Home / Romansa / Cassanova With Benefit / Gadis Yang Menarik

Share

Gadis Yang Menarik

Author: Young_mommy
last update Last Updated: 2021-10-27 09:00:50

Kesal lagi Wulan, kembali mendengar ajakan menikah dari Rion. Laki-laki itu gigih juga ternyata.

"Dengan segala hormat, Bapak Askarion. Saya enggak mau nikah sama Bapak. Dan tolong, jangan seenaknya menyelidiki latar belakang seseorang seperti itu. Saya tau Bapak banyak uang, tapi tidak semua bisa Bapak dapatkan dengan uang itu. Termasuk saya," tegas Wulan menolak lagi tawaran Rion untuk yang kedua kali.

Gadis yang menarik. Jujur saja, semakin Wulan menolak, justru Rion semakin tertantang untuk mendapatkannya. Tapi ketertarikan itu bukanlah rasa antara lelaki dan wanita, melainkan karena Rion berpikir bahwa gadis muda seperti Wulan tentu masih polos, dan akan mudah untuk dikendalikan.

"Wah, ternyata kamu sombong juga ya, untuk ukuran cewek dari kalangan kelas bawah?" ejek Rion sembari bangkit dari duduknya. Iapun mulai mendekat pada Wulan.

Terhina sekali Wulan mendengar kalimat Rion. Apakah orang kaya memang selalu seperti itu? Merendahkan kaum lemah.

"Kamu enggak usah ge-er dulu. Saya minta kamu nikah sama saya, itu bukan karena saya suka sama kamu. Tapi karena saya butuh kamu, kamu juga butuh saya. Sebut saja pernikahan ini sebagai bentuk mutualisme antara kita berdua," sambung Rion setelah ia berdiri sejajar dengan Wulan.

Wulan melirik sinis lelaki di depannya. Rasa ingin sekali Wulan menampar wajah flamboyan itu, jika saja Wulan tidak ingat bahwa saat ini dirinya sedang berada di kandang musuh. Bisa gawat, kalau dia sampai salah ambil tindakan.

"Saya enggak sesusah itu, Pak, sampai harus menukar harga diri saya dengan uang Bapak," ketus Wulan tetap teguh pada pendirian. Dia yang memang menjunjung tinggi kehormatannya sebagai seorang perempuan, tidak akan dengan mudah terhasut oleh bujuk rayu seorang playboy seperti Rion. 

Rion terkekeh, "Hahah, kamu ini sepertinya udah salah persepsi tentang tawaran ini. Kamu jangan berpikir bahwa setelah kita menikah, saya akan memperlakukan kamu layaknya seorang Istri pada umumnya. Kamu tenang aja, saya enggak akan menyentuh kamu … sampai kamu sendiri yang memintanya."

Amazing. Sungguh hebat sekali teknik silat lidah yang Rion miliki, sampai Wulan hampir terpengaruh karenanya.

"Bisa-bisanya Bapak berpikir saya akan meminta hal itu dari Bapak? Asal Bapak tau, saya ini punya pacar, Pak. Dan saya cuma mau melakukan itu sama dia. Jadi please ya, Pak … jangan ngadi-ngadi," sungut Wulan lagi.

Rion bereaksi mencebikkan bibirnya, tanda ia meragukan pengakuan Wulan.

"Masa sih? Tapi dari informasi yang saya dapat, bukannya kamu itu jomblo. Bukan, bukan … maksud saya, kamu single. Dari SMA kamu belum pernah berpacaran, 'kan?"

Ya Tuhan, Wulan bisa merasakan kulit wajahnya yang memanas karena ejekan dari Rion tersebut. Jauh sekali Rion mengorek tentang kehidupan pribadi seorang Wulan, bahkan sampai menerobos ke ranah yang cukup sensitif.

Memang benar, sedari SMA Wulan tidak pernah berpacaran dengan seseorang. Bukan berarti itu karena tak ada yang tertarik padanya. Melainkan karena Wulan yang hanya fokus dengan pendidikan, hingga abai pada beberapa lelaki yang datang mendekat hendak menawarkan hati. Itulah alasan status single Wulan yang baru saja Rion paparkan.

"Sok tau banget jadi manusia," gerutu Wulan, memalingkan wajahnya dari pandangan Rion.

"Saya dengar ya, kamu ngomong apa," sahut Rion yang memang mendengar umpatan Wulan dengan cukup jelas.

