Share

Hottest Cassanova

Menangkap wajah yang baru saja memanggilnya, Wulan pun tersenyum lebar, melambaikan satu tangannya pada sosok laki-laki yang sedang datang mendekat.

"Lo di sini ternyata. Gue samperin ke kosan juga," ujar laki-laki tinggi berwajah kebule-bulean itu, setelah sampai di hadapan Wulan. 

"Gue abis kirim duit buat orang rumah. Lo nyariin gue?" jawab Wulan seadanya.

Tersenyum tipis, laki-laki yang tak lain adalah sahabat Wulan itu menjawab lagi.

"Iya. Gue mau ngajakin lo kerja sampingan, mau enggak? Yaaa, lembur gitu sih sampe malem."

Alangkah girangnya Wulan mendengar ajakan kerja dari sang sahabat. Inilah yang sedang Wulan butuhkan. Mata pencaharian agar bisa mendapatkan pundi-pundi rupiah. Setidaknya sampai ia bisa menemukan pekerjaan tetap yang baru.

"Mau banget," pekik Wulan langsung merangkul sang sahabat, "Oh my god, Owen. Lo itu emang selalu jadi hero gue, tau enggak?" imbuhnya begitu senang.

Owen si sahabat Wulan di kampus, ikut tersenyum melihat binar bahagia yang jelas terpancar dari wajah Wulan. Melihat senyuman gadis itu, Owen semakin tak berdaya melawan rasa indah yang sudah lama bersemayam dalam relung hatinya. Perasaan antar sahabat yang lama-lama berkembang menjadi perasaan ingin memiliki sebagai seorang kekasih.

Tak bisa dihindari. Seringnya menghabiskan waktu bersama, telah menanamkan benih-benih cinta di dalam hati Owen untuk Wulan. Dia telah jatuh hati pada sosok ayu Wulandari. Gadis cantik, ceria, dan juga cerdas, yang berhasil mengisi kekosongan hati Owen pasca ditinggal selingkuh oleh kekasihnya terdahulu.

Wulan-lah orang yang mendampingi Owen di saat-saat sulitnya move on dari sang mantan. Mungkin itulah sebabnya, Owen kemudian mulai terbawa perasaan karena sikap dan kepribadian Wulan yang sangat humble dan menyenangkan.

"Ya udah, kalau gitu mending sekarang gue antar lo ke kosan, biar lo bisa siap-siap. Oke?" tawar Owen mengacungkan satu ibu jarinya ke depan wajah Wulan.

"Asiap, bosku!" Wulan memberi hormat Owen, layaknya hormat pada sebuah upacara bendera.

Owen-pun terkekeh karena hal tersebut. 

Pandai sekali Wulan menyembunyikan situasi hatinya saat itu yang sedang bersedih. Senyuman manisnya, memang tak pernah gagal menutupi segala luka yang ia pendam seorang diri dalam batin. Tak pernah ingin membiarkan orang lain tau, bagaimana keadaan di dalam hatinya yang sejati.

Bagi Wulan, orang lain hanya boleh melihatnya tersenyum dan tertawa. Tak boleh ada yang tau, bahwa di balik semua itu ada begitu banyak luka dan kesedihan yang harus Wulan rasakan. Dari situlah ketegaran diri Wulan terbentuk. Namun begitu, meski dari luar Wulan terlihat sekuat batu karang, namun dari dalam Wulan sangatlah rapuh. Hanya keinginan untuk melihat ayahnya sembuh dari sakit, yang membuat Wulan bisa bertahan hingga kini.

****

"Jangan biarkan dia sampai mendapatkan pekerjaan. Gagalkan semua usaha yang dia lakukan, yang akhirnya akan membuatnya menyerah dan datang padaku." Sebuah perintah yang Rion berikan kepada anak buahnya lewat obrolan telepon.

Rion yang masih bertelanjang dada, kini tengah berdiri di sisi ranjang tidurnya. Mendengarkan laporan dari orang yang ia utus untuk terus mengawasi Wulan.

"Baik, Mas Rion. Tapi bagaimana dengan teman laki-lakinya, harus kami apakan?" sahut si anak buah Rion di ujung sana.

Rion memutar kedua bola mata, memikirkan jawaban untuk anak buahnya.

"Emm … jauhkan saja dia dari Wulan. Jangan biarkan dia membuat Wulan mendapatkan uang ataupun pekerjaan. Tapi ingat, jangan sampai Wulan menyadari bahwa ini semua adalah ulahku," titah Rion tegas.

Blep!

Sebuah pelukan yang datang dari arah belakang, membuat Rion reflek menutup sambungan telepon.

"Kamu lagi ngomong sama siapa, Yon?" Suara wanita itu begitu lembut memanja. Dan Rion pun segera bereaksi mengusap kedua tangan yang sudah melingkar di perutnya.

