Share

mantan? big, no!

šŸŒ·šŸŒ·

Menjalin hubungan dengan mantan? Tidaaak ....

Aku meremas rambut menirukan gaya perempuan saat melihat suaminya yang direbut pelakor.

Memimpikannya saja aku tidak berani, apalagi sampai menginginkan itu terjadi. Kata Papa gula alias sugar dady, mantan itu rasanya kaya sayur kemarin lusa. Asem, kecut, basi! Mau dihangatkan pake cara dipresto juga rasanya akan tetep nggak enak. Jangan dicicipi, letakkan ke tempat pembuangan sampah yang terdalam, biar dia tenggelam dan nggak bisa bangkit lagi. Nggak percaya? Sana cobain deh.

Hari ini Dewi tidak ada kabar, terakhir di chat dia bilang kalau masih sibuk mengurus pernikahannya. Ya sudah. Urusan comblang menyomblang ini biar aku yang tangani sendiri. Malu jika sampai urusan jodoh teman pun turun tangan. Kan katanya jodoh ada di tangan Tuhan, jadi biarlah takdir Tuhan yang berbicara, dan aku yang melakukannya semaksimal mungkin. Hiya ... bisa ngomong bijak aku. Hahaha

Sore ini langit mendung, hujan turun rintik-rintik mirip air mataku yang jatuh tapi ditahan. Hiks ... ketemu mantan bikin aku galau parah. Pengen nangis sambil guling-guling di lantai sambil teriak minta cepet dikawinin sama anak Pak rete yang baru lulus esde.

Plak! Sadar, The. Malu sama umur!

Akhirnya aku hanya memilih duduk di kursi dekat jendela. Tadinya aku mau keluar buat mandi hujan. Kata mamanya temen aku, mandi hujan bisa bikin kita enteng jodoh!

Lah, apa hubungannya?

Jadi gini, air hujan yang turun ke bumi itu tanda malaikat sedang turun. Jadi kalo kita mandi hujan, itu tandanya doa malaikat nempel di badan kita. Au, ah. Filosofi sesat!

Tapi belum sempat kaki ini melangkah menuju teras, Papa sudah melotot dengan tangan memegang gagang sapu. Iya, guys, Papa emang nggak suka liat anaknya seneng mandi hujan. Karena beliau paham banget, aku kalo abis mandi hujan, pasti langsung meriang. Uuhh, Papa, i lope you!

Dari keempat anak Papa, aku si bungsu yang paling disayang. Secara hanya akulah satu-satunya perempuan di sini pengganti Mama.

Papa di kamar, entah sedang apa. Di masa pensiunnya sebagai mantan karyawan Pertamina, ia lebih suka menghabiskan waktu mengurus burung-burung dalam sangkar. Bahkan jatah jajan para peliharaan Papa lebih mahal dari aku yang anaknya sendiri. Fix Papa nggak adil!

Aku menoleh skincare di meja rias, sudah mau habis. Aduh, jangan sampai ini muka kelihatan lebih tua dari umur, malu. Bisa-bisa gagal dapat jodoh anak sultan.

Fix, aku memutar otak. Ide cerah, secerah hati ini saat berhasil ngedate sama lelaki ganteng melintas di pikiran. Aku segera menyambar ponsel yang ada di nakas.

ā€œAbang!ā€ teriakku saat telepon diangkat.

ā€œApa, Dek. Abang lagi lembur, nih.ā€

ā€œSkincare aku abis, kirim uang, ya.ā€

ā€œOke, nanti Abang transfer.ā€

Tut ... tut ....

Sambungan terputus, Abang sulung emang pekerja keras yang baik hati. Beberapa menit kemudian, ada notifikasi dari e-bangking, memberitahukan ada transferan masuk.

Hore ... bisa beli skincare lagi.

Sampai malam menjelang, Dewi belum bisa dihubungi. Okelah, untuk 27 hari ke depan. Aku akan berjuang sendiri mencari jodoh.

Fighting Theresia!

šŸŒ·šŸŒ·

Kuku kriukk ....

Suara ayam berkokok nyaring, membuat perutku mendadak lapar. Kuku digoreng sampe kriuk kaya gimana rasanya, ya? Ah, sudahlah.

Aku bangun dengan malas. Hari ini belum lihat grup CCC dan memilih siapa lagi partner kencanku. Aduh, mikirin gagalnya kencan tiga hari ini membuatku sukses shock. Laki-lakinya nggak ada yang bener. Ada yang bener, malah mantan pacar. Ihhh.

Jam di dinding menunjukkan pukul sembilan pagi dan aku baru dengar suara ayam berkokok. Ayamnya yang telat bangun, atau aku yang tidurnya kaya kebo?

Dari teras, terdengar suara Papa lagi ngobrol asyik. Entah dengan siapa.

