Aku tidak akan berhasil menyusul Ina jika Ina tidak memghentikan langkahnya sendiri.
Jujur,lari Ina sangat kencang. Mungkin karena badannya yang kurus, jadi ia tidak memiliki beban berat saat berlari.Ina berhenti tepat di koridor depan madding. Ia memegangi lututnya karena kelelahan. Nafasnya juga terengah-engah."Ina." Aku menepuk pundaknya pelan. Tapi Ina tidak terkejut, mungkin ia sudah tahu akan kehadiranku. Ina beralih menatapku dan aku terkejut melihat mukanya. Ina menangis, matanya bahkan langsung merah, keringat nya sudah bercampur dengan air mata.Saat itu juga, saat aku masih menatapnya, Ina langsung ambruk dipelukanku. Setelah ia memeluk ku, Ina kembali menangis dan lebih parah dari sebelumnya.Aku tidak bertanya apa alasan Ina menangis, aku sudah tahu apa penyebabnya. Apalagi kalau bukan perkataan Abay taSetelah puas menangis, menjambak rambut dan mengeluarkan segala keluh kesahnya kini akhirnya Ina tidur terlelap di kamarku.Aku tidak ikut tertidur dan lebih memilih meninggalkannya. Ina pasti lelah, jadi aku biarkan saja dia sendiri dan berharap semoga ia mendapatkan ketenangan.Hari sudah mulai sore dan ibu sebentar lagi akan pulang. Sekolah ku juga pasti sudah bubar. Setelah ini aku pasti akan mendapat kabar buruk yaitu dicap kabur dari sekolah.Tapi itu bukan apa-apa. Ada yang lebih buruk, yaitu pandangan dan perlakuan anak-anak pada Ina. Aku juga takut mereka menjadi jauh dari Ina atau bahkan memperlakukan Ina dengan buruk dan memusuhi Ina.Bagaimana caranya menghadapi mereka? Bagaimana rasanya dijauhi oleh banyak orang karena sebuah kesalahan masa lalu yang tidak pernah kita inginkan untuk terjadi? Pasti sakit sekali.Aku memutuskan untuk duduk dikursi kayu diluar dan menunggu kedatangan ibu. Se
Sore telah berlalu dan malam telah tiba. Menanti untuk dinikmati sampai matahari esok pagi menjelang datang.Predi sudah pergi tadi sore setelah menjelaskan berbagai hal dan menyeruput habis teh manis yang kusuguhkan.Ina juga sudah bangun dari tidurnya dan bahkan kini ia sudah mandi dan sudah kembali segar. Ina memang anak yang kuat dan tegar bahkan mungkin lebih tegar dariku.Kata Ina, kehidupanlah yang membuatnya menjadi setegar itu.Jika tidak tegar, maka penderitaan dan kesedihan akan menguasainya sehingga membuatnya kesusahan untuk merasakan arti kebahagiaan.Ina juga berkata bahwa ia harus menjadi berani agar tidak ada yang memperlemahnya, yang membullynya maksudnya.Memang benar, untuk mendapatkan kebahagiaan, kita harus melupakan kesedihan.Bagi Ina, kehidupan hanyalah hari ini dan nanti. Tidak ada masa lalu. Sayangnya, Abay sudah berhasil membawa masa lalu Ina ke masa kininya dan membuat Ina kembali mengenang masa-masa sedih
Setelah kejadian semalam, aku semakin benci dan bahkan jijik kepada Abay. Menurutku, hal tersebut adalah hal paling memalukan yang pernah terjadi antara aku dan Abay.Selain tidak punya malu, Abay juga sepertinya tidak merasa bersalah sama sekali.Abay tahu bahwa Ina ada disini,dirumahku, tapi ia tidak bergegas pergi, padahal Ina jelas-jelas tidak menginginkan kehadiran Abay, buktinya ia langsung masuk kamar dan tidak keluar-keluar lagi sampai Abay pergi.Aku tidak habis pikir apa yang Abay pikirkan dan apa yang akan ia lakukan malam tadi. Yang jelas, aku tidak menyukainya. Begitupun juga ibu. Setelah sesaat Abay pergi, ibu makan dengan muka yang sedikit murung. Bahkan sesekali beliau menarik nafas berat.Sepertinya organ-organ tubuh Abay sudah rusak saat ia mengenal dan bertemu Tasya lalu menjauh dariku. Hatinya menjadi hitam, urat malu nya sudah putus, dan tubuhnya sudah seperti robot yang bisa digunakan o
Pas sekali. Setelah kami selesai menyantap sarapan, terdengar suara deru mobil Predi.Alih-alih menyalakan klakson, Predi justru turun dari mobil dan menjemputku dengan masuk kedalam rumah.Tapi aku tahu bahwa ia memang sengaja turun karena ingin bersalaman dengan ibu terlebih dahulu. Tidak sopan menurutnya kalau main pergi begitu saja sekalipun aku, anaknya yang dibawa."Kalau ibu tidak mau bekerja. Mendingan ibu tidak usah bekerja, biar aku yang menelefon tante Juwita dan bilang kalau ibu sedang tidak enak badan." Ujarku. Aku masih mempertahankan pendapatku agar ibu tidak bekerja dulu di rumah Abay. Meski tadi ibu sudah mengatakan bahwa dirinya sanggup dan kuat.Ibu masih terlihat kebingungan memilih diantara harus bekerja ke rumah Abay atau sebaiknya dirumah saja setelah aku kembali memaksanya.Seperti yang aku perkirakan sebelumnya, ibu memang pastinya sakit hati kalau mengetahui kelakuan Abay yang seperti ini, Abay
