Share

5

"Apakah orang-orang dari 50 tahun yang lalu sudah sejauh itu?" Ervin menatap sang kakak dengan penuh tanya.

"Tuan James yang selama ini menyelidikinya. Dia terus membagi informasi terbaru kepadaku selama ini," jawab pria itu. "Walaupun yang mereka dapatkan baru beberapa petunjuk rancu yang belum jelas."

"Apakah ini merujuk pada seseorang di dalam organisasi?"

"Aku rasa begitu."

Ervin terdiam selama beberapa saat sebelum kembali menatap Edric. "Berarti tidak ada cara lain selain menyusup ke dalam organisasi itu."

"Aku rasa tidak ada cara yang lebih efektif dibandingkan dengan cara itu." Edric pada akhirnya menyerah. Ia tidak bisa melarang Ervin lagi. Adiknya itu tidak bisa dihentikan oleh siapapun.

Sang adik tersenyum menyeringai. Tanpa banyak bicara segera membuka tumpukan kertas yang baru saja di berikan oleh kakaknya. "Le plus puissant. Oh ini adalah bahasa Prancis. Apakah kau mempunyai relasi dari Prancis, Edric?"

"Tidak juga. The moon children biasanya menggunakan bahasa Prancis untuk menuliskan catatan."

"Bagaimana para pendeta di London mendapatkan ini?"

"Menyusup tentu saja. Mereka adalah penyusup handal. The moon children mempunyai beberapa catatan mengenai 5 pecahan nyawa Marland. Setiap tahun, mereka akan mengumpulkan para pemilik pecahan itu. Dan dalam setiap lima puluh tahun, pecahan nyawa itu akan diberikan kepada pemilik baru," jelas Edric.

"Aku mengerti. Jadi baik dari jiwa maupun nyawa milik Marland, akan diwariskan dalam 50 tahun. Bisa saja pembantaian gadis-gadis itu juga sebenarnya adalah persembahan untuk ritual pemindahan jiwa ini." Ervin pada akhirnya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. "Le plus puissant artinya adalah yang paling berkuasa. Bukannya orang yang paling berkuasa di the moon children adalah Marland?"

"Tidak. Marland adalah pendiri. Tapi secara spesifik ada pemimpin sekte itu. Dialah yang menjalankan semua rencananya dan menetukan siapa yang layak berada di dalam sekte itu."

"Ah jadi dia yang memiliki satu pecahan nyawa Marland?"

"Aku rasa seperti itu."

"Mengapa terlalu mudah, maksudku, mengapa mereka terlalu ceroboh dengan menyimpan catatan ini? Bukankah itu tindakan bodoh?"

"Karena lima pemilik nyawa Marland sudah menjadi rahasia umum di the moon children. Dan lagi mereka adalah orang tidak mudah dikalahkan. Itulah mengapa bukan masalah besar bagi siapapun mengetahui identitas para pemilik pecahan nyawa Marland."

"Ah mereka menjadi sangat sombong karena mempunyai orang-orang kuat di sisi mereka." Ervin berdecak kesal. "Aku akan membuka petunjuknya nanti. Apakah kau masih mempunyai pekerjaan, Edric?"

"Tidak ada. Apakah kau memerlukan sesuatu?"

"Aku butuh seseorang dari kepolisian untuk membantuku. Aku rasa itu akan menjadi sedikit lebih mudah jika bekerja bersama kepolisian," ujar yang lebih muda.

"Aku senang pada akhirnya kau mau bekerja dengan kepolisian. Aku akan mengirim surat malam ini juga. Kapan kau akan mulai bergerak?"

"Ketika orang dari kepolisian datang. Aku akan bergerak secepat mungkin karena pembantaian itu akan datang dalam kurang dari dua bulan."

Sang kakak mengangguk kecil. "Aku akan membantumu dari balik layar. Katakan padaku jika kau membutuhkan sesuatu."

"Aku mengerti."

Di saat keduanya larut dalam percakapan, sebuah ketukan pintu membuat kakak beradik itu menoleh bersamaan. "Edric bisakah aku masuk?"

Itu suara Edith. Sontak baik Edric maupun Ervin terdiam membatu. "Bersikaplah dengan normal. Cepat sembunyikan berkas-berkas ini."

Ervin segera mengangguk cepat. Dengan sigap menyembunyikan sejumlah catatan tua dan berkas yang sejak tadi berada di atas meja.

"Ada apa Edith? Apakah ada yang kau perlukan?"