Baiklah, ini saatnya Wulan untuk mengeluarkan jurus terakhirnya.

"Pak, meskipun saya single, bukan berarti saya akan mengobral diri saya untuk sembarang laki-laki. Silahkan Bapak cari saja wanita lain yang mau Bapak ajak nikah. Jangan teror saya kayakgini. Bapak bukan tipe saya, jadi tolong jangan paksa saya lagi." Itulah jawaban terakhir dari Wulan, sebelum ia pergi meninggalkan apartemen Rion.

Rion hanya bisa menggeleng pelan. Tak mengira, bahwa ternyata tidaklah semudah yang dibayangkan mendapatkan seorang Wulan. Gadis itu sungguh ber-pendirian teguh sekaligus keras kepala. Alhasil, Rion harus memutar otak lagi, mencari cara yang lebih jitu agar Wulan mau menikah dengannya. 

****

Meninggalkan apartemen Rion, Wulan langsung saja pulang ke rumah kosnya. Hari ini sungguh hari yang cukup melelahkan. Dan Rion sukses memperburuk hari Wulan dengan segala tingkah polahnya.

Brugh...

Wulan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, coba menyamankan diri agar bisa beristirahat setelah melalui jam-jam yang cukup menguras energi.

Baru beberapa detik Wulan memejamkan mata, ponselnya yang masih ada di dalam tas berbunyi nyaring. Telepon yang masuk, tak pelak menggagalkan niat Wulan untuk tidur siang.

Gadis berambut pendek sebahu itu bangun. Duduk di tepian tempat tidur, merogoh benda yang masih meraung-raung dari dalam tas selempang miliknya.

Nama bibi Yoza menari-nari di balik layar ponsel pintar berwarna hitam itu.

"Iya, Bi," cetus Wulan langsung memberi sapaan pada wanita di seberang telepon.

"Wulan, Ayah kamu nih, anfal lagi. Kapan kamu mau transfer uang untuk biaya berobat? Janji-janji mulu kamu tuh!" Terdengar suara sumbang dari sang bibi. Wanita itu memang tak pernah lembut, apalagi bersikap baik pada Wulan. Selalu saja ketus dan sewot.

Atas kabar yang baru saja ia dengar, Wulan pun segera dilanda kecemasan. Ia mengkhawatirkan kondisi sang ayah yang belakangan memang seringkali kambuh sakit jantungnya.

"Ayah kambuh lagi, Bi? I-iya, ya udah besok aku pulang," sahut Wulan dengan suara bergetar karena gelisah. Takut terjadi hal buruk pada ayahnya.

"Hiiih! Kamu ngapain pulang? Udah kamu kerja aja yang bener. Yang penting itu duit buat berobat Ayah kamu. Ngerti, enggak?" 

Astaga. Sedih sekali Wulan mendengar jawaban dari Yoza. Sekian tahun berlalu, sang bibi masih tetap saja seperti itu. Memperlakukan Wulan seperti bukan keponakannya sendiri.

"Tapi, Bi … aku pengen lihat keadaan Ayah. Aku pulang aja ya," rengek Wulan memelas.

"Apa sih kamu itu. Udah deh, enggak usah manja. Ingat ya Lan, Ayah kamu begini itu gara-gara Ibu kamu. Jadi kalau kamu merasa sebagai anak yang bertanggung-jawab, cari nafkah yang bener biar bisa nyembuhin Ayah kamu."

Tercekat Wulan, tak kuasa membalas lagi perkataan pedas dari bibinya. Jika sudah membahas tentang sang ibu, Wulan memang seketika jadi lemah. Kepergian ibunya yang tanpa pamit bersama laki-laki lain, adalah alasan utama kenapa Yoza begitu membenci Wulan.

"Ya udah … cepetan kamu ke ATM, kirim duitnya sekarang juga. Bibi mau bawa Ayah kamu ke Dokter. Enggak pakai lama, Lan!" desak Yoza memaksa.

Meski terasa menyakitkan, Wulan tak punya opsi lain lagi selain mengiyakan perintah dari Yoza.

"Iya, Bi. Aku … ke ATM sekarang," sahut Wulan lemas.

Tut.

Telepon diakhiri begitu saja oleh Yoza.

Menitik dua butir air mata di pipi Wulan, tatkala rasa rindu pada sang ayah datang mengusik. Di saat ayahnya sakit, Wulan tak bisa selalu mendampingi. Semua karena Wulan yang berada jauh di kota untuk kuliah sekaligus bekerja. Sementara sang ayah diurus oleh bibinya di pinggiran desa.

