Share

Casanova That's My Husband
Casanova That's My Husband
Author: Tim Tam

Tiba-tiba Lamaran

Author: Tim Tam
last update Last Updated: 2022-06-19 19:47:31

“Al! Besok kamu jangan ke mana-mana!”

Suara Ayah yang tiba-tiba itu, sontak mengagetkanku.

“Memang ada apa Yah?”

Tak biasanya seperti itu. Padahal tanpa di suruh pun, jika tak ada kelas maka aku akan diam saja di rumah.

Tapi pertanyaanku tidak disambut ramah. Ayah hanya memandang sekilas hingga akhirnya duduk tepat di depanku.

“Besok teman Ayah akan datang untuk melamar kamu.” Ucapnya dengan muka datar. Namun tetap membuat kumis tipisnya ikut bergerak. 

Mendengar itu bukan hanya bulu kudukku. Bulu ketek dan bulu hidung pun ikut berdiri mendengar jawaban itu. Otakku benar-benar ngeblank!

Jantung sudah lari maraton, sedang hati juga mulai resah menanti ucapan selanjutnya dari Ayah.

“Dan Ayah tak akan menolak lamarannya!” 

Degh! Hatiku lemas, jantungku lelah. Badanku tak lagi mampu menopang bobot sendiri, dudukku pun seketika merosot.

“Benarkan ini? Bahkan keinginan berumah tangga saja aku tak memilikinya” Hatiku terus menduga-duga.

“Ini becanda kan Yah?!” Mungkin saja kan, Ayah tahu kejahilan anak jaman sekarang hingga ingin mempraktikkan pada anaknya sendiri.

“Ayah serius! Hal seperti ini tak pantas jika dijadikan bahan guyonan!” 

Jika tadi hanya jantung dan hati yang lemas, kini empedu dan pankreas pun ikut tak terima mendengar ucapan Ayah. Sungguh malang nasibku, Mak!

“Mah ... ” Aku menatap Mama dengan mata yang memerah. Ucapan Ayah memang sepertinya bukan guyonan, tapi otak masih berharap bahwa ini bukan kenyataan. 

“Aku nggak mau nikah sama Om-om Yah. Aku nggak mau sama laki-laki tua!” Sesak yang kupendamkan beberapa detik ini akhirnya aku keluarkan. 

Jelas! Siapa yang mau menikah dengan Om-om. Jika sudah saling kenal mungkin tak masalah, tapi ini? Bahkan seperti sedang membeli merpati yang masih terbang di awang.

“Kok tua?” gumam Ayah yang masih bisa terdengar olehku. 

“Bukankah teman Ayah yang akan datang melamar aku?! Bisa disimpulkan kalau laki-laki itu sudah tua kan?!” 

 

“Astaga! Al ... Bukan begitu.”

Bukan meneruskan ucapannya. Tapi malah tawanya yang kemudian menggema. Tak ibakah pada aku, Anaknya ini.

“Teman Ayah memang datang untuk melamar kamu ... ” ucapannya terjeda karena bibirnya seperti masih menahan tawa. 

“Tapi, bukan untuk dirinya sendiri. Tapi untuk anaknya!”

Demi apa! aku ingin menangis. Mataku yang semula hanya berembun dan belum basah kini telah mengucur deras.

“Lah, Malah nangis. Ini gimana siih?” 

Semakin aku kencangkan saja suaraku, kala mendengar suaranya itu. Sebagai aksi protes karena dengan sesuka hatinya, menjodohkan anaknya tanpa meminta persetujuan dulu.

“Kalau ngomong yang jelas dong, Yah. jangan setengah-setengah gitu. Jatuhnya jadi ambigu!” 

Meski aku kecewa, namun masih belum melihat adanya celah untuk menolaknya. Biarlah aku pikirkan nanti.

“Tapi kan, bener ... ” jawabnya dengan kekehan kecil di akhir kalimatnya.

Astaga! Tak ada ibakah di hati lelaki tua yang selalu aku agungkan itu? Kenapa masih bisa menertawakanku seperti itu!

“Aku kan masih muda Yah. Kenapa harus menjodohkanku segala” Aku mendesah pelan, kali ini.

