Beranda / Romansa / Candu Cinta Dokter Muda / 21. Takut Tumbuh Rasa

Share

21. Takut Tumbuh Rasa

Penulis: Sayap Ikarus
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-31 16:07:46

"Ini nggak bisa asal cancel gitu aja sih, Sugar, gila aja ya lo!" cecar Wida, menyempatkan diri untuk menemui Gendhis di lobi hotel.

"Bukan gue yang ngebatalin, tapi klien yang lo terima asal-asalan ini yang bikin acara sendiri," gumam Gendhis menyasar Rai.

"Asal-asalan?"

"Ya iya kan Mi? Asal duitnya gede sih lo nggak peduli mau gue minta libur barang sehari juga."

"Dia bilang lo pasti mau ngelayanin dia, makanya gue oke, itu di samping bayarannya yang emang dia berani ngasih gede," sangkal Wida. "Lagian kalian kan udah saling kenal sejak di rumah sakit itu, nggak masalah juga kalau gue terima job dari dia tanpa sepengetahuan lo, kan?"

"Masalah banget ya Mi, ini nggak sesederhana yang lo kira. Sekarang lo tau kan gimana berkuasanya dia? Dia langsung nge-cancel 3 pelanggan gue sekaligus," sambar Gendhis. "Terus sekarang lo malah ke sini dan protes ke gue. Ya mana gue tau kalau Rai bertindak sejauh ini. Dia power-nya di bisnis nggak macem-macem, gue tau banget. Profesi dia sebagai dok
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Candu Cinta Dokter Muda   22. Kenangan di Awal Rasa

    Rai-Gendhis di masa bertahun-tahun lalu ...."Ayok! Lelet banget kaki lo," paksa Inne, seorang LC senior yang dipercaya oleh pemilik bar untuk menangani pekerja baru. "Masih ada 364 hari lagi yang tersisa buat lo bayar utang bokap lo di sini, jangan buang waktu!" sergahnya mulai tak sabar. Gendhis berjalan terseok, beberapa kali hampir terjatuh karena tergesa mengejar langkah Inne. Tak pernah terbayangkan dalam angan Gendhis bahwa ia akan dijadikan jaminan pembayar hutang oleh papa kandungnya sendiri, Robby Januar. Semenjak kematian ibundanya tercinta karena penyakit kanker rahim, Gendhis yang adalah anak semata wayang harus menjalani kehidupan sulit dan penuh siksaan. Sang papa melampiaskan semua kemarahan dan kekesalan karena ditinggalkan sang istri pada Gendhis yang sebenarnya juga masih sangat terluka. Puncaknya, ketika perusahaannya bangkrut dan kekayaannya ludes, Robby menjadikan Gendhis anak kandungnya sendiri sebagai jaminan hutang dan menjualnya pada salah satu pemberi pinja

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-31
  • Candu Cinta Dokter Muda   23. Penawaran Yang Tertebak

    "Lo banyak kejutannya ya," gumam Rai seusai meneguk minuman beralkohol di gelasnya. "Maksudnya?" Gendhis menoleh lelaki yang duduk di sebelahnya. Rai sangat berbeda penampilannya dengan saat di sekolah. Kini, hanya berdua di dalam ruangan khusus yang disebut room 9 itu, Rai sengaja meminta Gendhis yang menemaninya, tanpa gangguan orang lain. "Lo muncul jadi murid baru, masuk ke atap sekolah dan bikin gue harus berbagi teritorial sama lo, sekarang, lo muncul sebagai jaminan hutang?" "Kamu juga sama, aku nggak nyangka kalau yang disebut Aniki itu kamu. Tato di leher ini, aku nggak pernah liat kalau di sekolah," sahut Gendhis tanpa menatap wajah Rai. "Bakalan jadi masalah buat bar sini kalau sampe ketahuan mempekerjakan anak di bawah umur," ujar Rai. "Apalagi lo pelajar," tandasnya. "Apa boleh aku kabur? Bisa aku lepas dari situasi ini?" "Emang lo mau ke mana? Lari dari sini lo punya tujuan laen? Paling enggak, kalau di sini, lo terbebas dari siksaan bokap lo." "Kamu tau?"

