Share

Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku
Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku
Author: Nabila

Prolog

Author: Nabila
last update Last Updated: 2022-06-11 17:15:37

Apakah Tuhan butuh alasan ketika menimpakan cobaan kepada seseorang? Ataukah semua manusia memang sudah seharusnya menghadapi cobaan versi masing-masing meskipun dia berusaha menjadi hamba yang baik dan tidak neko-neko? Pertanyaan itu terus berputar di kepala Davina Zaila Hamidah. Dirinya sudah mencoba menjalani hidup dengan sebesar-besarnya kemampuan menjaga rumah tangganya. Perempuan keturunan Arab-Sunda berhidung mancung dan berkulit putih bersih itu masih memikirkan kenapa bisa semua orang yang dicintai akhirnya berbalik memusuhi dan merebut kebahagiaan yang tengah direguknya.

"Kamu tega sekali melakukan ini kepadaku, Mas! Kamu benar-benar lelaki biadab! Mereka semua sahabatku, tega-teganya kamu berselingkuh dengan sahabat-sahabatku!" jerit Davina sambil menunjuk wajah Fathan, suaminya yang hanya bisa duduk terpekur  di kursi sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya. Fathan hanya terdiam. Dia membiarkan wanita yang telah memberinya seorang anak perempuan itu mengurai kemarahannya. Dia memang pantas menerima semua caci-maki Davina.

"Aku meninggalkan karierku yang sedang berada di puncak untuk menikah denganmu! Aku melupakan keinginan kuliah lagi untuk menjadi ibu yang baik bagi anak-anakmu! Aku rela melepas semua mimpiku demi menjadi istrimu,  tetapi begini balasan yang aku terima!"

Suara Davina terhalang tangis yang mulai tak bisa dibendungnya. Hatinya patah oleh sekejam-kejamnya pengkhianatan Fathan.

Seandainya, seandainya saja dia tahu bahwa keempat sahabatnya adalah orang yang tega menusuknya dari belakang, tak akan pernah dia menjadi pencetus ide terbentuknya Geng Cokelat. Kini sesalnya berlapis-lapis. Otak warasnya bahkan nyaris tak mampu menerima kenyataan bahwa sahabat-sahabat yang sangat dia sayangi tak lebih dari burung hantu berbulu cendrawasih.

"Sayang, aku minta maaf untuk semuanya. Aku memang laki-laki bodoh. Seharusnya aku tidak melayani kemauan mereka," sesal Fathan.

"Kemauan mereka? Oh ... jadi cuma mereka yang salah dan kamu yang suci? Jadi ini semua adalah kesalahan mereka dan kamu tidak ada andil di dalamnya?" Davina meradang. Napasnya memburu seperti singa lapar yang hendak menerkam musuh.

"Aku sudah bilang ini juga salahku! Oke, semua ini aku yang salah! Sayang, aku tidak bermaksud mengkhianati kamu. Semua ini terjadi di luar kuasaku. Semua terjadi begitu saja. Saat aku tersadar, ternyata aku sudah tersesat jauh. Maafkan aku, Sayang. Please, maafkan aku. Kita mulai semuanya dari awal lagi. Aku janji setelah ini kita akan baik-baik saja, Sayang." Fathan bangkit dari duduknya lalu bersimpuh di kaki istrinya.

Davina memalingkan wajahnya. Jika suaminya berselingkuh dengan orang yang tidak dikenalnya, mungkin tidak akan sehancur ini hatinya. Jika Fathan menduakannya dengan satu orang, mungkin tak seremuk ini perasaannya. Ini sudah melewati batas kesabaran dan pemaklumannya sebagai istri, sebagai wanita, juga sebagai manusia.

"Aku akan membawa Nafasha ke apartemen. Kami akan tinggal di sana untuk waktu yang tidak ditentukan. Aku butuh sendiri dulu untuk menjernihkan pikiran dari kelakuan busuk kalian."

"Sayang, jangan pergi. Kalau kamu muak sama aku, biar aku saja yang pindah ke apartemen. Kamu tetap di sini sama Nafasya."

"Aku bukan mau pindah ke apartemen kamu, tapi ke apartemenku sendiri. Jangan temui kami sebelum aku izinkan." 

Davina bergegas meninggalkan Fathan yang masih meringkuk di lantai. Dia paham sifat istrinya. Jika sedang marah harus dibiarkan sendiri dulu. Iya, untuk kemarahan jika dirinya melakukan kesalahan-kesalahan kecil seperti pulang terlambat atau tak sengaja menyakiti perasaan Davina. Sekarang ... kesalahan yang dilakukannya adalah kesalahan fatal. Empat tahun pernikahan, badai yang dibuatnya terlalu sulit untuk tidak menenggelamkan kapal yang sedang dia kemudikan bersama anak dan istrinya.

