Bayangan bagaimana Abay menggenggam tanganku, menggandeng ku masih saja terus berkerumun mengelilingi kepalaku.
Aku menjadi salah tingkah dan terus saja senyum-senyum sendiri.
"Selamat pagi pak Predi."
Seruan anak-anak terhadap kedatangan guru mengejutkanku dan berhasil membawaku kembali ke dunia nyata.
Saat ini merupakan bagian pelajaran Sains yang dibimbing oleh Predi. Jika melihatnya menjadi guru, kembali terngiang dibenak ku bahwa aku akan menanyakan alasan mengapa Predi menjadi guru disini. Namun aku masih saja lupa hingga saat ini.
Perhatianku terus teralihkan oleh Abay. Tidak hanya Abay, bahkan Ina dan ibu juga cukup menarik perhatianku dan membuat ku sibuk.
"Bisa tidak pak tidak usah belajar sehari saja dan membahas masa depan bapak?" Itu Silpa yang berbicara.
Silpa memang murid yang bisa dikatakan cukup centil dikelasku. Sudah menjadi kebiasaanya menggoda guru muda dan tampan seperti Predi.
"Tipe pacar bapa
Jika seharusnya kami belajar pelajaran sains selama dua jam, kali ini tidak. Jangankan menyita waktu dua jam, mungkin hanya sekitar 10 menit saja Predi menjelaskan sebuah pengertian dalam pelajaran tersebut. Dan jangan tanya soal sisanya. Sisanya, kami membahas soal perasaan Predi yang berujung rasa penasaran.Setelah Predi usai dengan mata pelajarannya dan pergi meninggalkan kami. Anak-anak langsung berkumpul dengan serempak di satu kursi.Apa yang mereka kumpulkan kali ini cukup mencengangkan. Istilahnya mereka menggosip. Dan yang mereka gosipkan kali ini adalah Predi dan mengenai perasaannya tadi.Ada begitu banyak pendapat yang dikeluarkan mereka mengenai Predi yang kebetulan tertangkap oleh telingaku."He is so sweet.""Aaa jodoh gue.""Predi ku imam ku."Aku hanya mengangkat sebelas alisku dan tersenyum ketir. Tidak habis pikir pada mereka yang tertarik dengan perkataan Predi tadi."Woy!"Saat aku sedan
"Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh." Aku mengucap salam selengkap mungkin."Waalaikumsalam warrahmatullahi wabarrakatuh."Begitupun yang menjawab, lengkap juga."Hallo ib- tante Juwita?"Aku langsung menuju tante Juwita selepas mencium tangan Ibu. Benar apa kata Ibu tadi pagi, tante Juwita memang datang ke rumah kami. Dan pasti Abay juga akan kesini nanti, mungkin masih di dalam perjalanan."Hai Leyka."Aku padahal tidak memeluk tante Juwita, tapi justru ialah yang memeluk ku. Pelukannya sangat erat, bahkan membuatku sedikit sulit bernafas.Cukup lama tante Juwita memeluk ku, dan aku pun tidak berani untuk melepas nya terlebih dahulu.Namun.. tunggu? Apa ini? Tante Juwita terisak? Ia menangis?"Tante?" Setelah aku mendengar suara tangisannya, aku akhirnya memberanikan diri melepas pelukan tersebut untuk memastikan ada apa gerangan.Benar, sudah ada beberapa tetes air mata yang membasahi pipi tante Ju
Aku dan Predi tepat berada di belakang mobil Abay. Laju mobil Abay memanglah sangat cepat, tapi Predi pun tidak kalah cepat, bahkan sangat cepat."Hati-hati Per."Jantungku sudah berdebar tak karuan, kaki ku mulai lemas saat menaiki mobil yang kuperkirakan laju kecepatannya adalah 160 kilo meter perjam, atau mungkin lebih, entahlah. Aku tidak bisa mengira berapa kecepatannya.Dan perutku juga sudah mulai mual. Untung saja rumah Abay dekat, jadi tidak perlu menahan rasa mual ini lama-lama atau perutku akan begah.TitttSelain mengemudikan mobil dengan cepat, Predi juga mengerem dengan sangat mendadak, membuat kepalaku mengalami benturan ringan."Maaf." Ujarnya singkat sambil turun dari mobil.Aku tahu saat ini kecelakaan kecil seperti ini bukanlah hal penting. Masih ada yang lebih penting yang menyangkut hidup dan mati.Setelah turun lebih dulu dariku, aku mengikuti Predi dari belakang.Kami melihat mobil Abay sudah terpa