"Kamu udah bangun?" jawab Rion tanpa menjawab pertanyaan lebih dulu. Sedetik kemudian, ia berbalik badan menghadap pada sosok wanita cantik di depannya kini.

Wanita yang tubuhnya hanya dililit oleh selembar selimut itu, mulai tersenyum manis pada Rion. Rambut panjangnya tampak kusut, setelah beberapa saat lalu melakukan gulat di atas ranjang bersama Rion. Dialah Anes, salah satu dari sekian banyak wanita koleksi Rion. Casanova tampan, dambaan para wanita.

Siapa yang tidak akan bertekuk-lutut di hadapan seorang Askarion. Memiliki wajah tampan menawan, dan bentuk tubuh proporsional, Rion memang tidak akan pernah bisa ditolak oleh wanita manapun. Terkecuali Wulan tentunya.

Muda dan penuh kharisma, sosok Rion telah berhasil melumpuhkan banyak wanita cantik dari kalangan manapun. Bahkan ada beberapa selebriti yang sempat merasakan hangatnya permainan ranjang seorang Rion. Tapi sayangnya, tak satupun dari wanita-wanita itu yang mampu menggetarkan hati Rion. Ia hanya menganggap para wanita sebagai hiburan dikala jenuh dengan rutinitasnya sehari-hari. Tak ada hati, apalagi cinta. Just for have fun.

Akan tetapi, meski gelar Rion sebagai seorang casanova sudah terkenal di mana-mana, seolah itu tak berpengaruh pada citra Rion. Dia tetaplah laki-laki yang digandrungi oleh wanita-wanita cantik, yang rela melakukan apa saja agar bisa masuk ke ranjangnya. Dialah si Casanova impian.

"Hmmm, boleh aku menginap malam ini?" sambung wanita itu lagi seraya memainkan satu jari telunjuknya pada dada bidang Rion. Kerlingan mata si wanita jelas menunjukkan bahwa dia masih ingin menghabiskan malam yang panjang bersama Rion. Kontras dengan Rion, yang tak pernah membiarkan mainannya untuk menginap.

Rion menggeleng pelan, sambil menurunkan jari lentik sang wanita dari dadanya.

"No, Honey. Kamu tau aturanku, 'kan?" timpal Rion diikuti mengusap lembut sebelah pipi si wanita dengan satu ibu jarinya, "Kamu hanya bisa memiliki aku untuk satu malam saja," imbuhnya mengusap dagu lancip milik sang wanita.

Ya. One night lover seperti Rion memang tak pernah melanggar aturan yang ia buat sendiri. One shoot, one night, one chance. Tiga hal yang bisa ia berikan untuk setiap wanita yang datang menawarkan kehangatan. Namun untuk menginap, atau tidur bersama hingga hari berganti, adalah hal yang tak pernah Rion berikan untuk wanita manapun.

Apalagi dia hanya Anes, salah satu Sekretaris dari relasi bisnis Rion yang sejak dulu tergila-gila pada sosok Casanova itu. Tidak akan bisa Anes menarik Rion lebih jauh ke dalam surga dunia yang ia tawarkan. Sebab ada batasan yang selalu dijaga dengan ketat oleh Rion, tentang hubungan kilatnya dengan para wanita.

"Kenapa, Rion?" cicit Anes dengan tatapannya yang sayu, "Lalu, apa setelah malam ini … aku udah enggak bisa ngelakuin ini lagi sama kamu?" tanyanya pelan.

Santai, Rion menurunkan tangannya dari wajah Anes.

"Em, tergantung." Rion menggantung jawabannya. Berjalan melewati Anes, mendekat pada lemari baju untuk mengambil kaos.

Dalam kebingungan, Anes menatap Rion yang kini sudah memakai pakaian lagi, menutup kesan seksi yang beberapa saat lalu masih bisa Anes nikmati dari pahatan sempurna tubuh lelaki itu.

"Maksud kamu?" Belum puas dengan jawaban Rion yang terkesan tidak jelas, Anes kembali melanjutkan pertanyaan.

Dari tempatnya berdiri, Rion tersenyum tipis pada Anes.

"Iya. Tergantung apakah besok aku akan membutuhkan kamu lagi, atau … aku bosan." Terdengar enteng dan lugas ucapan Rion. Menganggap sepele setiap wanita yang datang penuh puja terhadap dirinya.

Anes tak menjawab. Dia diam tanpa kata. Jawaban Rion itu sudah sangat menjelaskan, bahwa laki-laki itu memang tidak akan pernah bisa terikat dengan wanita manapun. Dan sayangnya, Anes termasuk ke dalam salah satu wanita yang tak berdaya menolak pesona seorang Askarion.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status