Karam. Apakah kapal mereka akan karam? Apakah Davina akan memintanya untuk bercerai? Membayangkan kemungkinan itu Fathan segera berlari menuju kamarnya. Pintu kamar mereka terkunci rapat.

"Sayang, tolong buka pintunya. Buka pintunya!" teriaknya keras. Tidak terdengar jawaban dari dalam kamar. Davina sedang sibuk memasukkan baju-bajunya ke dalam koper. Setelah kopernya penuh, dia merapikan beberapa perlengkapan. Kosmetik, obat-obatan, sepatu dan sandal tak lupa dimasukkan ke dalam tas. Setelah dirasa beres semuanya, dia membuka pintu kamar. Fathan meraih bahunya, tetapi dengan cepat Davina menepisnya.

Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu melangkah cepat menuju kamar Nafasya, putri kecilnya yang baru berusia tiga tahun.

Terlihat Nafasya masih tertidur pulas. Di sofa kamar Suster Ratna, baby sitter pengasuh Nafasha tampak terkejut dengan kehadirannya. Perempuan itu pucat dan ketakutan mendengar pertengkaran tuan dan nyonya rumah.

"Sus, tolong bantu packing baju-baju Nafasha. Setelah itu baju Suster juga dibawa. Kita akan pindah ke apartemen, tolong cepat sedikit."

"Ba-baik, Bu." Suster Ratna segera mengeluarkan koper dan tas untuk perlengkapan Nafasya. Davina mendekati putri kecilnya yang tidak terganggu dengan teriakannya tadi. Ada sesal menelusup halus ke dalam dadanya. Sesal dan kesal yang membuatnya hilang akal.

Sekali lagi ingatannya menelusuri satu demi satu nama-nama sahabatnya yang menebar luka. Arumi yang pendiam, Faiza sang bintang, Ghina yang dewasa, serta Lulu yang jenius. Kenapa mereka melakukan hal ini kepadanya? Apakah keempat sahabatnya sengaja bersekongkol untuk merebut kebahagiaannya?

Ah, Lulu. Semoga dia berbahagia di alam sana. Meski didera perih dalam hatinya, Davina lirih mendoakan agar Lulu mendapat tempat terbaik dalam keabadian. Lulu wanita paling periang di antara mereka. Kenapa Lulu harus mengakhiri hidupnya dengan cara seperti ini? Lulu diduga memasukkan racun sianida ke dalam minumannya. Jasadnya ditemukan keesokan hari di ruangan kerjanya.

Perlahan bulir bening membasahi pipi Davina. Rasanya tidak mungkin jika Lulu berniat mengakhiri hidupnya. Namun, jelas ada permohonan maaf di file yang tersimpan di dalam komputernya.

"Aku yang akan pergi. Davina, aku yang akan keluar dari rumah ini. Kamu tetap di rumah bersama Nafasya. Aku yang harus dihukum untuk semua kesalahan ini. Tolong jaga Nafasha baik-baik." Fathan muncul di depan pintu dengan wajah kuyu. Davina hanya meliriknya sesaat. Baginya lelaki itu sudah mati. Dia bahkan tak sudi melihat wajah suaminya lagi.

Fathan berlalu menuju kamar dan mengemasi beberapa pakaiannya. Dia menyambar kunci mobil lalu segera meninggalkan rumah mereka. Rumah yang berisi banyak kenangan bersama Davina yang sangat dicintainya. Berkali-kali Fathan memukul kemudi. Pikirannya kacau balau. Ternyata harus begini akhir benang kusut yang membelit tubuhnya.

"Aku memang laki-laki brengsek!" teriaknya sambil memukul kemudi dengan keras lalu kakinya menginjak rem dengan cepat. Mobil berhenti di pinggir jalan. Suara klakson bersahutan membelah jalanan. Fathan tidak peduli. Dia membuka pintu mobil lalu membantingnya keras. Laki-laki tinggi kekar itu berjalan keluar dari mobil sambil meraba sakunya mencari rokok.

Hamparan tanah kering dan pecah-pecah terpampang di hadapannya. Sepertinya areal sawah ini usai dipanen padinya. Tampak batang-batang pohon padi yang terpotong setengahnya, juga banyak bulir padi berjatuhan di tanah kering. Fathan menyalakan rokoknya, lalu mengisapnya dalam-dalam. Kepulan asap segera membumbung di atas kepalanya.

Fathan pernah menduga jika petualangannya dengan para sahabat Davina suatu hari akan terbongkar. Namun, dia tidak pernah menyangka jika Lulu tega mengakhiri hidupnya dengan cara tragis. Lulu meninggal di kantornya. Semua barang di ruangan dijadikan barang bukti oleh polisi. Namun, Davina berhasil mengcopy file-file penting milik Lulu sebelum polisi mengambilnya.

Dari situlah semua bermula. Rahasia yang pada awalnya hanya diketahui Lulu akhirnya sampai ke tangan Davina. Satu tindakan bodoh Lulu benar-benar menghancurkan semuanya. Fathan bahkan sudah berusaha 'membungkam' Lulu dengan mengirimkan 'uang tutup mulut' setiap bulan, meskipun Lulu tak pernah memintanya. Sial!

