Beranda / Romansa / Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku / 2. Mencintai Pria yang Sama

Share

2. Mencintai Pria yang Sama

Penulis: Nabila
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-11 17:16:46

[Davina, bukan hanya aku yang telanjur nyaman dan memiliki nyawa kembali ketika bersama Fathan. Semua sahabat kita memiliki kisahnya sendiri dengan suamimu. Aku harap kamu takkan pernah mengetahuinya. Aku tidak bisa  membayangkan reaksimu ketika tahu manis madu pernikahanmu juga menjadi candu bagi kami. Tidak. Itu tidak akan pernah terjadi. Aku akan menyimpan rahasia ini sampai mati.]

*

Sahabat adalah orang yang membangunkanmu meski kamu masih ingin tidur. Itu berarti sahabat adalah orang yang merusak kebahagiaanmu? Setidaknya itulah yang dipikirkan Davina sekarang.

Geng Cokelat sebutan bagi lima sahabat yang merasa terhubung satu sama lain sejak mereka duduk di bangku SMA. Persamaan mereka cuma satu kala itu, sama-sama penyuka cokelat. Dari cokelat merk sejuta umat yang sering dipakai sebagai simbol Valentine's Day, hingga cokelat Godiva paling enak yang mereka cicipi dari luar negeri, oleh-oleh dari orang tua Faiza.

Pada awalnya mereka hanya menikmati hot chocolate di cafe D’Chocco yang terletak di ujung jalan dekat sekolah. Belinya patungan, lalu mereka menikmati kelezatan itu berlima. Faiza yang papanya sering mondar-mandir ke luar negeri untuk mengurus bisnis, tak bosan membawa cokelat mahal ke sekolah. Cokelat luar negeri rasanya tentu saja membuat mereka lemas terhajar banyak senyawa Anandamyne yang efeknya mirip dengan ganja, tentu saja versi aman.

Semakin lama lezatnya cokelat membuat mereka rileks membicarakan semua masalah pribadi, hingga akhirnya Davina, Faiza, Arumi, Lulu dan Ghina menjadi lima sahabat yang saling mendukung satu dan lainnya. Mendukung, menyemangati juga mengingatkan jika ada yang melakukan kesalahan.

Setelah membaca catatan Lulu, Davina merasa menjadi satu-satunya korban yang berhak meminta kejelasan. Sore itu mereka berkumpul di cafe D' Chocco dengan wajah penuh ketegangan. Davina memulai obrolan tanpa basa-basi.

"Kalian sudah tahu Lulu tidak meninggal karena bunuh diri. Ada orang yang sengaja membunuhnya. Kita semua adalah tersangka karena malam sebelum Lulu meninggal, kita bertemu dengan dia. Sebelum membahas itu, aku ingin bertanya kepada kalian, tolong kalian jawab dengan jujur." Davina memandang satu-persatu wajah sahabatnya. Wajah-wajah yang sekarang tak terlihat sama lagi.

Faiza masih mengenakan blazer dan rok selutut biru dongker. Kalung accesories tampak menonjol di lehernya. Rambutnya dibiarkan panjang terurai. Dagunya terangkat serupa harga dirinya. Davina tak menyangka jika Faiza yang selama ini dianggapnya paling dekat, tega merebut perhatian suaminya.

"Aku mau kalian mengakui sejauh apa hubungan kalian dengan Fathan."

Arumi sedikit menggeser tubuhnya, memperbaiki letak duduknya yang sebelumnya terlihat santai. Mengenakan setelan kemeja dan celana jeans hitam, wajah Arumi terlihat misterius seperti biasanya.

Ghina mematikan rokoknya setelah terbatuk-batuk kecil mendengar suara Davina. Wanita berambut pirang itu mengeluarkan bedaknya lalu touch up make up tipis-tipis untuk menutupi keriuhan otaknya yang sedang berpikir keras.

"Aku sudah tahu semuanya. Semua perbuatan yang kalian lakukan di belakangku bersama Fathan. Ternyata cuma segini arti persahabatan kita. Atau mungkin aku yang salah mencerna? Mungkin aku yang bodoh dan tak tahu bahwa sahabat juga harus berbagi pasangan. Betul begitu, Faiza?"

Yang disebut namanya terperanjat saking kagetnya. Gadis cantik yang sekilas wajahnya mirip artis Anya Geraldine itu sedang membetulkan rambutnya yang sudah terlihat rapi.