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-01
  • Candu Cinta Dokter Muda   24. Masih Sama, Selalu

    "Aku lagi cari cara buat menolak perjodohan kami," sebut Rai begitu masuk ke ruangan pribadi penthouse-nya. Ada Gendhis mengekor di belakangnya, sengaja. "Setelah waktu pernikahan ditentuin 6 bulan lagi? Bukan karena aku kan?" tanya Gendhis tampak berusaha percaya diri. Rai menghela napas panjang, tapi ia tak menoleh Gendhis. Dibukanya pintu balkon dan ia justru berjalan keluar sambil menggenggam rokoknya. "Rai," Gendhis mengejar, menuntut jawaban. "Aku harus balik lagi ke hidupku, nggak bisa selamanya di sini." "Kamu bisa hidup di sini, aku bisa jamin semua kebutuhan kamu bakalan terpenuhi," balas Rai. Ia sulut rokoknya santai, lalu diembusnya asap itu ke udara. Betapa pikirannya sedang tidak tenang dan hanya bisa ia representasikan lewat kepulan asap putih pekat yang keluar dari mulut dan hidungnya. "Aku punya kehidupan sendiri di luar sana, lagipula aku bukan perusak hubungan orang. Dari awal,

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Candu Cinta Dokter Muda   25. Akan Ada di Tempat Semula

    "Jangan berpikir aku bakalan ngelepasin kamu," serang Rai begitu Gendhis keluar dari kamar mandi. "Kamu nggak bisa menanggung hidup dua perempuan sekaligus Rai, apalagi mengikat hatinya," sahut Gendhis tak mau menatap wajah Rai. Ia selalu berusaha berpaling. "Kamu menikmati pekerjaan ini? Jadi pelacur?" Rai memperjelas profesi yang tengah Gendhis jalani tanpa filter. "Iya, semua kebutuhan hidupku terpenuhi dari pekerjaan ini," kata Gendhis tanpa ragu. "Kupenuhi semua kebutuhan hidup kamu dan berhentilah! Berapa kali aku harus ngasih tau kamu!"Gendhis tersenyum miring, "Aku nggak mau bergantung lagi sama kamu setelah semua yang kulalui, Rai.""Anggap kamu jadi simpananku," sebut Rai gamblang. Mulut Gendhis menganga takjub, wajahnya tampak pias, tak bisa memberi tanggapan spontan lain. Setelah semua yang sudah terjadi pada hidupnya, Gendhis tak memiliki takut pada apapun, tapi kali ini, melihat sikap Rai yang ambigu dan tidak sedang ada di pihaknya, Gendhis merinding. "Waktu bany

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-02
  • Candu Cinta Dokter Muda   26. Jangan Minta Aku Tinggal

    "Kamu bakalan balik dianter sopir," ucap Rai saat ia masuk dari pintu utama, entah dari mana ia pergi sejak sore tadi. Gendhis yang kaget karena kedatangan Rai setelah pergi meninggalkannya di penthouse tanpa berpamitan, hanya bisa mengangguk. Ia beranjak, memberesi isi tas yang dibawanya kemarin sore, termasuk ponsel dan lipstik andalan. Beberapa kali ia tampak membasahi bibirnya, matanya asik mengikuti gerakan Rai yang tengah berganti kemeja, santai sekali bertelanjang dada dan memamerkan tatonya di depan Gendhis. "Sisa kekurangan pembayaran kamu udah diurus orangku," lanjut Rai, "semisal kurang, kamu tinggal bilang," katanya. "Oke," balas Gendhis singkat. "Kalau gitu, aku bisa pergi sekarang?" tanyanya. "Sopirku lagi perjalanan dari rumah ke sini," jawab Rai. "Oh, kukira barusan kamu dari luar sama sopir," pancing Gendhis. Ia sekadar ingin tahu, ke mana perginya Rai selama beberapa jam tadi. "Tadi aku ke rumah sakit, ada partus," sahut Rai tenang. "Pasien minta dipantau langs

