Share

Carabella's Secret
Carabella's Secret
Penulis: ratihardianti06

Prolog

Detiknews_cakrawala

Jumat dini hari, telah terjadi kasus pembunuhan di jalan merpati. Korban merupakan seorang wanita berusia 25 tahunan yang diketahui bekerja sebagai PSK. Korban dibunuh dengan cara sadis. Pihak polisi berpendapat, bahwa mereka baru kali ini menangani kasus seperti ini. Hati-hati dia masih berkeliaran. Bisa saja si pelaku ada di sekitar kalian.

“Loh Ra mau ke mana?”

Nada buru-buru mengejar Ara yang membuka pintu mobil hendak pergi. Ara menengok ke arah Nada sekilas lalu menjalankan mobilnya.

Ara memperhatikan TKP. Ia melihat kerumunan orang yang ingin menerobos garis polisi. Sebagian dari mereka ada yang membawa kamera. Beberapa ahli forensik sibuk dengan perlengkapan metalurgi dan balistik yang mereka bawa. Rasa penasaran membawanya kian mendekat.

Mata Ara mengarah tepat pada tubuh mayat. Mata mayat itu terbelalak dan mulutnya dipaksa senyum dengan cara menjahit kedua ujung bibir. Beberapa tikaman, ada tusukan kecil dan ada yang menembus otot pada leher korban. Parahnya lagi, pelaku memotong semua jari tangan dan disusun rapi membentuk sebuah angka.

21

Ara juga mendengar pembicaraan seorang polisi dengan ahli forensik di sana.

“Mayat ini tidak berorgan dan lidahnya sudah hilang,” ucap pak Stewart. Dia ahli forensik dalam bidang patologi dan zat-zat kimia.

“Ini kasus tersulit yang pernah saya temui sepanjang karir Saya,” cetus polisi itu.

“Pelaku memperlakukan mayat ini seperti seni.”

“Maksudnya?” 

“Sebenarnya Saya tidak ingin mengatakan ini. Organnya dikeluarkan secara rapi lalu pelaku menjahitnya kembali. Baju korban saja masih bersih tanpa bercak darah sama sekali.” Penjelasan panjang dari pak Stewart mampu membuat polisi terdiam.

“Bagaimana dengan kode angka itu?”

“Biarkan badan intelijen yang memecahkan.”

"Kau menemukan barang bukti?"

"Nihil semua bersih dan rapi."

“Apakah ini perbuatan hmm ... psikopat?

“Yes, seorang psikopat cenderung melakukan hal-hal di luar nalar. Dia suka mencari perhatian dan selalu ingin diperhatikan. Bisa dibilang kita lah penontonnya.”

“Kami membenarkan berita atas pembunuhan wanita yang diyakini sebagai pekerja seks komersial. Ini kegagalan kami dalam kasus ini, kami belum bisa menemukan pelakunya. Tapi kami masih terus berusaha sembari menunggu hasil dari forensik.”

“Kami masih menelusuri pola kasus ini, apakah dilakukan oleh orang yang sama atau hanya peniru, mengingat kasus ini tidak jauh beda dengan kasus yang sempat viral di Italia.”

Seseorang berdiri menatap televisi dengan senyum mengejek. “Itu hasil karya indahku,” cicit orang itu.

Senyumnya perlahan memudar berganti tawa tertahan yang lama-kelamaan menjadi tawa nyaring, begitu melengking.

Orang itu berganti posisi menuju sebuah alat musik bersejarah di era 90-an. Mengambil piringan hitam dan menghidupkannya. Sebuah lagu mengalun. Lagu yang selalu ia senandungkan sebelum membunuh korbannya.

Lagu ini memiliki pembawaan yang gembira. Tapi, lain cerita jika dinyanyikan oleh seorang psikopat. Sepertinya, kalian harus berpikir dua kali jika ingin mendengar lagu ini.

Tiptoe through the window

By the window, that is where I'll be

Come tiptoe through the tulips with me

Oh, tiptoe from the garden

By the garden of the willow tree

And tiptoe through the tulips with me

Knee deep in flowers we'll stray

We'll keep the showers away

And if I kiss you in the garden, in the moonlight

Will you pardon me?

And tiptoe through the tulips with me

Mendengar lagu ini diputar senyumnya perlahan mengembang. Mengikuti setiap bait lagu seraya menari sambil berputar-putar. Kalian tahu pennywise? Tokoh badut dalam film IT. Seperti itulah dia sekarang.

Dia sangat menikmati momen ini. Setiap mendengar lagu ini dirinya merasa bergairah dan hasrat ingin membunuhnya terpuaskan. Dia menggores sendiri lengannya dengan pisau. Sebelum darah menyentuh lantai ia menjilat darah itu rakus. Tidak ada raut kesakitan. Rasa sakit sudah menjadi alien asing baginya. Sangat puas, meski jiwa obsesinya tidak akan pernah padam.

“Aku ingin daging, ayo kita mulai perburuan ini.”

“Tidak, tidak,  jangan sekarang.”

“Aku tidak ingin membuat seni saat ini.”

“Lollipopku juga masih banyak.”

Orang itu terus melantur tanpa ujung. Suaranya sungguh mencekam di malam ini. Lagu dimatikan. Dia berniat pergi, untuk melihat mainannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status