“Nggak ada yang menjodohkan kamu Al ... Nggak ada!”

“Kalau nggak ada. Lalu ini apa namanya Yah?!” Astaghfirullah.

“Kan dia yang memang mau datang melamar. Ayah nggak ada niat sama sekali buat jodohin kamu”

Orang tua memang omongannya selalu benar. Jadi yang nggak mau disalahkan bukan hanya perempuan saja, tapi laki-laki juga, sama saja.

“Lalu tadi, Kenapa bilang akan menerima lamaran itu. Apa itu masih belum cukup dikatakan bahwa Ayah mau menjodohkan aku!” Perutku tiba-tiba lapar menghadapi masalah seperti ini, huh.

Dan, lagi! Kenapa Mama dari tadi hanya diam saja, kenapa tidak membelaku. Apakah ini merupakan hasil dari konspirasi keduanya?

“Dia pemuda yang baik, meski bukan makhluk alim, tapi dia tahu kondratnya sebagai hamba tuhan. Dan yang jelas lagi dia sudah mapan juga pandai mengurus kantor. Jadi kalau sewaktu-waktu ayah butuh bantuan di kantor, ia bisa diandalkan” Alasan macam apa itu,

“Huufft ... Oke baiklah. Semoga yang Ayah katakan memang benar“ Hatiku memberikan sinyal, mungkin kali ini aku memang harus mengalah. 

Bukankah perihal jodoh sudah ada aturannya, jika memang dia nantinya bukanlah jodohku pasti ada jalan untuk lari darinya. Benarkan?

 “Namanya Genta. Genta Mackenzie!” Tanpa aku minta Ayah sudah menyebutkan nama pemuda yang katanya sudah mapan itu.

Optimis yang tadi sudah aku bangun, kini mendadak hilang entah ke mana. Hati yang sebelumnya sudah siap menerima, kini kembali luruh ingin menolak semuanya.

“Mah ... Aku nggak mau nikah sama dia Mah. Mendengar namanya saja aku sudah merinding.”

Entah mengapa, saat mendengar namanya disebut, aku langsung terbayang satu karakter detektif cilik dalam komik detektif Conan. Apakah ... bentuknya mirip? Aku bergidik ngeri membayangkan itu. Lupa jika air mata saja masih belum kering dari wajahku.

 

“Memang ada apa dengan namanya Al? Apakah kamu tidak percaya dengan pilihan Ayahmu? Insyaallah laki-laki itu benar adanya. Seperti yang Ayahmu katakan tadi”

Fix, Mama sama Ayah telah berkonspirasi dan bersekongkol untuk perjodohan ini. Aku yakin itu!

“Kak! Sesuai titah sang Romo. Kakak harus turun sekarang!” Apa-apaan itu, adik tak punya akhlak. Mengagetkan empeduku saja!

Dua puluh empat jam ternyata secepat itu berlalu, kemarin aku masih protes untuk menolak lamaran ini, namun kini keluarga pelamar sudah datang. Harus dengan cara apa aku menolaknya?!

Dan lagi, kenapa aku harus dandan secantik ini? Pakai bedak, pakai perona bibir, pakai minyak wangi, pakai baju bagus, pakai, eh ... kenapa jadi ngelantur gini!? 

“Kak! Cepetan!” Suara Agus Kembali menggema. Kembali membangunkan otakku yang masih bertapa di perenungan. Dan ini, kenapa otakku berdetak kencang, eh jantungku. Apakah aku grogi?

Masih dengan hati berdebar ... Eh, astaga jantung berdebar. Eh jantung apa dada yang berdebar? Intinya itu. Aku berjalan di belakang mengikuti Agus. 

Meski dia lebih muda dariku, tapi jauh lebih tinggi. Tentu langkah kakinya juga lebih lebar. Membuat aku yang langkahnya memang kecil ini akhirnya tertinggal.

Dan sialnya. Saat aku melihat wajah-wajah asing yang baru aku lihat hari ini, aku terpukau dengan satu wajah “Masyaallah duplikatnya Song Kang” 

“Apa duplikatnya Kukang?” Dengan dahi yang berkerut laki-laki yang kupandangi takjub itu bertanya dengan lirih.

