Kami berhenti disekolah dengan memasang muka yang kebingungan seperti orang yang salah jalan.
Ina, ia tampak geram sesekali tersenyum sendiri seolah memiliki sebuah rencana yang enggan diberitahukan kepada kami. Maksudku aku dan Predi.
Predi, Predi terlihat tidak fokus menyetir. Ia seperti memikirkan sesuatu untuk membantuku membongkar identitas Tasya yang tidak jelas itu.
Dan aku sendiri, alih-alih memikirkan soal Tasya. Aku malah memikirkan soal Predi, Ina dan juga Abay.Dalam hidupku, aku tidak pernah berpikir akan memiliki sahabat seperti mereka berdua yakni Predi dan Ina. Apalagi Ina, dia padahal masih memiliki masalah sendiri. Tapi dengan begitu antusias ia ingin membantuku menyelesaikan masalahku dan dengan suka rela ingin membuat Abay kembali menjadi milikku. Maksudku kembali menjadi temanku.
Predi, padahal kami sudah lama tidak bertemu. Sekalipun kami berdua adalah saudara tak dekat, tapi hubungan kekeluargaan kami tida
Aku lalu bertanya kepada Ina bagaimana dirinya bisa melakukan hal tersebut. Maksudku, bagaimana bisa terpikirkan olehnya untuk menakut-nakuti Krystal dan mengatakan bahwa dirinya bisa menjadi pembunuh. Dan bagaimana Ina tahu bahwa cara tersebut ternyata berhasil dan membuat Krystal serta yang lainnya ketakutan lalu berlari menjauh."Itu mudah. Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan dan jangan biarkan kesedihan menguasai akal sehat kita. Enjoy lah, keep calm. Jika kita relax, otak juga mudah merefleks. Gue sendiri gak tau pasti dari mana ide itu berasal. Yang jelas, gue kepikiran menjadi pembunuh pada saat anak-anak menatap gue dan mengatakan bahwa ayah gue pembunuh. Saat itu, gue ingin membunuh anak-anak yang menatap gue dengan keji, tapi gue tau gue gak mungkin ngalakuin itu. Gue inget saat ayah ditakuti orang-orang karena dia pembunuh, maka dari itu gue berpikir aka berpura-pura menjadi pembunuh agar anak-anak takut. Entahlah, tapi yang jelas ke
Kami, maksudku aku dan Ina menjalani hari-hari yang bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya.Jika biasanya kami dirundung, maka hari ini kami merundung. Merundung dengan cara halus. Entah apa yang ada dipikiran Ina dan entah apa yang ada dipikiran anak-anak.Bisa-bisanya Ina menakut-nakuti mereka dengan mengatakan bahwa sang ayah pernah mengajarkan bagaimana cara membunuh yang baik dan Ina berani membunuh siapapun yang menganggunya dan mengggangguku.Ternyata, hal tersebut berhasil membuat nyali para murid-murid menciut dan tidak berani mengganggu salah satu diantara kami.Kebohongan Ina diperkuat saat dirinya mengatakan bahwa ia rela mendekap dipenjara karena penjara adalah tempat yang nyaman.Entahlah, aku tidak cukup dewasa untuk mengerti semua ini. Yang jelas, tidak ada lagi Krystal dan teman-temannya yang mengganggu kami.Bahkan, bukan hanya Krystal saja. Anak-anak lainpun ikut takut. Ada yang langsung kabur saat melihat k
Akhir pekan merupakan salah satu hari yang aku tunggu-tunggu. Meski terkadang disekolah menyenangkan, akan lebih menyenangkan jika berada dirumah, apalagi jika ada... Abay mungkin.Hari ini bisa dikatakan hari yang cukup spesial, lain dari hari-hari sebelumnya.Aku, Ina dan Predi sudah berjanji akan berkumpul di rumahku. Bisa dikatakan yaa bahwa kami memiliki sebuah misi.Misi penyelidikan, bisa dikatakan seperti itu. Kami melakukan misi ini untuk menguak siapa itu Tasya sebenarnya.Dari hari-hari yang sudah kami lalui, kami memang melihat ada yang berbeda dari diri Tasya. Dirinya tidak terlalu lazim, ia juga tampak jarang berbaur dengan orang lain.Seperti pagi lainnya, pagi ini juga ibu menyiapkan ku sarapan meski aku tidak sekolah.Setelah melahap habis makanan buatan ibu, aku lalu bergegas menuju ke depan untuk melihat apakah Ina dan Predi sudah datang.Mereka benar-benar terlihat sangat antusias. Baru saja aku keluar dengan membu
