Share

Part 2 : Apa yang terjadi?

“Berdosa itu manusiawi tapi membenarkan dosa adalah perbuatan iblis”

-Leo Tolstoy-

Mansion, 12:01

Suasana sepi menjalar di dalam Mansion. Ditambah lagi cuaca yang tidak bersahabat. 

Ke mana semua orang? 

Tepatnya jam dua belas malam tadi Mario dan Larasati sudah terbang ke Italia dengan pesawat pribadinya. Sedangkan, Ata belum juga kembali dari sekolahnya.

Dan gadis kecil itu ada di balkon kamarnya. Tidak ada niatan untuk beranjak dari sana. Ara menatap hujan, pikiran gadis itu sungguh tidak tenang sepeninggal kedua orang tuanya. Kenapa ia merasa sesuatu yang besar akan terjadi.

“Cepat kembali Mah, Pah. Ara takut.”

Kring kring kring

Suara telepon rumah berbunyi nyaring di dalam Mansion sepi ini.

“Hello, with the Damian Family. Can I help you?”  Telepon diangkat oleh maid wanita berumur lima puluh tahunan yang bekerja paling lama di sini.

“....”

Jegerr

Suara petir menggelegar di luar sana bertepatan dengan gagang telepon yang dijatuhkan. Hujan turun dengan deras. Tubuhnya merosot ke lantai dengan tangan membekap mulut.

Ya Tuhan, ini sungguh tidak adil, batinnya.

Dirasa kesadarannya sudah kembali, ia segera berlari ke atas tepatnya menuju kamar nona muda.

Brak

Suara bantingan pintu mengagetkan gadis kecil di dalam sana.

“Non, kita harus pergi sekarang!” Ia berkata sambil memasukkan baju-baju Ara ke dalam koper dengan tangan gemetar.

“Kita mau ke mana Bi?” tanyanya dengan wajah polos.

“Nanti bakal Bibi jelasin, sekarang Non pakai jaket sama topi ini dulu.”

Menurut saja, Ara lantas memakai topi dan jaket yang diberikan oleh bibi.

“Ayok Non!” ajak bibi langsung mencekal tangan Ara.

Ara mengentakkan tangan bibi kasar. “Tapi kita mau kemana, Bi?”

“Indonesia,” jujurnya.

“Gak mau, keluarga Ara di sini!”

Ya Tuhan, begitu sayangnya gadis kecil ini dengan keluarganya. Entah, apa yang akan terjadi nanti jika gadis kecil ini tahu yang sebenarnya.

“Orang tua sama kakak Ara sudah di Indonesia.” Dengan senyum tulus bibi terpaksa berbohong.

“Beneran, Bi?”

“Iya Non.”

Mendengar itu Ara tersenyum lebar. “Kalau begitu ayok Bi!”

Pedih. Ya, pedih rasanya mendengar ucapan itu.

Mereka bergegas turun menuju luar Mansion dan sudah ada mobil yang menunggu. Ara melihat sekilas ke sekitar Mansion, dahinya mengernyit bingung. Ke mana semua orang?

“Ayok masuk Non, hujannya makin lebat,” pinta bibi sambil membawa Ara masuk ke dalam mobil.

Dirasa majikannya sudah aman, lantas mobil itu melaju membelah jalanan yang sepi. Ditambah lagi hujan lebat di luar sana yang membuat suasana semakin mencekam. 

**** 

Baru saja mobil Ara pergi, ada dua mobil masuk ke dalam pekarangan Mansion yang sudah sepi. Mobil jeep dan satu lagi mobil Lamborghini hitam mewah.

Keluarlah pemilik mobil tersebut. Seorang pria tampan memakai tuxedo hitam, kacamata hitam, sepatu hitam, jam tangan hitam yang pasti harganya di atas standar.

“Cepat cari di mana dia! Dan bunuh siapa pun yang menghalangi!” 

“Siap Bos!” ujar mereka serempak yang merupakan anak buah pria itu.

