Share

Part 4 : Pertemuan

Kepercayaan, sama seperti gelas. Setelah hancur tidak akan pernah sama lagi.

-Almeer-

Deg

Matanya gak asing.

Mata itu.

Batin masing-masing kedua orang itu.

“Woi Al, lo mah main ninggalin aja,” teriak Zino dari arah belakang. Ia berusaha mengatur napas akibat berlari mengejar Al. Disusul kedua temannya yang lain.

Teriakan Zino berhasil membuat kedua insan berbeda gender itu tersadar dari aksi tatap-tatapannya.

“Anjir ada bidadari. perasaan tadi ngejar Al masih di sekolah sekarang udah di surga aja,” ucap Zino menatap Ara tanpa berkedip.

Zeno menampol keras kepala kembarannya.

“Emang masih di sekolah bego!” ujarnya sarkas.

“Murid baru ya neng? Pindahan dari mana? Namanya saha? Ih meni geulis pisan. Boleh dong kita kenalan dulu,” tanya Zino beruntun sambil menjulurkan tangannya.

Sepertinya sisi buaya Zino sedang mode on. Ara memutar bola mata malas tanpa berniat menerima uluran tangan itu dan memilih pergi dari sana.

Gelak tawa terdengar memenuhi SMA Cakrawala. Semua yang melihat kejadian tadi tertawa terbahak-bahak. Bagaimana tidak? Baru seorang Ara yang menolak pesona dari salah satu anggota inti Griffins.

“DIAM!” titah Al dengan sorot mata tajam.

Semua yang mendengar langsung terdiam, jika sang ketua Griffins sudah seperti itu tidak ada lagi yang berani mengusik. Cari mati itu namanya.

“Cabut!” Al berlalu pergi menaiki motor sport meninggalkan area sekolah diikuti ketiga temannya.

Siapa yang tak mengenali geng Griffins. Griffin dalam bahasa Yunani berarti Gryphos yang artinya singa-rajawali. Oleh sebab itu, Griffin merupakan penggambaran makhluk yang paling berkuasa atas kedua hal tersebut dan dijuluki sebagai "Raja hewan buas dan penguasa udara".

Didirikan oleh seseorang dengan nama Trisna Xzander yang tak lain adalah ayah dari Al. Geng yang terkenal di Jakarta karena kebringasan dalam melumpuhkan lawan.

Tak hanya itu, geng ini juga terkenal karena solidaritas yang tinggi dan selalu membantu kaum yang lemah. Berjumlah sekitar 300 orang tersebar luas di masing-masing kota.

Semua orang tahu selogan mereka. “Datang, lawan, menang.” Jika kata keramat itu sudah diserukan berarti akan ada perang yang menanti dan tidak ada lagi waktu musuh untuk mundur.

Nathaniel Sebasta, menjabat sebagai wakil ketua. Pria dengan tubuh tinggi dan kekar. Bersifat sebelas dua belas dengan sang ketua, datar dan dingin. Berbeda dengan wajahnya yang manis dan mata sipit saat tersenyum. Ahli dalam menyusun strategi dan penasihat jika sang ketua salah mengambil langkah.

Zino Arkatama, pria dengan wajah imut ini terkenal dengan mulut manisnya. Di cap sebagai playboy Cakrawala. Hampir semua siswi pernah jadi korban ghosting cowok satu ini. Hari ini putus besok ada yang baru. Walaupun bobrok ia ahli dalam urusan mengotak-atik komputer, hacker.

Zeno Aristama, kembaran dari Zino. Sifatnya hampir sama dengan Zino tapi tidak separah kembarannya itu. Jika Zino sering berganti-ganti pacar tidak dengan Zeno, yang hanya suka menggoda. Ahli dalam hal menghilangkan jejak jika tidak sengaja lawan mereka terbunuh.

Dan terakhir, Reiga Almeer Xzander. Ketua dari geng Griffins terkenal dengan paras yang amat sangat tampan bak dewa. Mata hitam tajam bagai elang, membuat siapa pun yang menatap langsung kicep. Wajah yang senantiasa datar dan dingin tapi tetap saja tampan. Ahli dalam hal bela diri. Berwawasan luas, tidak mudah gegabah dalam mengambil keputusan. Itulah yang membuat Al pantas menjadi ketua. 

**** 

Ara berdiri di depan pintu kelas XI IPA 2 yang terbuka lebar. Ia masuk dengan santai, berjalan menuju kursi paling belakang pojok kelas. Menghempaskan dirinya di kursi dan menenggelamkan wajah pada lipatan tangan.

Semua yang dilakukan Ara tidak luput dari tatapan semua penghuni kelas, saat sibuk sendiri mencari bangku dan teman duduk.

“Hai, gue duduk di sini ya?” Merasa tak ada pergerakan dari sang empu, ia lantas duduk dengan senyum yang selalu menghiasi wajah cantiknya.