ā€œWah, kalo mancing mah hobi banget!ā€ seru Papa pada seseorang yang entah siapa. Masa sama si Mona, burung Lovebird jenis blue ice.

Jangan-jangan sama Bi Sumi! Ah, masa sih Papa ngobrol asyik begini sama Bi Sumi. Tumben banget. Jangan-jangan Papa mau jadiin Bi Sumi pengganti Mama? Ah, nggak bisa dibiarin. Aku harus tau Papa ngobrol sama siapa.

Aku bergegas keluar kamar dan menuju teras sebelah kiri, di mana sepuluh sangkar burung berjejer rapi, juga ada kursi kayu untuk duduk santai.

ā€œPapa, lagi ngobrol sama siapa. Kok asyik bang ....ā€

Ke ....

Ya, bangke. Aku memilih kata itu saat melihat sosok yang menemani Papa ngobrol. Denis!

Etdah, dia tahu alamat rumah aku dari mana? Aku curiga dia beneran maen dukun.

ā€œEh, calon istri udah bangun?ā€ ucapnya basa basi busuk. Aku melipat kedua tangan di dada, lalu membuang muka ke arah lain.

ā€œThe, kok nggak pernah cerita kalo pernah punya pacar sama Denis?ā€ tanya Papa.

Aku pacaran dengan Denis sebelum kerja di perusahaan milik Papanya Dewi. Saat itu hubungan kami lagi anget-anget kaya tai ayam yang baru keluar, sampai insiden pemalakan terjadi. Saat itu Denis mengatakan ingin pinjam uang karena adiknya sakit, aku sebagai pacar yang baik hati dan tidak sombong meminjamkannya dengan sukarela dan ia berjanji akan segera mengembalikan jika sudah gajian.

Satu tahun pacaran bukan waktu yang sebentar, apalagi bertemu setiap hari dalam satu atap. Rasanya pengen nempel aja terus. Namun tidak ada angin dan hujan apalagi badai, Denis meminta putus dan saat itu juga resign dari kerja.

Aku ... shock dan menangisi kepergiannya selama tujuh hari tujuh malam. Dia berhasil bikin aku jatuh dan nggak bisa bangkit lagi, sampai tenggelam dalam lautan luka terdalam.

Aku kembali menatap ke arah dua lelaki yang sedang asyik mengobrol, lalu berjalan mendekat.

ā€œKamu tahu alamat rumah aku dari mana?ā€

Seingatku, aku belum pernah mengajak Denis ke rumah, apalagi ketemu Papa. Saat itu aku terlalu takut karena Papa meski kadang nggak jelas pemikirannya, dia tipe lelaki yang galak.

ā€œKamu lupa, data kamu di grup CCC kan lengkap. Gampang lah cari alamat calon istri.ā€

ā€œNggak usah ngimpi!ā€

ā€œNggak apa-apa kali mimpi. Kan nanti kita wujudkan bareng.ā€

Astaga ... aku melupakan satu hal. Denis termasuk orang yang keras kepala. Debat dengannya hanya akan menimbulkan serangan jantung mendadak. Satu-satunya cara paling aman adalah kembali kamar. Balik badan, kabur!

Aku meraih ponsel di nakas, membuka grup CCC. Deretan akun lelaki berjejer rapi siap dipilih dan dijadikan tumbal, eh, teman kencan.

Kapok dengan poto profil ganteng, akhirnya aku memutuskan memilih akun tanpa poto. Biarkan nanti jadi kejutan saat pertemuan nanti.

Aku segera mandi dan bersiap-siap. Tak lupa memoles wajah semanis dan senatural mungkin, jangan sampai muka sama leher beda warna. Aku Theresia, bukan bunglon.

Dress hijau daun jadi pilihan. Aku mematut diri di cermin. Oke, Theresia. Kamu cantik!

Dari teras masih terdengar Papa dan Denis bercakap-cakap, bukan ide bagus jika berangkat dari depan. Aku pun memutuskan keluar melalui pintu belakang, dan sialnya di sana ada Bi Sumi.

ā€œNon, The. Mau ke mana? Kok ngendap-ngendap kaya maling?ā€ seruan Bi Sumi melengking mirip ayam jago pengen kawin

ā€œSstttt ....ā€ Aku meletakkan jari telunjuk di bibir. ā€œBi Sumi berisik!ā€

ā€œMau ke mana?ā€ tanyanya sambil melap piring.

ā€œMau pergi! Bibi jangan berisik, nanti ketahuan!ā€

ā€œLoh, itu pacarnya nungguin sama Juragan.ā€

ā€œDia mantan, Bi. Bukan pacar!ā€

ā€œSiapa tahu jodoh, Non.ā€

ā€œSekali mantan, tetap mantan. Nggak akan jadi merdeka!ā€

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status