Astaghfirullah! Suara yang kukira hanya aku ucap dalam hati, ternyata juga terucap bibir. Dasar bibir laknat.

“Kak kalau lihat ada cowok ganteng, bisa jaga image dikit nggak? Aku kan juga ganteng, tapi Kakak nggak pernah terpesona”

Astaga! Ucapan macam itu? Tidak mungkin juga jika aku terpesona dengan adikku sendiri kan? Iya kan?

Semua terkikik geli, termasuk pemuda itu. Ah, inikah kesan pertama yang aku berikan pada mereka!?

Sekilas, aku melirik Ayah. Pria setengah abad itu, sekarang memandangku dengan senyum tipisnya.

Sedangkan Mama, dia seperti menikmati obrolan dengan calon besan. Eh, ... Calon besan?

Kutepuk pelan bibirku beberapa kali. Kalau ditepuk kasar, sayang masih perawan. Wkwkwkw

Satu yang seharusnya Ayah ingat. Wajah rupawan tak bisa menjamin sebuah kebahagiaan. Uang banyak juga tak selalu bisa mengubah derita menjadi bahagia. Tapi Ayah, ... Apakah laki-laki yang bahkan kini masih kupanggil ayah itu paham akan kata hatiku?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Casanova That's My Husband   Tamat

    Selamat bulan November kawan, semoga kabar baik selalu menyertai pembaca semua.Cerita Genta dan layah pada akhirnya harus berakhir di sini. Ini adalah cerita pertama saya yang berhasil terbit di beberapa aplikasi dan tanda tangan kontrak.Dan sekarang cerita ini telah tamat, dan semoga saja menjadi novel yang bisa memberikan nilai harga bagi penulisnya ini.Berhubung ini adalah cerita pertama saya, maka maaf jika masih banyak typo apalagi kekeliruan tanda baca.Pembuatan novel ini juga tanpa persiapan apa pun sehingga sering mandek di tengah jalan.Jadi maafkan karena sering nggak konsisten dalam update bab baru. Dilain itu, saya juga ada pekerjaan lain, sehingga tidak bisa hanya fokus pada novel saja.Namun, lagi-lagi saya katakan bahwa cerita ini kini telah tamat, sedikit membuat hari saya bangga, bahwa pada nyatanya saya berhasil merampungkan apa yang saya sengaja mulai.Bagi yang telah membaca

  • Casanova That's My Husband   Lahiran

    Wajar jika seorang ibu hamil mengidam dan menginginkan banyak hal-hal aneh. Namun nampaknya bayi yang belum kelihatan wujudnya itu tahu kalau keluarganya kaya. Terbukti banyak makanan aneh atau hal-hal yang di luar nalar namun mampu menguras dompet.Seperti saat mengidam jamur matsutake atau jamur pinus, meski jamur dengan harga fantastis itu tidak membeli karena berburu sendiri, namun pengiriman juga menggunakan pesawat langsung dan tentunya menghabiskan dana yang tak sedikit.Semua berjalan normal, bayi yang di dalam kandungan juga sehat. Tentu karena Genta juga memiliki dokter langganan yang sudah ia bayar mahal untuk melihat perkembangan calon anaknya.Tentu bahkan anak yang masih belum terlihat wajahnya itu perlu proses empat tahun. Hingga sepatu ketika Genta pernah mengatakan.“Kalau tahu bulan madu ke Paris bisa langsung jadi, mungkin sejak awal kita bulan madu ke sana saja,” dan hal itu hanya ditanggapi senyuman