Gadis cantik itu tidak suka dengan suasana hening. Ia mencoba berkenalan dengan perempuan yang duduk sendiri di bangku seberang.

“Eh yang di samping kenalan kuy, nama gue Nada Geovanni panggil Nada aja,” serunya sambil menjulurkan tangan.

Diterima baik oleh perempuan tadi. “Gue Tasya.”

Ara terbangun dari tidur karena mendengar suara berisik dari arah samping. Siapa yang sudah berani mengganggu tidur nyenyak Ara, liat saja.

“Umm sorry tidur lo keganggu karena suara cempreng gue ya, hehe.” Nada tersenyum kikuk.

“LO!” Ara menghela napas berat. “Emang gak ada tempat lain ya?  Kenapa harus disini sih!” sentak Ara terkesan datar tapi menyakitkan untuk didengar.

Nada hanya melongo tak percaya. Bukan Nada namanya jika tidak bisa mengubah suasana.

Nada melirik sekilas ke arah name tag seragam Ara. “Gak ada lagi Ra. Gue duduk sini aja ya biar lo gak duduk sendiri. Di sini banyak buaya, jadi gue mau jagain lo dari para buaya itu.” 

Nada menunjuk ke arah gerombolan laki-laki di meja guru.

“Gimana Ra boleh ya? Yayaya,” ucap Nada menggoyang-goyangkan tangan Ara.

Daripada cewek bawel ini tidak berhenti bicara, Ara terpaksa mengiyakan saja. Toh, tidak ada ruginya juga. Hanya saja Ara harus kebal kuping mendengar segala ocehan Nada.

Tanpa rasa takut Nada tiba-tiba memeluk Ara dengan wajah semringah. Sedangkan Ara hanya pasrah akan kelakuan cewek ajaib itu.

“Gue serius Ra, bakal selalu jagain lo dan ada buat lo,” batin Nada. 

**** 

Di warkop babeh, berada tidak jauh dari SMA Cakrawala sangat ramai oleh para anggota Griffins. Tidak hanya dari SMA Cakrawala saja tetapi dari sekolah lain juga ada. 

Karena hari ini hari pertama masuk sekolah, KBM juga belum aktif, jadi mereka memilih bolos saja. Bodo amat dengan absen yang tetap jalan.

“BEH, NASI GORENG SAMA ES TEH KAYA BIASA,” teriak salah satu anggota Griffins yang merupakan adik tingkat mereka.

“WOI PANJUL BIASA AJA KELES GOSAH TERIAK-TERIAK!” hardik Zino.

“LAH, LO JUGA TERIAK BANG,” balasnya.

“LAH, IYA JUGA YA.”

“Goblok.” Mereka berdua tertawa ngakak. Menertawakan kebegoan diri mereka yang sudah mendarah daging.

Yang lain hanya geleng-geleng kepala pusing. Mereka pikir jika Panjul akan lebih cocok jadi kembaran si Zino.

“Lo kenal sama cewek yang tadi lo tabrak Al?” Pertanyaan dari Zeno membuyarkan lamunan Al.

Sedari tadi Al memang melamun. Entah, apa yang sedang dipikirkan. Ia merasa tidak asing dengan gadis yang tadi ia tabrak apalagi matanya.

“Gak,” jawabnya singkat.

“Serius Al? Cakep loh, banget malah. Kalo gak mau buat gue aja.” Kini Zino yang ikut memanas-manasi ketuanya itu.

“Serah.” Ada perasaan mengganjal saat ia mengucapkan itu. Tapi, ah sudahlah.

Al mengambil sebatang rokok di atas meja, menyalipkan di antara bibir ranumnya. Saat ingin menyalakan korek, deruman suara motor bersahut-sahutan datang menghampiri.

Mereka yang di warkop menghentikan aktivitas masing-masing. Sudah tahu betul siapa yang suka mencari-cari masalah dengan geng Griffins. Siapa lagi kalau bukan geng Black Jack.

Orang yang pertama sampai membuka helm lebih dulu lalu turun dari motor. Berjalan mendekat ke arah warkop.

“Gue tantang lo nanti malam balapan lawan gue,” ucap laki-laki yang diketahui adalah ketua geng Black Jack, Leon Wijaya.

“Kalah terosss jangan sok keras,” ejek Zino yang membuat anggota lain tertawa puas.

Leon mengepalkan tangan emosi. “Intinya kalau lo gak datang tandanya lo pengecut!” tunjuk Leon di depan muka Al.

Al melipat kedua tangan di depan dada maju satu langkah. “Oke, dan lo harus siap dengan kekalahan lo, lagi.”

“Kita liat aja.” Leon berbalik menuju motor diikuti anak buahnya. “Akhirnya masuk perangkap juga lo Al.”

Ia tersenyum sinis dari balik helm kemudian berlalu pergi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status