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Candu Cinta Dokter Muda   27. Hanya Akan Terluka

    Seperti yang Gendhis minta, meski tetap meminta orang untuk mengawasi dan menjaga sang cinta pertama, Rai tak lagi menemui Gendhis. Selain sibuk dengan pekerjaannya, Rai memberi ruang pada Gendhis untuk merenungkan apa yang sudah mereka lalui dan setidaknya Gendhis memiliki waktu untuk menyadari bahwa keputusan untuk tidak mencampuri hidup masing-masing lagi adalah salah. "Dokter Christ," wajah cantik berpoles natural muncul di pintu ruang praktik Rai, setengah badannya melongok lebih dalam. "Masih ada pasien?" tanyanya. "Baru aja selesai," balas Rai tak acuh. "Nggak lupa kan? Mami ngajak makan malem?""Aku harus pulang ke rumah besar, Kiara. Ane-san nunggu," jawab Rai. Perempuan cantik yang adalah tunangan Rai itu akhirnya masuk dan duduk menghadapi Rai di mejanya. Ia melipat kedua tangannya di depan dada, tatapannya curiga tapi senyum terpatri di wajahnya."Ane-san atau pelacur itu?" tuduh Kiara tanpa basa-basi. "Pelacur itu?" dahi Rai mengerut. "Aku denger rumor soal itu dar

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-03
  • Candu Cinta Dokter Muda   28. Bertemu Lagi dan Lagi

    "Orang yang menunda pesananku kemarin, dia orang penting ya?" tanya Surya, pelanggan VIP Gendhis, seorang anggota Dewan Perwakilan Rakyat, beristri dan beranak dua. "Mas Surya dengernya gimana emangnya?" tanya Gendhis sambil menuang minuman untuk Surya ke dalam gelas. "Permainannya rapi, aku nggak bisa ngelak," balas Surya. "Dia ngirim orangnya, ngancam, sial!" desisnya. "Ada dua orang lagi yang harus batal reservasi," gumam Gendhis menarik lengkung senyumnya. Rutinitas ini adalah pekerjaan yang harus ditekuni Gendhis sepanjang 10 tahun belakangan, ia sudah terbiasa mencipta ekpresi palsu di depan pelanggannya. Termasuk berpura-pura menikmati setiap detik yang ia harus lalui saat bercinta dengan mereka."Aku udah bayar mahal ke Mami, uangku nggak kembali," sahut Surya. "Beruntung, hari ini ada yang mau ngobrol bisnis, jadi kerugianku bakalan teratasi," tambahnya. "Mas bisa berhenti untuk reservasi kalau nggak mau rugi," kata Gendhis santai. "Kamu udah nggak mau melayaniku? Kenap

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04
  • Candu Cinta Dokter Muda   29. Tidak Ada Yang Bisa Menyentuhmu

    "Enggak, ini sekadar rehat dari kesibukan sejenak," kata Surya melirik Gendhis sebentar. "Tuang minum!" perintahnya pada Gendhis. Tanpa menjawab, Gendhis berdiri, mengambil teko di meja dan juga gelas cantik untuk Rai. Dituangkannya teh melati hangat itu hati-hati, dengan tatapan tajam Rai yang tak lepas sama sekali darinya. "Ini soal urusan kiriman barang, ya Pak?" ucap Surya lagi, sedikit menyadari bahwa Rai tengah menatap intens pelacurnya. "Nggak pa-pa kita ngobrolin bisnis tapi ada dia?" tanya Rai menunjuk Gendhis. "Kalau dia sampai bocorin masalah ini, dia tau konsekuensinya, Pak," sahut Surya."Saya bakalan bantu urus barang itu, jaminan tanpa kegagalan, nggak ada kebocoran informasi, tapi saya minta satu syarat lagi ditambahkan dalam perjanjian yang sudah dikirim tadi pagi," gumam Rai. Surya tersenyum, "Apapun itu, Pak. Nggak nyangka Pak Christopher sendiri yang akan datang menemui saya," katanya senang. Rai menyeringai tajam, lagi-lagi, tatapannya beralih pada Gendhis.