"Maafkan Wulan, Ayah. Kalau saja Wulan bisa mencegah Ibu biar enggak pergi ninggalin kita … mungkin aja Ayah enggak sakit kayak sekarang. Mungkin juga Bibi enggak akan benci sama aku," rintih Wulan pilu. Hanya kesendirian yang selalu datang menertawai keadaan gadis kesepian itu.

Tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu, telah membuat Wulan mau tak mau harus hidup mandiri sedari masih duduk di bangku SD. Dan hingga kini, Wulan masih berharap ibunya akan kembali. Mengobati segala luka yang telah tercipta semenjak kepergiannya. 

Puas mencurahkan kesedihan, Wulan lantas membasuh wajah sembabnya di kamar mandi. Setelah itu, cepat-cepat Wulan pergi ke ATM untuk men-transfer uang pada bibinya.

"Ya Tuhan, saldo tinggal seratus ribu. Terus gimana gue bayar kosan minggu depan?" gumam Wulan menatap layar pada mesin ATM, setelah ia berhasil mengirim uang sesuai perintah sang bibi.

Dia dalam kesulitan sekarang. Jangankan untuk membayar uang kos, untuk makan saja Wulan sudah mulai kelimpungan. Apalagi dia sudah terlanjur mengundurkan diri dari Moonlight hotel. Tak mungkin ia kembali lagi ke sana.

"Wulan!"

Suara yang menyerukan namanya, membuat Wulan menoleh. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Cassanova With Benefit   Wulan dan pensil alis

    "Kamu diam, saya anggap kamu setuju untuk tidak berkomunikasi lagi sama Owen. Satu hal yang harus kamu ingat, Wulan. Setelah kita menikah nanti, maka terputus sudah hubungan pertemanan kamu dengan lelaki mana pun. Termasuk Owen," tegas Rion. Suara beratnya mengisyaratkan sebuah keseriusan untuk kalimat yang baru saja ia ucapkan. Sekaligus menjadi peringatan tegas bagi pihak Wulan."Apa harus seperti itu, Pak?" cicit Wulan mengerutkan keningnya, "Owen itu satu-satunya teman yang saya punya," imbuhnya mencoba memberikan penjelasan pada Rion, tentang seperti apa hubungannya dengan Owen."Kamu tidak butuh Owen ataupun orang lain lagi, selama kamu memiliki saya." Sekelumit jawaban dari Rion yang terdengar begitu sombong di telinga Wulan.Tak menjawab lagi, Wulan hanya memilih untuk menjauh dari Rion. Percuma berdebat, karena hasilnya akan tetap sama--Wulan tak akan pernah unggul dari Rion.Setelah sedikit drama perdebatan yang nyaris membuat Rion marah,

  • Cassanova With Benefit   Rion yang sebenarnya

    Tak nyaman melihat ponselnya ada di tangan Rion, Wulan segera menghampiri laki-laki itu.Grep.Serupa kecepatan cahaya, Wulan merenggut ponselnya dari tangan Rion. Mata pun terlihat sengit menatap laki-laki di depannya. Kontras dengan Rion, yang nampak santai saja meski sudah kepergok melihat isi ponsel Wulan tanpa izin."Ini privasi saya loh, Pak. Kok Bapak gitu sih, main buka-buka HP orang tanpa izin?" ketus Wulan sembari mengecek apa saja bagian ponsel yang sudah Rion bajak.Rion mencebirkan bibir, "Hm, kamu sama Owen itu sebenarnya berteman apa pacaran? Sepeduli itu Owen sama kamu. Well … di dunia ini, enggak ada yang namanya sebatas teman antara laki-laki dan perempuan. Pasti, akan dan selalu ada salah satunya yang memiliki perasaan lebih dari teman," sahut Rion, langsung saja mengatakan isi pikirannya saat itu."Itu bukan urusan Bapak!" sungut Wulan menimpali pertany