"Tidak. Hanya saja sudah pukul delapan. Ervin sejak tadi pergi keluar dan tidak memberikan kabar hingga sekarang. Aku sangat khawatir. Tidak biasanya dia pergi tanpa kabar."

"Aku disini Edith," sahut si bungsu dengan senyuman lebar yang bodoh. Bakat aktingnya sudah tidak perlu diragukan lagi. "Maafkan aku tidak memberikan kabar padamu. Aku hanya sudah lama tidak mengobrol berdua dengan Edric. Tanpa sadar waktu sudah malam. Maafkan aku."

"Ah kau disini sejak tadi?" Edith mengernyit. "Para pelayan tidak mengatakan jika kau sudah pulang. Mereka hanya bilang jika Edric sudah pulang sejak tadi."

"Aneh sekali padahal aku pulang bersama Edric. Tapi tunggu Edith mengapa raut wajahmu tampak terlalu khawatir. Apakah ada yang mengganggumu?"

Edric sontak ikut menoleh ke arah adik perempuannya itu. Dengan sigap mempersilahkan Edith untuk masuk ke ruangannya. "Apakah ada yang mengganggumu akhir-akhir ini Edith? Kau tampak tidak tenang."

"Aku tidak ingin membuat kalian khawatir. Hanya saja, akhir-akhir ini ada beberapa pria berpakaian hitam yang mengikutiku. Aku tidak tahu apa tujuan mereka, namun firasatku mengatakan jika itu bukanlah sesuatu yang baik," jelas Edith.

Mendengar itu, Edric dan Ervin sontak saling berpandangan. Tanpa harus diucapkan dengan kata-kata pun mereka tahu jika itu adalah the moon children. "Sial." Si bungsu menggertakkan giginya dengan kedua tangan yang mengepal erat.

Melihat itu, Edith tidak bisa untuk tidak khawatir. Sontak mengusap bahu adiknya dengan lembut. "Jangan khawatir Ervin, aku tidak apa-apa. Itu bukan masalah besar. Aku hanya merasa risih jika mereka terus mengikutiku seperti itu. Aku hanya khawatir jika mereka juga mengikuti kalian berdua. Apakah kalian baik-baik saja?"

"Kami baik-baik saja Edith. Kau tidak perlu mengkhawatirkan kami. Yang terpenting sekarang adalah keselamatanmu. Ada orang aneh yang mengikutimu, kau seharusnya mengatakannya pada kami sejak awal. Sudah berapa lama kau mengalami ini?"

"Sudah sejak satu minggu terakhir. Mereka biasanya mengikuti ketika aku pergi dan pulang kerja. Aku tidak tahu apa tujuan mereka, tapi sejauh ini mereka tidak menyakitiku. Jadi itu bukan masalah, bukankah begitu?"

Ervin dengan segera menggeleng tegas. "Edith, mereka hanya belum menyakitimu. Mereka pasti mempunyai niat terselubung dalam melakukan itu."

"Sepertinya aku harus menyewa beberapa orang untuk menjadi pengawalmu," gumam Edric.

"Itu terlalu berlebihan Edric. Aku baik-baik saja, sungguh. Tidak ada yang perlu kau khawatirkan tentangku." Satu-satunya perempuan di sana segera menggeleng tegas.

"Tidak. Itu adalah pilihan bagus. Kau tidak mempunyai hak untuk menolak." Ervin menukikkan kedua alisnya. Laki-laki itu tampak sangat marah sekarang.

"Sebenarnya bukan itu yang membuatku khawatir. Namun suatu hari salah satu dari mereka mulai mengatakan hal aneh padaku."

"Hal aneh seperti apa? Apakah itu sejenis ancaman?" tanya Edric dengan wajah yang semakin khawatir.

Edith menggigit bibir bawahnya selama beberapa saat sebelum pada akhirnya menjawab, "Mereka memintaku untuk memberikan adikku pada anak bulan. Aku tidak mengerti apa artinya. Tapi aku rasa itu adalah sesuatu yang buruk."

"Mereka hanya mengatakan itu?" tanya si sulung lagi.

"Jika aku tidak memberikannya, mereka akan membawaku."

"Si sialan itu." Ervin menggertakkan giginya dengan emosi.

"Ervin, apakah kau terpilih menjadi Marland selanjutnya?"

Pertanyaan tersebut sontak membuat bungsu dan sulung Addison itu terdiam di tempat. Bagaimana Edith mengetahuinya?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status