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-04

Bab terbaru

  • Candu Cinta Dokter Muda   110. Potongan Memori

    Rai duduk tercenung di sofa, pandangannya nanar ke arah lantai. Sementara, di ranjang kamar perawatan, Gendhis sudah terlelap. Sudah hampir dini hari, tapi rasa syok akibat kabar yang tiba-tiba tadi sore membuat Rai benar-benar kesulitan mencerna kenyataan-kenyataan lainnya. "Dia nggak bilang kalau itu anakku. Gendhis bersikeras kalau aku nggak ada hubungannya sama janin itu. Aku marah, Ann," ungkap Rai lirih, sengaja tak ingin mengganggu Gendhis beristirahat. "Sekarang udah nggak ada lagi, nggak perlu kamu sesali. Seharusnya kalau kalian sempat berhubungan, kamu mikir lebih jauh Christ. Gendhis nggak mungkin berkhianat sama ikatan pernikahan kalian. Kami nikahin kalian itu dalam ikatan yang suci lho, menurut ritual keluarga yang sakral, jangan kamu remehin," omel Ann mengurut kepalanya gemas. "Berantakan semua gara-gara kepalamu nggak inget sama sekali ke dia," desisnya kesal. "Tinggal dua minggu lagi penyerahan posisi Ben, aku terlalu fokus sama itu," ucap Rai menyesal. "Bukan sa

  • Candu Cinta Dokter Muda   109. Darah Dagingmu

    "Apa yang dirasain, Ndhis?" tanya Ann sedikit panik. Pasalnya, dalam perjalanan menuju rumah sakit, Gendhis muntah-muntah hebat. Ia mengeluhkan rasa sakit yang amat sangat di bagian kakinya. Saat tiba di rumah sakit pun, Gendhis segera ditangani, dilakukan cek darah dan cek kondisi janin. "Kaki sakit banget, Ann," keluh Gendhis. "Lemes banget badanku," tambahnya. "Oke, istirahat aja ya, kamu udah ditangani," ucap Ann perhatian. Ia memberi kode pada Danisha untuk menghubungi Rai, mengingat Gendhis tengah mengandung benih sang calon penerus ketua klan. Selama proses observasi, Gendhis beberapa kali muntah lagi. Hasil cek lab darahnya menunjukkan adanya infeksi tifus. Saat hendak dibawa pulang lagi seusai diperiksa, Gendhis justru perdarahan hebat, ia mengeluh tak bisa berjalan sama sekali. "Nggak pa-pa, janinnya aman," ucap Dokter Rangga, dokter jaga di IGD. "Ibu, harus rawat inap ya," tambahnya. "Iya Dok," jawab Ann yang selalu setia mendampingi Gendhis. "Lakuin yang ter

  • Candu Cinta Dokter Muda   108. Tekad Untuk Bangkit

    "Semenjak dikasih anti mual rasanya lumayan, nggak terlalu teler aku," gumam Gendhis saat menemui Ann bersama Rena dan Danisha yang mengajak untuk bertemu. "Axel tau soal kehamilanku?" tanyanya. Rena mengangguk, "Dia kukasih tau soal pernikahan lo dan Abang, jadi dia nggak salah paham soal kondisi lo," terangnya. "Terus masalah pemindahan aset, apa ada tanggapan dari orang-orang yang berkubu sama keluarganya Kiara, Ren?" tanya Gendhis penasaran. "Sejauh ini, kita masih pergerakan senyap, Ndhis," ucap Arino, suami Danisha yang ikut dalam pertemuan. "Kalau kamu udah siap, kamu harus ketemu sama tim hukum kita, habis itu bakalan kita susun pertemuan para pemegang saham. Mereka harus tau kalau keturunan Robby Januar masih ada," terangnya. "Apa aku bisa?" tanya Gendhis lirih. "Aku cuma lulusan sarjana, itu aja bukan dari perguruan tinggi ternama. Jurusanku bukan di bisnis sama sekali," lirihnya rendah diri. Selama menjadi pelacur, Gendhis memang tak melupakan pendidikan. Ia mengambil