Sementara pria itu hanya duduk menunggu di ruang tamu. Pria itu menyilangkan kedua kakinya, sesekali melihat ke arah sebuah benda antik yang melingkar apik di pergelangan tangannya.

“Lapor bos, tidak ada siapa pun di sini termasuk ... dia!”

Dorr

Suara tembakan menggelegar di dalam Mansion sepi ini. Naas sekali nasib orang yang melapor tadi. Tergeletak di lantai dengan kepala bersimbah darah. Pastinya, mati.

Yang lain hanya mampu melihat dengan kepala tertunduk gemetar.

Pria tadi mengambil sapu tangan dari saku tuxedonya, mengelap wajahnya yang terkena cipratan darah.

“HAHAHA,” tawanya yang terdengar begitu menyeramkan. “Mau main-main denganku rupanya, hmm?”

“Okey, let’s play the game. I will find you,” lanjutnya tersenyum menyeringai.

Lantas ia berlalu pergi meninggalkan Mansion menuju mobil serta diikuti anak buahnya. Ia melihat sekilas ke arah Mansion dengan tatapan datar dan dingin, barulah ia masuk ke dalam mobil. Mengemudikan mobilnya laju dengan tangan mencengkeram erat setir. 

**** 

Dilain tempat. Tepatnya di Bandar Udara Internasional John F. Kennedy kota New York. Dua orang perempuan berbeda usia sedang duduk di kursi tunggu, menunggu panggilan naik pesawat dan take off.

Gadis kecil itu mengayunkan kakinya yang tidak menyentuh lantai. Melihat ke kiri dan ke kanan sambil mendongak karena ia mengenakan topi.

Cantik sekali.

Anak siapa itu, menggemaskan.

Mata birunya sungguh indah.

Mendengar celetukan-celetukan itu bibi langsung membenarkan topi yang Ara kenakan, hingga menutupi sebagian wajah dan matanya. Ara menoleh dan tersenyum ceria dibalas bibi juga dengan senyum menyiratkan kepedihan. 

**** 

Bandara Soekarno-Hatta, Indonesia.

Gadis kecil itu menginjakkan kakinya kembali ke tanah kelahirannya. Sedikit asing, karena lama tinggal di negara Amerika.

Bibi menggandeng tangan Ara, berjalan tergesa-gesa hingga tidak sengaja menabrak sepasang suami istri yang juga menggandeng anaknya. Mereka juga baru turun dari pesawat.

“Maaf, Saya tidak sengaja,” kata bibi sambil membungkuk.

“Ah ya, tidak apa-apa saya juga minta maaf,” balas wanita itu ramah.

“Mohon maaf kami sedang terburu-buru,” ucap seorang pria yang diketahui adalah suami dari wanita itu.

“Kalau begitu kami permisi,” angguk wanita itu.

Sebelum mereka beranjak Ara sempat mendongak. Tatapannya bertemu dengan manik mata hitam milik seorang anak lelaki suami istri tadi. Mereka berjalan menjauh berlawanan arah. Ara menengok ke belakang dan anak lelaki tadi juga melakukan hal yang sama.

“Mata birunya cantik,” batin anak lelaki itu.

Lalu keduanya menatap ke arah depan kembali. 

**** 

Dan tanpa seorang Aglaea Carabella Damian sadari dengan menginjakkan kakinya kembali kesini, perjalanan hidupnya baru dimulai. 

Dari mulai mengubah semua identitas dirinya, bertemu orang-orang baru, bahkan mengubah segala yang ada pada dirinya.

Yang awalnya merupakan pribadi yang ceria menjadi pribadi yang dingin tak tersentuh.

Sekejam apa takdir mempermainkan dirinya?

Sanggupkah seorang Ara menjalani kehidupannya?

Dan sebenarnya apa yang sudah terjadi?

Lagi-lagi hanya Ara dan Tuhan yang tahu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status