"Vin, dari mana lu bisa nuduh kita kayak ini? Please, deh, itu cuma omong kosong," sanggahnya cepat.

"Kanada, 7 Juli. Aku ingat betul saat itu hari ulang tahun pernikahan kami. Fathan juga pergi ke Paris. Kalian membuat janji untuk menghabiskan malam berdua. Aku orang bodoh yang menunggu suamiku pulang setelah mendoakannya bermalam-malam.” Davina memandang tajam ke arah Faiza yang semakin salah tingkah.

"Setidaknya Lulu meninggalkan catatan tentang semua kebusukan kalian." Davina melanjutkan kalimatnya tanpa ekspresi. Nada suaranya datar. Arumi dan Faiza saling berpandangan. Sementara Ghina menatap Davina yang terlihat sangat tenang.

"Aku sudah bilang, semua yang kalian lakukan bersama Fathan, aku tahu. Jadi mari kita lanjutkan obrolan ini dengan saling bicara jujur, atau masih ada yang berpikir bisa menyembunyikan sampah meski baunya sudah tercium kemana-mana?"

Davina memajukan tubuhnya lalu menopangkan kaki kanan ke atas kaki kirinya. Perempuan berkerudung ini sudah memegang kartu As dari semua kawan di hadapannya.

"Oke Vin, gue minta maaf. Gue salah karena sempat beberapa kali jalan bareng Fathan." Akhirnya Faiza buka suara setelah beberapa saat mereka dikurung keheningan dalam pikiran masing-masing.

"Empat belas kali," potong Davina cepat. Kali ini nada suaranya terdengar lebih rileks meski masih penuh penekanan.  Empat belas kali kamu serong dengan suamiku.  Entah apa yang ada di otakmu. Begitu banyak pria bebas di luar sana, tapi kamu memilih Fathan!" teriak Davina ke arah Faiza yang cuma bisa menundukkan wajahnya. Mata Davina menyala, memandang satu-persatu kawan-kawannya yang menurutnya tidak ada otak.

"Oke, gue minta maaf. Gue terima lu mau ngatain gue. Terserah lu. Gue cuma berharap lu bisa maafin gue, Vin." Faiza berkata lirih. Dia tak punya senjata untuk membela diri lagi. Tapi dia tidak rela Davina membuka skandal ini di depan sahabatnya yang lain.

"Gue sebenernya gak ada niat buat nikung lo, hanya saja ...."

"Hanya saja lo gak bisa terima kalau Fathan milih gue, meskipun lo naksir dia duluan?" Tatapan Davina sangat mengintimidasi.

'Kurang ajar sekali Lulu'. Batin Faiza menghardik.

Dia hanya curhat tentang  rasa itu kepada Lulu saat mereka berdua sedang bersenang-senang di sebuah klub malam. Rupanya Lulu juga menuliskan ini dalam catatannya. 'Dasar sektetaris sialan! Udah mati juga masih nyusahin!' batinnya kesal.

Sekarang Ghina dan Arumi yang saling bertatapan sambil menarik napas panjang.

"Sabar dulu, Vin. Mungkin ini cuma salah paham." Arumi mencoba menengahi ketegangan yang mulai terasa memanas.

"Iya betul. Gue emang salah paham sama kalian. Terutama sama lo, Arumi. Gimana bisa lo yang seorang ahli hukum, justru menggunakan cara-cara yang melanggar hukum untuk membantu Fathan. Lo pasti senang karena Fathan akhirnya bisa mempercayai lo lebih dari siapa pun untuk urusan legalitas bisnisnya. Apakah imbalan yang lo dapatkan setimpal? Oh... gue lupa, lo hanya pernah pacaran sekali dengan Farid, lalu endingnya dia menghilang. Jadi itu alasan lo mau tidur dengan suami gue?"

Arumi membeku. Kepalanya bergerak-gerak makin lama makin cepat. Pandangannya manatap lurus ke depan. Napasnya memburu.

Faiza segera mengambil segelas air lalu menyodorkannya kepada Arumi. Gadis itu bergeming. Dia masih menggoyang-goyangkan kepalanya. Wajahnya semakin pucat. Ghina beranjak dari kursi lalu mendekati Arumi dan menepuk keras bahu perempuan jangkung itu. Arumi seperti tersadar dari lamunan. Perlahan Ghina menyodorkan gelas ke bibirnya, memaksanya untuk minum. Arumi tergesa-gesa meminum air putih di dalam gelas, hingga air memercik ke arah leher dan membasahi kemejanya. Arumi mengusap bibirnya dengan punggung tangannya. Sekarang wajah dinginnya terlihat lebih berantakan karena lipstik yang menempel di bibirnya, belepotan kemana-mana. Gadis itu mudah terkena serangan panik saat terpojok. Davina menuduhnya tidur dengan Fathan? Ah, yang benar saja.