  • Cassanova With Benefit   Terkekang Calon Suami

    Wulan berdecak, "Ck! Bukan gitu, Pak. Tapi saya juga ada urusan lain. Kenapa malah dibawa ke apartemen Bapak lagi, sih? Kan baru setelah Bapak selesai kerja, kita akan pergi ke rumah Ayah saya," tutur Wulan. Sebenarnya dia ingin sekali lepas dari Rion hari ini, karena harus menemui Owen. Sejak pagi tadi, Owen terus memberondong ponsel Wulan dengan pesan-pesan singkatnya."Kayaknya kamu memang ingin sekali lepas dari pengawasan saya, ya?" tanya Rion, menatap Wulan curiga, "mau ke mana? Kalau mau pergi, nanti biar diantar sama Hendar, setelah dia antar saya ke kantor," lanjutnya.Di kursi kemudi, Hendar tampak tersenyum. Entah apa juga yang membuat laki-laki itu merasa lucu mendengarkan obrolan Rion dan Wulan.Terang saja Wulan pun gusar atas jawaban Rion. Belum sah menikah saja, Rion sudah menunjukkan sikapnya yang suka mengatur. Sebenarnya lebih ke mengekang."Ih, apaan sih, Pak? Saya itu belum jadi

  • Cassanova With Benefit   Mimpi indah, Bi

    Grep.Rion memegangi kedua pergelangan tangan Wulan, menurunkannya perlahan."Rileks, Wulan," bisik Rion lagi, "kalau kamu terus bersikap kaku seperti ini, itu hanya membuat saya semakin tertantang. Atau, memang kamu memang berniat menantang saya?" imbuhnya mencetak senyum devil di wajah.Wush!Bereaksi cepat, Wulan menepiskan pegangan tangan Rion dari lengannya, lalu mendorong cukup kencang dada laki-laki itu. Kontan, Rion mundur beberapa jengkal dari posisinya, membuat jarak di antara mereka pun tercipta. Wulan merasa aman. Sesaat tadi, ia hampir saja menendang bagian bawah Rion--kalau saja ia tidak ingat sedang membutuhkan laki-laki itu."Bapak ini, ya, benar-benar udah enggak bisa diselametin lagi," sungut Wulan. Hanya bisa berprotes lewat kata-kata, saat Wulan tak bisa memberikan aksi atas ucapan Rion tadi."Apanya?" Rion menyahut, sembari bersidekap di depan dada."Pikiran Bapak!" Jawaban ketus dari Wulan, sebelum ia beralih pos

  • Cassanova With Benefit   Pelan sedikit, Sayang.

    Berpikir sejenak, Wulan coba menelaah dengan baik maksud dari pernyataan Rion tentang pernikahan mereka. Sebab, bagi Wulan sendiri, pernikahan yang akan ia lakukan dengan Rion tidak ada bedanya dengan kawin kontrak yang belakangan marak terjadi. Tapi, hal itu sepertinya berlawanan dengan statement Rion."Kalau pernikahan ini benar-benar sebuah pernikahan, apa itu artinya aku juga harus hamil dan ngasih Bapak anak?" cicit Wulan. Pertanyaan itu terdengar begitu polos, dan membuat Rion digelitik oleh rasa gemas."Iya, Bi … aku udah bilang dari tadi, 'kan?" Rion mengusap lagi sisi kepala Wulan, "Opa bilang, dia ingin sekali gendong anak kita. Ya, walaupun sebenarnya aku juga belum kepikiran untuk jadi seorang Ayah, sih. Tapi … mau gimana lagi? Keadaan kadang tidak sejalan sama pikiran kita, Wulan. Pernikahan ini aku lakukan untuk keluarga. Jadi, ya … kamu emang harus melahirkan seorang penerus untuk keluarga ini," paparnya p

  • Cassanova With Benefit   Kecupan Pertama

    Sementara itu, Rion telah sampai di dalam kamarnya. Di sana, ada Wulan yang sedang duduk di tepian tempat tidur--berkutat dengan ponsel.Brugh.Rion duduk menjejeri Wulan, sampai gadis itu pun menoleh kepadanya."Selamat Wulan, kamu berhasil merebut hati orang tua saya. Mereka sangat menyukai kamu," ujar Rion dengan seulas senyum.Mendengar itu, ada sedikit kelegaan yang Wulan rasakan. Sebenernya ia juga merasa diperlakukan dengan sangat baik oleh Nastiti, Kresna, dan Tyo. Meski semua anggota keluarga memang terlihat menerima Wulan, tapi ketiga orang itulah yang paling tampak jelas menyukai dirinya. Terutama Nastiti."Syukurlah, Pak. Saya lega," sahut Wulan ringkas.Grep.Rion meraih satu tangan Wulan, "Mulai sekarang, berhenti memanggil saya Bapak. Sekalipun kita sedang berdua seperti ini, biasakan memanggil saya dengan sebutan sayang. A

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status