Kami berhenti disekolah dengan memasang muka yang kebingungan seperti orang yang salah jalan.Ina, ia tampak geram sesekali tersenyum sendiri seolah memiliki sebuah rencana yang enggan diberitahukan kepada kami. Maksudku aku dan Predi.Predi, Predi terlihat tidak fokus menyetir. Ia seperti memikirkan sesuatu untuk membantuku membongkar identitas Tasya yang tidak jelas itu.Dan aku sendiri, alih-alih memikirkan soal Tasya. Aku malah memikirkan soal Predi, Ina dan juga Abay.Dalam hidupku, aku tidak pernah berpikir akan memiliki sahabat seperti mereka berdua yakni Predi dan Ina. Apalagi Ina, dia padahal masih memiliki masalah sendiri. Tapi dengan begitu antusias ia ingin membantuku menyelesaikan masalahku dan dengan suka rela ingin membuat Abay kembali menjadi milikku. Maksudku kembali menjadi temanku.Predi, padahal kami sudah lama tidak bertemu. Sekalipun kami berdua adalah saudara tak dekat, tapi hubungan kekeluargaan kami tida
Aku lalu bertanya kepada Ina bagaimana dirinya bisa melakukan hal tersebut. Maksudku, bagaimana bisa terpikirkan olehnya untuk menakut-nakuti Krystal dan mengatakan bahwa dirinya bisa menjadi pembunuh. Dan bagaimana Ina tahu bahwa cara tersebut ternyata berhasil dan membuat Krystal serta yang lainnya ketakutan lalu berlari menjauh."Itu mudah. Jangan terlalu berlarut dalam kesedihan dan jangan biarkan kesedihan menguasai akal sehat kita. Enjoy lah, keep calm. Jika kita relax, otak juga mudah merefleks. Gue sendiri gak tau pasti dari mana ide itu berasal. Yang jelas, gue kepikiran menjadi pembunuh pada saat anak-anak menatap gue dan mengatakan bahwa ayah gue pembunuh. Saat itu, gue ingin membunuh anak-anak yang menatap gue dengan keji, tapi gue tau gue gak mungkin ngalakuin itu. Gue inget saat ayah ditakuti orang-orang karena dia pembunuh, maka dari itu gue berpikir aka berpura-pura menjadi pembunuh agar anak-anak takut. Entahlah, tapi yang jelas ke
Kami, maksudku aku dan Ina menjalani hari-hari yang bisa dikatakan lebih baik dari sebelumnya.Jika biasanya kami dirundung, maka hari ini kami merundung. Merundung dengan cara halus. Entah apa yang ada dipikiran Ina dan entah apa yang ada dipikiran anak-anak.Bisa-bisanya Ina menakut-nakuti mereka dengan mengatakan bahwa sang ayah pernah mengajarkan bagaimana cara membunuh yang baik dan Ina berani membunuh siapapun yang menganggunya dan mengggangguku.Ternyata, hal tersebut berhasil membuat nyali para murid-murid menciut dan tidak berani mengganggu salah satu diantara kami.Kebohongan Ina diperkuat saat dirinya mengatakan bahwa ia rela mendekap dipenjara karena penjara adalah tempat yang nyaman.Entahlah, aku tidak cukup dewasa untuk mengerti semua ini. Yang jelas, tidak ada lagi Krystal dan teman-temannya yang mengganggu kami.Bahkan, bukan hanya Krystal saja. Anak-anak lainpun ikut takut. Ada yang langsung kabur saat melihat k
Akhir pekan merupakan salah satu hari yang aku tunggu-tunggu. Meski terkadang disekolah menyenangkan, akan lebih menyenangkan jika berada dirumah, apalagi jika ada... Abay mungkin.Hari ini bisa dikatakan hari yang cukup spesial, lain dari hari-hari sebelumnya.Aku, Ina dan Predi sudah berjanji akan berkumpul di rumahku. Bisa dikatakan yaa bahwa kami memiliki sebuah misi.Misi penyelidikan, bisa dikatakan seperti itu. Kami melakukan misi ini untuk menguak siapa itu Tasya sebenarnya.Dari hari-hari yang sudah kami lalui, kami memang melihat ada yang berbeda dari diri Tasya. Dirinya tidak terlalu lazim, ia juga tampak jarang berbaur dengan orang lain.Seperti pagi lainnya, pagi ini juga ibu menyiapkan ku sarapan meski aku tidak sekolah.Setelah melahap habis makanan buatan ibu, aku lalu bergegas menuju ke depan untuk melihat apakah Ina dan Predi sudah datang.Mereka benar-benar terlihat sangat antusias. Baru saja aku keluar dengan membu