"Sudahlah, aku enggak mau berpanjang lebar lagi. Aku tanya sekali lagi, jawab dengan jujur, siapa di antara kalian yang membunuh Lulu?"

Kali ini Davina berbicara dengan nada yang ditekan kuat-kuat hingga membuat ketiga sahabatnya bergidik.  

“Sabar, Vin,” pinta Ghina menenangkan sahabatnya.

“Ghina lo gak usah polos di depan gue. Lo bikin gue muak tahu gak? Lo bilang cinta mati sama suami lo. Diayang mati lo segera cari suami orang. Losser!” Davina menuding Ghina dengan kilat kemarahan yang siap menyambar.

Ketiga pasang mata di hadapannya saling memandang bergantian. Baru sekarang mereka tahu bahwa mereka bukan satu-satunya orang yang menjadi selingkuhan Fathan. Mereka berlima ternyata diam-diam mencintai pria yang sama. Fathan, suami Davina rupanya tak lebih dari Don Juan murahan! 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    33. Akhir Perjalanan Arumi

    Viandra sedang mengamati layar laptopnya, memerhatikan satu persatu angka yang tertera di dalam rekening yayasan. Setelah acara lelang barang branded berakhir, tugasnya mencatat semua uang yang masuk di rekening. Dahinya berkerut saat mendapati satu berita pada bukti transfer. Segera ia mengambil kertas lalu mulai mencetak bukti uang masuk. Ada sepuluh halaman kertas yang kini berjejer di mejanya. Jarinya dengan cekatan melingkari nomor rekening yang namanya sama. Ada satu nama dan berita transfer yang membuatnya bertanya-tanya. "Kak, ada yang aneh dengan donatur ini, deh. dia mengirimkan donasi dalam jumlah yang sama selama enam bulan ini. Setiap tanggal dua puluh dia mengirimkan donasi seratus juta. Beritanya juga sama 'Geng Cokelat' ini maksudnya apa, ya?"Davina terkejut mendengar nama yang setahun ini tidak pernah dia dengar lagi, dan memang sudah dia hapus dari memorinya. "Pengirimnya atas nama siapa?" selidiknya. "Ghina Ulya. Kakak kenal?'Davina segera mendekati Viandra

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    32. Menerima Tanpa Membenci

    Udara pagi yang dingin menerpa wajah Fathan saat mama mematikan lampu dan membuka jendela kamarnya."Fathan bangun, ayo salat Subuh dulu. Sudah azan, segeralah pergi ke masjid!" Mama menarik selimut tebal yang membungkus tubuh Fathan, lalu menepuk-nepuk punggung anak semata wayangnya."Hoam ... dingin sekali, Ma," keluh Fathan sambil menguap begitu menyadari hawa dingin menusuk tulangnya. Mereka sedang berada di villa. Sejak perceraiannya dengan Davina diketuk palu, Fathan tidak lagi punya gairah pada dunia bersenang-senang. Dia lebih memilih menemani mamanya yang sekarang sudah tidak lagi aktif berbisnis, hanya mengawasi dan sesekali menjadi penasehat. Mereka memutuskan rehat seminggu di villa."Ayolah bangun, jangan malas. Perkara nomor satu yang mesti kau perbaiki adalah hubunganmu dengan Tuhan." Suara mama masih saja yang lembut membuat Fathan mau tak mau membuka matanya."Allah mau kamu kembali, Fathan. Dari semua lika-liku perjalanan dan masalah yang kau lalui kemarin, sekarang

