Beranda / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 178. Deep Talk Singkat

Share

178. Deep Talk Singkat

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-08 21:41:26

"Bisa nggak sih nggak usah ikut makan malam?" keluh Gendhis sambil mengurut keningnya.

Resepsi pernikahan dan segala ritual khusus pernikahan ala klan sudah selesai dilaksanakan. Sambil menunggu malam, Rai sengaja memesan kamar hotel untuk ia dan seluruh anggota keluarga beristirahat. Acara makan malam yang akan diadakan di rumah besar Ben sudah selesai persiapannya, jadi, demi membuat Gendhis nyaman dan bisa sebentar saja merebahkan tubuhnya, Rai sengaja tidak mengajak Gendhis langsung ke lokasi. Lagipula, persiapan dan seluruh kebutuhan makan malam sudah diurus oleh Ardi dan anak buah Rai, anggota keluarga pun tidak dilibatkan demi bisa sedikit beristirahat sebentar.

"Nggak bisa. Ketimbang resepsi, makan malam klan adalah prosesi wajib yang nggak boleh dilewatkan. Kamu bisa tidur dulu, nanti kubangunin kalau Danisha udah ngasih kode buat siap-siap," kata Rai.

"Aku takut sama atmosfernya, Rai."

"Ada aku kan? Kamu istriku sah sekarang, seluruh dunia harus tau itu," tandas Rai membe
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Candu Cinta Dokter Muda   193. Sedang Menikmati Hidup

    Menjelang siang, Gendhis tampak sibuk memasak sesuatu di dapur sementara Rai melanjutkan waktu istirahatnya yang terhutang. Meski ini adalah kegiatan yang paling Gendhis benci karena memasak sama sekali bukan passionnya, ia memaksakan diri. "Sayang, masak?" tanya Rai yang baru saja bangun, ia menatap takjub pada istrinya yang tengah menghadapi alat tempurnya."He.em, liat resep di aplikasi, kebetulan bahannya ada," jawab Gendhis ceria. "Masak apa emang?" gumam Rai mendekat, ia hirup aroma masakan istrinya yang cukup menggugah selera itu. "Sop ayam?" "Iya, aku kasih sedikit tetelan daging juga sih. Sayurnya cuma kentang, wortel sama brokoli dikit. Di sini nggak ada tukang sayur muter sih ya," tandas Gendhis, sedikit mengeluhkan betapa elitnya komplek pemukiman yang Rai tinggali."Tukang sayur males ngider di sini, siapa yang mau beli," balas Rai. "Nanti belanja aja sekalian kalau kamu dari kantor. Berangkat jam berapa?" "Nggak tau. Nunggu Axel dateng. Di sana udah ada Benji sama Ba

  • Candu Cinta Dokter Muda   192. Serangan Dimulai

    "Rai," Gendhis terbangun keesokan paginya setelah tak sadar tertidur di sofa saking cemasnya menunggu sang suami.Saat Gendhis membuka mata, ia sudah tidur nyaman di ranjang, bukan lagi di sofa seperti semalam. Ia itarkan pandangan, cahaya matahari di celah tirai jendela belum terlalu menusuk pandangan, pertanda hari masih belum terlalu siang. Tak ada sosok Rai yang Gendhis temukan di dalam kamar. Buru-buru Gendhis turun dari ranjang, ia cari di sekitar lantai dua, biasanya Rai senang merokok sambil menikmati kopi di balkon. Namun, Rai juga tak Gendhis temukan ada di tempat favoritnya. Tergesa menuruni tangga dari lantai dua, Gendhis menuju kandang para hewan di belakang, nafasnya tersengal, tapi perasaannya lega karena Rai ia temukan tengah sibuk bermain bersama bayi harimau siberia jantannya yang diberi nama Rock."Kupikir kamu pergi," ujar Gendhis masih dengan nafas yang tak teratur. "Udah bangun?" sapa Rai mengembangkan senyumnya. Digendongnya Rock dan dibawanya mendekat pada Gen

  • Candu Cinta Dokter Muda   191. Rangkaian Tanpa Tuntas

    Untuk beberapa saat, Gendhis yang tadinya siap mengajak Rai untuk beranjak ke kamar, akhirnya memilih duduk termangu tanpa suara. Ia menatap ke garis-garis lantai marmer yang ia pijak, sedangkan Rai pun tampak galau, ia isap rokoknya berkali-kali, tanda pikirannya sedang tidak tenang. "Aku udah duga, dia pasti bakalan berani datengin kamu, Rai," tandas Gendhis setelah menarik napas dalam-dalam. "Dia segila itu," urainya. "Nggak pa-pa, aku masih bisa ngatasin sendiri," balas Rai. "Aku cerita karena aku nggak mau ngerahasiain semuanya. Tadinya kupikir aku bisa mendam semuanya tanpa ngasih tau kamu, ternyata akan lebih tenang rasanya setelah kukasih tau ke kamu," ungkapnya. "Makasih udah ngasih tau aku, meski sebenernya aku pun nggak bisa kasih solusi," ucap Gendhis. "Dia ngancam apa?" tanyanya. "Ya biasa, kayak yang sering dia lakuin ke kamu. Ngancam soal reputasinya. Tapi dia lupa kalau reputasinya jauh lebih penting.""Aku harus gimana Rai? Apa kutemuin dia aja ya?"Rai seketika m