Pagi-pagi sekali aku sudah bangun, lebih pagi dari biasanya.Setelah selesai mencuci muka agar mendapatkan penglihatan yang lebih segar, aku membuka laptop Predi yang kemarin ia pinjamkan kepadaku.Aku memang tidak terlalu mengerti bagaimana cara menggunakan laptop. Seumur hidupku, aku tidak pernah memiliki laptop, paling sesekali meminjam milik Abay, itupun hanya digunakan untuk bermain game.Dan disekolah, sekolahku memang bukan seperti sekolah modern diluaran sana yang menggunakan metode situs browser. Kami masih menggunakan ciptaan Tuhan, manual atau singkatnya tangan dan papan tulis biasa.Tapi saat ini aku mengerti apa yang harus aku lakukan dengan laptop ini. Yakni membuka internet dan mencari nama Tasya beserta kedua orang tuanya. Predi memberi ku nama sekolah masa SMP Tasya pada saat Tasya masih di Singapore dulu, ia mendapatkannua dari sekolah.Melalui situs ini, sekaligus aku akan menguak keanehan-keanehan Tasya yang memang selama
"Leyka itu ada nak Predi sama Ina diluar. Mau disuruh masuk dulu gak?"Dengan mulut yang penuh akan cemilan, aku berlari keluar kamar untuk segera menemui Predi dan Ina."Hallo." Padahal mulut ku masih kembung sempurna."Dih, bocil!" Ujar Ina meledek ku. Tapi tanggung, tidak mungkin aku memuntahkannya.Aku sudah tahu bahwa mereka akan datang, karena kami memang sudah melakukan perjanjian sebelumnya. Sayangnya, perutku keroncongan meminta diisi di sore-sore hari begini, maka dari itu kuturuti saja keinginan perutku terlebih dahulu."Langsung berangkat?" Ina dan Predi mengangguk."Bu, Assalamualaikum. Leyka pergi yah." Hanya aku sendiri yang mengucapkan salam. Entahlah, mungkin mereka bisu untuk sesaat."Apa pak Malik emang ada di rumah Ley?" Aku mengangguk sambil meminum air yang sempat kubawa dari rumah."Kata tante Juwita sih ada.""Ohh." Angguk Ina pelan.***"Assalamualaikum tante."Ti
Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun karena nada dering handphone ku berbunyi. Aku mendapatkan sebuah telefon dari nomor yang tidak kukenal.Awal mulanya aku enggan menerima panggilan tersebut. Aku masih banyak berpikir mengenai Tasya serta keanehannya. Jadi, jika ada satu hal yang tidak ku ketahui kepastiannya, tidak akan aku layani sembarangan.Seperti pagi ini. Aku melihat jam yang tertera di handphoneku, waktu menunjukan pukul 04:00 dini hari. Dan seseorang sudah menelefonku dengan menggunakan nomor yang tidak kukenal. Tentu aku tidak mau untuk mengangkatnya.Akan tetapi, aku merubah pikiran ku saat sebuah SMS masuk. Nomor yang mengirim SMS ini, sama dengan nomor yang baru saja menelefonku.Disana orang tersebut menuliskan."Tolong angkat, ini aku Abay."Aku mencoba mengerjap-ngerjapkan mataku agar penglihatan ku semakin jelas. Penglihatan seseorang yang baru bangun biasanya sedikit kabur dan buram.Setelah aku berhasil mendapatka
Pagi-pagi sekali aku sudah terbangun karena nada dering handphone ku berbunyi. Aku mendapatkan sebuah telefon dari nomor yang tidak kukenal.Awal mulanya aku enggan menerima panggilan tersebut. Aku masih banyak berpikir mengenai Tasya serta keanehannya. Jadi, jika ada satu hal yang tidak ku ketahui kepastiannya, tidak akan aku layani sembarangan.Seperti pagi ini. Aku melihat jam yang tertera di handphoneku, waktu menunjukan pukul 04:00 dini hari. Dan seseorang sudah menelefonku dengan menggunakan nomor yang tidak kukenal. Tentu aku tidak mau untuk mengangkatnya.Akan tetapi, aku merubah pikiran ku saat sebuah SMS masuk. Nomor yang mengirim SMS ini, sama dengan nomor yang baru saja menelefonku.Disana orang tersebut menuliskan."Tolong angkat, ini aku Abay."Aku mencoba mengerjap-ngerjapkan mataku agar penglihatan ku semakin jelas. Penglihatan seseorang yang baru bangun biasanya sedikit kabur dan buram.Setelah aku berhasil mendapatka
"Welcome to the class Leyka Anjani."Ina menyambutku dengan begitu bahagia. Dilebarkan tangannya seolah-olah ia hendak memelukku.Sudah beberapa hari ini, aku lihat hubungan Ina dan Daffa menjadi lebih baik. Terutama karena ketidak hadirannya Tasya.Aku turut senang akan hal tersebut. Senangnya Ina, merupakan kesenangan ku juga. Begitupun sedihnya ia.Aku tidak menyangka bahwa pengaruh Tasya akan sebesar ini bagiku dan yang lainnya. Kehadirannya yang begitu tiba-tiba cukup membuatku terkejut. Dan kini, kehilangannya juga cukup membuatku takut. Takut kalau ia kembali lagi dan semuanya kembali kacau.Ina sedang duduk dan ditemani Daffa disampingnya. Mereka juga adalah salah satu pasangan yang memang sering datang pagi. Bahkan lebih pagi dariku."Sini Ley."Selain menyambutku dengan senyuman yang merekah, Ina juga menghampiriku dan menggandeng tanganku lalu membawa ku menghampiri Daffa yang sedang duduk tenang di