  • Casanova That's My Husband   Jamur Pinus

    Melihat tes yang masih ada di tangannya itu, seketika badannya bergetar. Tuhan ...Hanya dalam hitungan detik, Alyah sudah menangis di pelukan mertua. Kedua wanita itu kini berpelukan dengan tangis yang mengisi ruangan.Tentunya saat itu dokter sudah pergi. Tanpa diantar tanpa diberikan bayaran.Sedang Genta? Dadanya naik turun, terengah-engah mendengar kabar yang baru saja diterimanya.Ia hanya diam melihat istrinya menangis. Tak ada yang bisa ia lakukan saat ini. Ia tak tahu harus mengekspresikan kabar ini dengan cara seperti apa. Hingga tak terasa, bukit bening jatuh juga dari sepasang mata hazel itu. Tangannya kanannya bergerak menguap mata yang kian sembab. Sedang tangan kiri ya masih membawa tes kehamilan yang tadi ia minta dari istrinya.Ada garis dua di sana, meski garis satu masih terlihat samar. Namun, ada dua garis adalah anugrah yang sudah beberapa tahun mereka impikan.Hingga tahun ked

  • Casanova That's My Husband   Dokter

    Bukan hanya dihari itu saja Genta dikejutkan oleh hal-hal aneh yang dilakukan oleh istrinya. Kadang bukan makanan, namun ingin mandi menggunakan sabun batangan warna pink.Hal-hal yang menurut Genta sangat aneh itu berjalan hingga sudah satu Minggu, dan puncaknya pada hari Minggu ketika Alyah menggigil tak karuan.Untungnya saat itu memang hari libur bagi keduanya, hingga akhirnya Genta juga bisa lebih fokus menjaga sang istri.Dan karena saking bingungnya dengan apa yang terjadi pada istrinya, Genta akhirnya memanggil namanya untuk datang ke kediaman.Wanita yang masih cantik meski bukan hanya satu atau dua keriput menghiasi di bawah kelopak mata. Bahkan, kini Anin juga akan segera melepas lajang dengan pemuda dari Amerika.Sungguh, mungkin wanita tua itu akan kesepian di hari tuanya kelak jika tidak segera diberi mainan berupa cucu.“Mac, Bagaimana keadaan menantuku!” Tanpa basa basi, Ayumi l

  • Casanova That's My Husband   Menyetir Sendiri

    Genta hanya tersenyum hambar mendengar perkataan si penjual, namun meski begitu Genta juga masih menanggapi dengan santai.“Doakan saja ya, Pak. Kami sudah menikah selama empat tahun, tapi kami belum diberi kesempatan untuk memiliki anak.” Dan jawaban dari Genta berhasil membuat si penjual merasa tak enak.“Baik, Mas bule. Semoga saja cepat beberapa hari atau beberapa Minggu atau bulan ke depan kabar baik itu akan segera diterima. Saya buatkan dulu pesanannya,” Jawab si penjual.Namun bukan si kaya jika hanya memesan satu macam makanan saja. Genta juga merasa lapar, dan untungnya warung tenda itu menyediakan beberapa menu masakan.“Pak, saya mau tambah capcay satu porsi, kwetiau goreng satu porsi, sama ayam goreng dua.” Genta takut jika nanti istrinya itu seperti tadi siang. Yang seperti orang yang sudah beberapa hari tidak makan.Kini Genta dan Alyah duduk di tempat lesehan. Jika dulu saa

  • Casanova That's My Husband   Nasi Goreng Berkuah

    Pagi menjelang siang, akhirnya Genta berangkat keluar, tentu tanpa Alyah yang tengah menikmati tayangan Detektif Conan.Tentu, mencari mie ayam goreng saat siang hari adalah hal yang sangat sulit untuk dilakukan . Sebab, biasanya mie ayam goreng akan dijual saat malam hari bersamaan dengan penjual nasi goreng.Namun tentu, tak ada usaha yang menghianati hasil. Di salah satu restoran yang ada di mall menjual mie ayam. Jika di restoran, maka tentu Genta bisa request yang mungkin akan menangani harga dari pesanan tersebut.Beberapa makanan juga Genta beli, sekaligus untuk makan siang. Karena tentu Alyah tak akan masak karena bahkan saat ini meminta untuk dibelikan mie ayam.Dua jam setelahnya Genta sudah sampai di rumah, dan mendapati Alyah yang tertidur pulas sembari memeluk banyak dengan tv yang masih menyala.Apakah secapek itu? Bahkan tak biasanya istrinya itu malas untuk membersihkan rumah hingga akhirnya memanggil j

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status