa aku harus berbohong lagi?

"Iya bu. Abay tadi menyuruhku pulang agar aku bisa menjaga ibu, Abay khawatir sama ibu."

Baiklah, aku sudah berbohong satu kali dan terpaksa harus berbohong lagi. Maafkan Leyka ya bu.

"Esa baik banget ya sama keluarga kita." Ujar ibu sambil tersenyum.

Aku hanya tersenyum getir menanggapi perkataan ibu. Jika saja ia tahu masalah sebenarnya, pasti hatinya kecewa berat.

"Leyka mandi dulu ya bu."

***

Pagi, siang telah berlalu dan diganti menjadi sore. Perkataan yang ku katakan kepada ibu belum kunjung datang kebenarannya. 

Aku melirik jam dinding, disana waktu menunjukan sudah pukul 4 sore. Itu artinya Abay sudah selesai dengan konsernya.

Aku menyeruput susu hangatku di kursi depan sambil terus memperhatikan jalanan. Berharap ada sosok Abay di seberang sana.

4:15

4:30

5:00

5:44

"Allahu Akbar Allahu Akbar."

Baiklah, aku menyerah. Abay tidak kunjung datang dan Adzan maghrib sudah memanggilku dan menyuruhku untuk segera melaksanakan kewajibanku sebagai umat muslim.

"Udah ketemu Esa?" Tanya ibu padaku saat aku baru saja masuk kedalam.

"Be-belum bu." Ujarku dengan terbata-bata.

Entah karena aku terbata-bata, atau entah karena raut mataku terlihat seperti orang tengah berbohong. Ibu mengetahui bahwa aku sedang berbohong. Ia memegang kedua belah bahuku.

"Kamu lagi gak bohong kan sama ibu."

YaAllah, aku tidak kuat. Aku tidak kuat menatap mata ibu dan melanjutkan kebohonganku.

"Nggak bu. Abay tadi udah telefon Leyka dan bilang mau datang nanti malam. Soalnya dia ada urusan dulu, dan Abay janji mau bawain kita martabak!."

Aku langsung berlari ke kamar mandi dan wudhu. Disela-sela wudhuku, aku mengeluarkan tetesan air mata.

Aku menangis karena dua hal. Pertama, tentunya karena sudah berbohong kepada ibu.

Kedua, apa Abay memang marah kepadaku hanya karena sebuah lirik lagu saja? Jadi, apa aku ini baginya? Pertemanan terkalahkan oleh sebuah lirik?

Aku benar-benar telah menyerah pada keadaan. Setelah selesai makan malam, aku langsung beranjak ke kamar dan tidur.

"No more waiting for Abay." (Tidak usah menunggu Abay lagi).

Aku tidak perduli jika Abay marah atau benci kepadaku. Lagipula, apa untungnya berteman denganku yang miskin ini?

***

Ini hari minggu, aku tidak bersekolah. Biasanya, aku akan berlari pagi dengan Abay menuju sebuah lapangan di dekat rumah Abay dan melakukan streching disana. Pulangnya, Abay akan mampir ke rumahku untuk sekedar numpang sarapan. Ia sangat menyukai bakwan jagung buatan ibu ku.

Tapi hal itu tidak berlaku untuk hari ini. Tidak ada Abay, tidak ada lari pagi.

Aku menggeliatkan badan. Aku tidak bisa tidur lagi setelah shalat shubuh tadi, maka dari itu kuputuskan untuk membersihkan rumah.

"Ibu udah bangun?" Aku melihat ibu sedang duduk di ruang tamu.

"Kamu gak tidur lagi Ley? Kan ini minggu."

Aku menggeleng pelan lalu tersenyum seolah mengatakan "tidak."

Aku menghampiri ibu.

"Lho? Martabak dari mana ini bu?" Aku melihat ibu tengah menyantap martabak keju. Martabaknya terlihat masih hangat dan segar.

"Lho? Kamu sendiri yang bilang Abay mau bawain kita martabak."

Aku tertegun dan berusaha menangkap apa maksud ibu. Maksud nya ada Abay kesini dan mengantarkan sekotak martabak ini?

"Terus Abay nya mana?"

"Udah pulang, dia katanya kecapean." Ujar ibu sambil terus mengunyah martabak itu.

"Leyka mau?"

"Nggak bu. Leyka ke kamar dulu."

Rencana ku membersihkan rumah ku batalkan. Aku ingin menelefon Abay dan menanyakan kenapa ia datang sepagi buta ini dan lalu pergi begitu saja.

Jika kata ibu Abay kecapean maka cape karena apa? Konsernya harusnya sudah selesai jam 4 sore kemarin. Dan biasanya kalau tidak kerumahku Abay akan langsung pulang kerumahnya selesai konser. Lalu kemana dia?

"Hallo Aldi?"

Aku memutuskan untuk menelefon Aldi.  Menurutku aku bisa mendapatkan informasi mengenai kepergian Abay kemarin darinya.

"Abay dimana?"

"Duh, kurang tahu tuh. Emangnya kenapa?"

"Ohh, nggak. Kalian pulang konser kemarin jam berapa?"

"Jam 4 sore. Emangnya kenapa?"

Benar kan dugaanku? Aku memang sudah tahu jadwal konser Abay.

"Nggak. Yasudah aku tutup ya."

"Eh tunggu." Aku tidak jadi menutup telefonku karena Aldi menahannya.

"Ada apa?"

"Ada salam dari Esa. Kemarin dia mencarimu di Mall sampai malam. Ia tidak mengira kalau kamu ternyata sudah pulang. Abay bilang ia ingin minta maaf. Malam tadi, tadinya Esa mau datang ke rumah mu. Tapi dia disergap beberapa penjahat, jadi dia tidak bisa datang ke rumahmu."

Aku membisu, aku tertegun. Aku sudah salah mengira soal Abay, aku telah berprasangka buruk padanya.

"Disergap penjahat? Apa dia terluka?" Aku mulai khawatir soal keadaan Abay yang kata Aldi dihadang penjahat.

"Aku belum tahu. Nanti siang aku mau kerumahnya." 

Aku langsung menutup telefon dan berlari ke arah ibu.

"Ibu, ibu." Ujarku sambil ngos-ngosan.

"Kenapa Leyka?"

"Tadi Abay ada luka lebam gak di mukanya?"

"Ada. Dia bilang itu bekas make up yang belum dia hapus."

Aku terduduk, mulutku menganga. Abay pasti dihajar penjahat itu, dan ia juga berbohong pada ibu agar ibu tidak khawatir.

Aku langsung membatin dan berkata "Abay, maaf." Aku berjanji akan menemuinya nanti siang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status