  • Candu Cinta Dokter Muda   190. Tempat Mengadu Rasa

    "Hai!" Gendhis segera menyambut kedatangan suaminya yang sedikit terlambat itu. "Rada malem pulangnya Rai?" tanyanya. "Iya, tadi ada partus dan retensio placenta, jadi aku harus bantu keluarin," cerita Rai terlihat lelah sekali. "Mau kubikinin teh hangat?" tawar Gendhis. "Nanti dulu, ke sini dulu, Ane-san," pinta Rai. "Aku pengin meluk kamu bentar," tukasnya. Gendhis yang sudah siap melangkah menuju dapur akhirnya berbalik dan menyusup masuk ke dalam lengan Rai yang terbuka. Suami tampannya ini memeluknya erat, hangat, seolah tak rela melepasnya lagi. "Kenapa? Pasti capek banget ya? Kamu sampe sebegini lemesnya," gumam Gendhis sengaja menangkup kedua pipi Rai dengan telapak tangannya. "Kasus partus tadi, kalau sampai telat bisa bahaya dan mengancam nyawa," dusta Rai. "Tapi udah bisa Dokter Rai atasi kan? Kamu emang seterampil itu, aku nggak pernah ragu," puji Gendhis. "Tadi jadi jenguk Ann kan? Gimana?" "Kayak yang Ben bilang pas ngabarin, Ann udah siuman, udah bisa balas ob

  • Candu Cinta Dokter Muda   189. Tak Gentar Ancaman

    "Berhasil menikahinya?" Mario tertawa meremehkan, ia sengaja menemui Rai ke rumah sakit, tepat sebelum praktik poli Rai dimulai. "Kenapa? Satu hal yang nggak bisa lo lakuin kan?" balas Rai, ia tetap sibuk bersiap untuk pekerjaannya, tak menganggap kedatangan Mario sebagai tamu penting. "Kalian cuma menikah, masih bisa gue hancurin itu.""Dengan reputasi anggota dewan lo yang lagi ada di dasar jurang? Lo nggak takut gue bikin semua pelanggaran lo selama menjabat naik ke permukaan dan diselidiki?" ancam Rai serius. "Mengancam tanpa bukti?" gumam Mario tak gentar. "Nikmati waktu lo memiliki Gendhis sepanjang waktu ini, sembari gue beresi masalah gue dulu. Nanti kalau udah waktunya, bakalan gue minta dia.""Berasa lo yang punya tubuhnya Gendhis. Men, gue suaminya. Dengan kedatangan lo ke sini tanpa takut gini, menurut lo aman buat reputasi lo? Ijin praktek gue udah nggak bisa lo jadiin ancaman ke Gendhis. Dia nggak berutang apapun ke lo karena utangnya udah gue lunasi pas gue ke tempat

  • Candu Cinta Dokter Muda   188. Ikrar Selalu Melindungi

    Gendhis terbangun tengah malam dan mendapati Rai tak ada di sampingnya. Sedikit panik, seketika Gendhis beranjak dari ranjang, terhuyung karena nyawanya masih belum sepenuhnya terkumpul, ia hampir jatuh saat menuruni tangga. Beruntung, Rai sigap memeluknya begitu menyadari Gendhis masih setengah sadar. "Kenapa, Sayang? Kamu mimpi buruk?" tanya Rai ikut panik. "Kukira kamu pergi," balas Gendhis sembari mengatur nafas, matanya terlihat melebar, ia benar-benar ketakutan. "Aku haus, minum sama ngerokok bentar di bawah," jawab Rai. "Lagian aku kalau pergi pasti pamit sama kamu," ujarnya. "Aku takut kalau kamu bertindak tanpa ngasih tau aku, Rai.""Nggak mungkin aku begitu, soal Kiara dan pelaku penabrakan mobilnya Ann udah kusuruh anak-anak buat ngurus, dibawah komando Bang Ardi sama Benji," jawab Rai. "Tenang ya," katanya sembari membopong tubuh mungil istrinya kembali ke kamar. Gendhis mempererat pelukannya di leher Rai, sambil ia tempelkan kepalanya di dada sang suami. Dunianya ter

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status