  • Candu Cinta Dokter Muda   107. Hilangkan Dari Hidupku

    Menatap wajah pucat Gendhis yang bungkam padanya, Rai melipat kedua tangannya di depan dada. Hanya mata Gendhis yang seakan bicara bahwa Rai tak perlu lagi peduli perihal dirinya. "Bu Gendhis sudah memperlihatkan tanda-tanda dehidrasi, Dok," lapor Dokter Una pada Rai, dokter yang berjaga di IGD.Rai manggut-manggut, meski kesulitan karena memorinya hilang, ia tak bisa mengabaikan laporan Dokter Una yang masih terlihat menghormatinya itu. Dokter Una memang mendengar alasan cuti Rai adalah karena masalah kesehatan, tapi ia tidak paham jika Rai kehilangan ingatan. "Perlu rawat inap?" tanya Rai berdehem, matanya melirik tajam pada Gendhis. "Kalau saya menyarankan rawat inap Dok, mengingat tubuh Bu Gendhis yang sangat lemah. Asupan satu-satunya yang masuk ke tubuh adalah dari infus. BP rendah sekali," ucap Dokter Una. "Ikut kebijakan Dokter Rai saja," tambahnya. "Ada yang berbahaya nggak kalau dibawa pulang?" gumam Rai. "Riwayat K.E.T pada Mbak Gendhis harus jadi perhatian kan Dok? Ap

  • Candu Cinta Dokter Muda   106. Kenyataan Pahit Tak Terhindarkan

    Gendhis mengerang kecil, sudah hampir 2 hari ini ia kepayahan karena tubuhnya mengalami perubahan. Rasa mual menyergap dirinya tak kenal waktu, tiap menit, apapun yang masuk ke mulutnya pasti akan membuatnya memuntahkan isi perutnya lagi."Aku hamil," ucap Gendhis menoleh Danisha yang datang mengunjunginya ke rumah bordil. "Hah?" Danisha melongo kaget, kalimatnya tercekat di tenggorokan. "Hamil?" desisnya syok. Gendhis mengangguk lemah, ia kepayahan. Dimintanya Danisha mengulur tangan untuk memapahnya keluar kamar mandi dan berbaring di ranjang."Terus gimana?" tanya Danisha bingung."Tetep mau kurawat Kak, nggak pa-pa," jawab Gendhis. "Jangan bilang Rai," pintanya. "Dia bapaknya! Harus tau dong!""Enggak! Jangan, aku nggak mau ngrecokin langkahnya. Tinggal selangkah lagi dia jadi ketua, jangan diganggu, Kak," kata Gendhis tak setuju.Danisha menghela napas panjang, ia tak bisa memahami arah pikiran Gendhis kali ini. Hamil dengan gejala morning sickness saja sudah sangat menyulitka

  • Candu Cinta Dokter Muda   105. Berakhir Tanpa Tapi

    Ketegangan yang terjadi di meja makan dan sempat membuat Gendhis merasa dipojokkan akhirnya cair karena Bastian dan Benji beserta anak dan istrinya datang. Kiara tak lagi bersuara, ia tahu semakin banyak ia bicara, semakin Rai ilfeel padanya. "Ngeliat Christ bawa Kiara ke sini pasti melukaimu," kata Bastian duduk menemani Gendhis merokok di serambi depan. "Sebentar lagi, pengambilalihan aset bakalan selesai prosesnya, keluarga Kiara nggak akan berkutik, ini bakalan jadi pukulan keras buat para tetua juga. Siapkan diri kamu buat tampil dan bikin Christ menyesal," katanya. "Kalau aset yang dikuasai keluarganya Kiara berhasil kita akuisisi, apa semua kekayaannya juga bisa jadi milikku, Bang?" tanya Gendhis. "Bisa jadi, karena kekayaan yang mereka kumpulkan selama 13 tahun ini adalah hasil dari keuntungan atas aset keluargamu yang mereka kuasai dari hasil menipu dan menjebak papamu.""Ada dua himpunan pengacara yang kita rekrut di pihak kita," kata Benji ikut menimpali, ia datang memba