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    31. Tipu Daya Arumi

    Fathan tidak menyangka Arumi tega mengkhiantinya sejauh itu. Setelah dilakukan investigasi Arumi telah berbuat curang lebih jauh dengan memanfaatkan tanda tangan Fathan dan Davina. Dulu Fathan begitu mempercayainya hingga Arumi memegang semua dokumen asli yang dimilikinya. Habis sudah.Fathan Corp menanggung kerugian tidak sedikit hingga terancam kolaps. Arumi mengambil semuanya. Kontrak yang masih berjalan dialihkan, piutang berjalan juga sudah berhasil ditagih dan masuk ke rekening perusahaan yang dipegang Arumi. Gadis itu begitu lihai terencana melakukan semuanya. "Pa, Fathan minta maaf karena ternyata gagal memimpin perusahaan Papa. Sekarang kita terlilit utang cukup besar. Jika papa mengizinkan, Fathan akan menjual perusahaan kita yang kondisinya sekarat." Fathan duduk dengan muka mienunduk di dekat papanya yang terbaring lemah. Pria tua yang sudah kehilangan semuanya itu, hanya bisa terdiam mendengar laporan anaknya."Robby ... sudah ... lapor ... Elsye ...." Sambil terengah

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    30. Awal Petaka Farhan

    Fathan tak menyangka Elsye berani menelponnya. Dari mana wanita itu tahu nomor teleponnya. Pasti bukan hal sulit, karena Elsye bisa mencari tahu lewat Aina, sekretarisnya sebelum Lulu. Fathan bertemu Davina saat dirinya lulus kuliah di Kanada. Satu tahun setelah mereka berpacaran, Fathan kembali melanjutkan kuliah S2 di Kanada. "Aku dengar kamu sudah menikah sekarang. Congrats, Dear. Kamu sekarang pasti sudah jadi suami yang hebat.""Elsye, berani-beraninya kamu meneleponku." "Rileks, Than. Mami cuma kangen sama kamu. Masa kangen sama anak nggak boleh? Kamu, kan, anak kesayangan Mami." Suara Elsye mendesah membuat Fathan menjauhkan ponsel dari telinganya. "Ternyata kamu sudah merencanakan semuanya. Dasar wanita licik!""Oh, Dear. Kenapa bicara kasar sama Mami? Hidup memang harus direncanakan, Sayang. Lihat dirimu sekarang. Kamu masih muda, punya istri cantik, punya anak lucu, punya perusahaan besar. Ah, yang terakhir itu pasti kamu tidak pernah merencanakannya, bukan? Kamu hanya be

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    29. Terjerat Ibu Tiri

    Permainan asmara selalu menuntut penyelesaian. Dari mencoba menjadi ketagihan. Waktu sebulan mereka manfaatkan sebaik-baiknya. Hampir setiap hari Fathan dan Elsye saling memuaskan. Bagi Fathan, ibu tirinya adalah sosok ibu peri yang memberinya pengalaman baru yang sangat menyenangkan.Berbagai macam gaya bercinta dari video yang mereka tonton akhirnya mereka praktekkan tanpa bosan, hingga Elsye memetik hasil didikannya kepada pemuda culun itu. Fathan berubah menjadi pemuda yang sangat tangguh di ranjang dan paham memuaskan wanita seperti dirinya. Fathan makin percaya diri ketika Elsye mendandaninya seperti pemuda gaul yang selama ini hanya dia lihat dari sosial media. Selama ini masalah terbesar Fathan adalah kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memedulikan penampilannya, cara berjalannya, juga gaya berbicaranya. Bersama Elsye, Fathan seperti menemukan guru privat sekolah kepribadian. Fathan menjelma menjadi pemuda tampan yang mampu memikat lawan jenis pada pertemuan pertama. Pesona

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    28. Masa Lalu Fathan 2

    "Ini keputusan sulit, tetapi mama dan papa tidak punya solusi lain," ucap Papa pasrah. Setali tiga uang. Ternyata papanya juga begitu enteng bicara tentang perceraian semudah pamit saat akan pergi ke luar kota."Sekarang mungkin kamu belum mengerti meskipun mama dan papa jelaskan. Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa terjadi seperti keinginan kita. Nanti kalau kamu dewasa, kamu akan paham," imbuh papanya. "Kamu tidak perlu khawatir karena kami tetap orang tuamu. Kamu akan tinggal bersama Mama tetapi bebas datang ke rumah papa, kapanpun kamu mau." Fathan menoleh ke arah mamanya. Mama yang selama ini mendukungnya, malam ini terlihat berbeda. Ada gurat kesedihan yang tak ingin ditampakkan, meskipun begitu Fathan tetap melihat wajah keruh itu."Kamu bebas memilih sekolah yang kamu mau, mama dan papa akan menyekolahkan kamu setinggi-tingginya." Kali ini Fathan menoleh ke arah papanya. Lelaki yang mengajarinya tanggung jawab ini sekarang justru seperti sedang berusaha melepaskan tangg

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status