"Kenapa Deb?"Lamunanku buyar saat Predi menegurku seperti itu. Aku sedang mengingat soal mimpi semalam. Ingin sekali aku segera menceritakannya pada mereka, dan aku harap mereka bisa ikut serta merasakan ketakutan yang juga kurasakan."Semalam mimpi buruk." Ujarku."Mimpi apa?""Soal Tasya sama Om Malik."Predi sepertinya cukup terperanjat, matanya terbelalak untuk sesaat meski setelah itu ia kembali tersenyum."Mungkin kamu terlalu kepikiran sampai-sampai kebawa mimpi."Aku menarik nafas. Sepertinya memang benar bahwa aku terlalu memikirkan hal ini secara berlebihan. Meski begitu, aku akan tetap menceritakannya pada mereka.***"Padahal kita lapor polisi aja."Aku mendoyarkan kepala Ina pelan setelah dirinya berkata seperti itu."Apa nya yang mau dilaporkan?""Om Malik tentunya.""Kan Om Malik yang melakukan kejahatan. Maksudmu, kita akan mempenjarakan Om Malik?"Ina terli
Setelah kepergian Om Malik, aku telah berjanji pada diriku sendiri bahwa aku akan lebih memperhatikan Abay, lebih perhatian dari sebelumnya.Soal amarahku atas kelakuan masa lalu Abay? Sudah khilaf, aku sudah melupakannya.Lagipula, tidak mungkin aku menjalani masa kini dengan genangan masa lalu didalam benak.Meski memang sulit untuk dimaafkan, bagaimanapun juga dosa yang telah Abay lakukan adalah dosa sebagaimana manusia biasa.Begitupun dengan Ina dan Predi. Awal mulanya mereka enggan untuk memaafkan Abay. Tapi setelah kepergian Om Malik, semua hati batu itu mendadak menjadi selembut roti.Bukan saatnya lagi memperdebatkan masa lalu, saat nya menghibur Abay dan memberikan nya ketenangan sehingga dirinya bisa melupakan kepergian sang Ayah yang bisa dikatakan sangat mengenaskan."Bay?""Hmm?"Ia melihat ke arahku, matanya masih sebam."Udah ya.""Udah apa nya?""Udah nangisnya." Ujarku.
Pemakanan Om Malik adalah tempat yang dituju Abay. Kami pergi menggunakan mobilnya, tanpa izin ke pihak sekolah.Setelah ini, mungkin kami akan dikira bolos lagi, tidak ada bantuan dari Predi karena ia tidak tahu.Kami cukup terburu-buru hingga lupa untuk mengabari Predi, dan akan lebih rumit urusannya jika Predi ikut. Pasti yang lainnya akan curiga.Aku dan Ina sendiri belum tahu mengapa Abay membawa kami kesini, ia tidak memberikan kami kesempatan untuk bertanya bahkan berbicara. Laju mobil nya saja sangat kencang tadi."Ngapain kita kesini?" Tanyaku."Cari Tasya."TPU, disinilah tempat peristirahatan terakhir Om Malik."Bercanda lo Sa?!" Ina menatap Abay tidak percaya, begitupun aku."Gue yakin dia ada disini."Abay berjalan mendahului kami, tapi aku menahan pergelangan tangannya."Memang nya kenapa kalau dia ada disini?""Gue mau minta jawaban atas segalanya!" Ujar Abay."Jawaban apa
Dikelas, pikiran ku tidak bisa tenang saat memikirkan soal Tasya tadi. Setelah pulang sekolah, aku akan kembali menemuinya dan tidak lupa dengan membawa Predi.Meski kami sudah bolos tadi siang, masih ada satu pelajaran yang bisa kami ikuti. Jadi kami kembali ke kelas untuk mengikuti pelajaran tersebut."Stt, Debi."Abay menyenggol ku pelan."Apa?""Gimana caranya lo bisa ngomong gitu. Soal papah, gimana caranya lo bisa bebasin Om Lukman?"Aku tersenyum dan kembali mengingat masa itu.Flasback OnSetelah aku pulang dari rumah Abay dan mendengar kejadian yang tidak enak untuk didengar, aku menghempaskan tubuhku di kasur.Hal tersebut tidak berangsur lama karena dering ponsel ku berbunyi. Dengan bermalas-malasan, aku harus kembali bangun dan mengangkat telefon dari.."Om Malik." Ujar ku saat setelah melihat nama yang tertera di handphoneku."Halo Om?""Leyka? Kamu dimana? Bisa kerumah Om? Sekaran
Merias diri didepan kaca dengan mengenakan hiasan dikepala merupakan hal yang jarang sekali aku lakukan.Pasalnya, berpenampilan seadanya dan sederhana lebih menyenangkan.Sayangnya, kesederhaan itu tidak berlaku untuk hari ini. Aku, Predi dan Ina memiliki sebuah alasan mengapa kami harus tampil berbeda hari ini.Tampilan spesial di hari yang spesial. Ya, ulang tahun Abay.27 Juni adalah adalah tanggal terlahirnya seorang Esa Juniansyah yang kerap kali kusapa Abay.Kami tidak akan mengadakan acara besar-besaran, tidak terbiasa oleh hal tersebut. Ditambah, keluarga Abay sendiri sedang berduka.Tante Juwita mengundang kami untuk makan malam bersama. Aku akan datang dengan ibu.Bukan maksud kami tidak menghargai orang yang baru saja meninggal, justru kami tidak ingin terlalu bersedih dan terus menangisi nya, maka dari itu kami mengadakan perkumpulan malam ini dengan acara makan-makan sekaligus berdo'a bersama.Dan aku pun pe