  • Candu Cinta Dokter Muda   104. Tanda Keluarga

    "Kami resmi bercerai," desis Gendhis sambil menyesap teh hangat yang disajikan Ann untuknya. "Maaf ya, Gendhis," kata Ann turut prihatin. "Sekarang, kalau kamu butuh bantuan apapun, langsung ke kami aja," ucapnya. "Tolong jangan kasih tau Rai soal masalah aset keluargaku dulu, Ane-san," pinta Gendhis. "Aku nggak mau dia tau soal aku yang minta bantuan ke Mario juga.""Enggak, aku sama Ben sepakat buat nggak bahas apapun soal kamu ke Christ, jadi kamu tenang ya."Gendhis mendesah lega. Hari ini, setelahl putusan cerainya dengan Rai terbit tiga minggu yang lalu, ia sengaja memenuhi undangan Ann untuk datang ke rumah besar. Katanya, Ben berulang tahun dan setelah selesai perayaan ulang tahun Ben, posisinya sebagai ketua akan segera digantikan oleh Rai. "Kalau Rai dateng ajak Kiara, aku harus gimana?" desis Gendhis khawatir. "Aku yang ngundang kamu, jadi kamu tamuku, nggak ada hubungannya sama mereka, ya?" ujar Ann menenangkan. "Tapi gimana aku bakalan nyelametin hatiku, Ane-san?" G

  • Candu Cinta Dokter Muda   103. Setinggi Gengsi

    "Ke mana aja?" tanya Rai, meminta untuk mengobrol berdua saja dengan Gendhis. "Ada," jawab Gendhis. "Sibuk kerja," katanya. "Kamu jalan sama dia?" Rai mengedikkan dagunya ke arah Axel. "Dia banyak bantu aku, bukan hubungan kayak yang ada di pikiranmu. Lagian, seharusnya kamu nggak usah peduli soal sama siapa aku jalan setelah kita cerai kan, Rai?" "Aku cuma nanya doang," gumam Rai. "Minggu ini sidang kita sampe di putusan," ujarnya. "Iya," Gendhis mengisap rokoknya dalam-dalam. "Aku juga dapet pemberitahuan dari pengadilan kok," tukasnya. "Ah, iya," Rai manggut-manggut. "Gimana kamu? Apa ada perkembangan soal kapan tahtanya Ben bakalan turun ke kamu?" tanya Gendhis. "Para tetua udah ngobrol kata Kakek, tinggal nunggu keputusan Ben, kapan dia ngelepasin posisinya.""Soal pernikahan kamu sama Kiara?""Nanti kukirim undangan, lagi dalam proses persiapan," kata Rai. Gendhis tersenyum pias, rasa nyeri menjalari ulu hatinya. Ia sudah belajar untuk mengikhlaskan, membiarkan Rai meng

  • Candu Cinta Dokter Muda   102. Rindu Hadirmu

    "Sejauh mana proses sidang perceraian kalian?" tanya Danisha saat Rai mampir ke kasinonya. "Tinggal nunggu putusan minggu ini. Verstek," ucap Rai seraya meneguk minumannya. "Di mana dia?" tanyanya mengitarkan pandangan. "Seminggu yang lalu, Gendhis ngundurin diri, dia juga nggak mau tinggal di rumah gue lagi," jawab Danisha. Rai tersedak, terbatuk beberapa kali mendengar kalimat Danisha. Matanya memerah kaget, ia sama sekali tidak tahu perihal kepergian Gendhis dari rumah Danisha. "Kenapa lo nggak ngasih tau gue kalau dia pindah? Pindah ke mana?" tanya Rai. "Emang lo siapanya? Kalian udah cerai kan? Ya ngapain gue laporan ke lo," kata Danisha santai. "Dan nggak tau dia pindah ke mana," tandasnya terlihat sangat puas saat menyadari ekspresi panik dari sang ponakan. "Sha," Rai mendesih kecewa. "Ya paling enggak gue tau harus ngirim akta cerai kami ke alamat mana," tandasnya. "Kasih ke gue, nanti kalau dia hubungin gue, biar gue sampein. Kalau nggak, lo coba ajak dia ketemu, punya

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status