Tiba-tiba ponselnya berdering. Satu panggilan masuk dari nomor tidak dikenal. Fathan menekan tombol hijau.

"Selamat siang Pak Fathan, bisakah bapak datang ke kantor polisi sekarang? Ada dugaan Ibu Lulu tidak bunuh diri, melainkan sengaja dibunuh. Kami sangat berterima kasih jika Anda mau bekerjasama dengan datang ke kantor kami sekarang juga."

Pembunuhan? Jantung Fathan berdegup lebih kencang. Siapakah yang tega membunuh Lulu?

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    33. Akhir Perjalanan Arumi

    Viandra sedang mengamati layar laptopnya, memerhatikan satu persatu angka yang tertera di dalam rekening yayasan. Setelah acara lelang barang branded berakhir, tugasnya mencatat semua uang yang masuk di rekening. Dahinya berkerut saat mendapati satu berita pada bukti transfer. Segera ia mengambil kertas lalu mulai mencetak bukti uang masuk. Ada sepuluh halaman kertas yang kini berjejer di mejanya. Jarinya dengan cekatan melingkari nomor rekening yang namanya sama. Ada satu nama dan berita transfer yang membuatnya bertanya-tanya. "Kak, ada yang aneh dengan donatur ini, deh. dia mengirimkan donasi dalam jumlah yang sama selama enam bulan ini. Setiap tanggal dua puluh dia mengirimkan donasi seratus juta. Beritanya juga sama 'Geng Cokelat' ini maksudnya apa, ya?"Davina terkejut mendengar nama yang setahun ini tidak pernah dia dengar lagi, dan memang sudah dia hapus dari memorinya. "Pengirimnya atas nama siapa?" selidiknya. "Ghina Ulya. Kakak kenal?'Davina segera mendekati Viandra

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    32. Menerima Tanpa Membenci

    Udara pagi yang dingin menerpa wajah Fathan saat mama mematikan lampu dan membuka jendela kamarnya."Fathan bangun, ayo salat Subuh dulu. Sudah azan, segeralah pergi ke masjid!" Mama menarik selimut tebal yang membungkus tubuh Fathan, lalu menepuk-nepuk punggung anak semata wayangnya."Hoam ... dingin sekali, Ma," keluh Fathan sambil menguap begitu menyadari hawa dingin menusuk tulangnya. Mereka sedang berada di villa. Sejak perceraiannya dengan Davina diketuk palu, Fathan tidak lagi punya gairah pada dunia bersenang-senang. Dia lebih memilih menemani mamanya yang sekarang sudah tidak lagi aktif berbisnis, hanya mengawasi dan sesekali menjadi penasehat. Mereka memutuskan rehat seminggu di villa."Ayolah bangun, jangan malas. Perkara nomor satu yang mesti kau perbaiki adalah hubunganmu dengan Tuhan." Suara mama masih saja yang lembut membuat Fathan mau tak mau membuka matanya."Allah mau kamu kembali, Fathan. Dari semua lika-liku perjalanan dan masalah yang kau lalui kemarin, sekarang

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    31. Tipu Daya Arumi

    Fathan tidak menyangka Arumi tega mengkhiantinya sejauh itu. Setelah dilakukan investigasi Arumi telah berbuat curang lebih jauh dengan memanfaatkan tanda tangan Fathan dan Davina. Dulu Fathan begitu mempercayainya hingga Arumi memegang semua dokumen asli yang dimilikinya. Habis sudah.Fathan Corp menanggung kerugian tidak sedikit hingga terancam kolaps. Arumi mengambil semuanya. Kontrak yang masih berjalan dialihkan, piutang berjalan juga sudah berhasil ditagih dan masuk ke rekening perusahaan yang dipegang Arumi. Gadis itu begitu lihai terencana melakukan semuanya. "Pa, Fathan minta maaf karena ternyata gagal memimpin perusahaan Papa. Sekarang kita terlilit utang cukup besar. Jika papa mengizinkan, Fathan akan menjual perusahaan kita yang kondisinya sekarat." Fathan duduk dengan muka mienunduk di dekat papanya yang terbaring lemah. Pria tua yang sudah kehilangan semuanya itu, hanya bisa terdiam mendengar laporan anaknya."Robby ... sudah ... lapor ... Elsye ...." Sambil terengah

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    30. Awal Petaka Farhan

    Fathan tak menyangka Elsye berani menelponnya. Dari mana wanita itu tahu nomor teleponnya. Pasti bukan hal sulit, karena Elsye bisa mencari tahu lewat Aina, sekretarisnya sebelum Lulu. Fathan bertemu Davina saat dirinya lulus kuliah di Kanada. Satu tahun setelah mereka berpacaran, Fathan kembali melanjutkan kuliah S2 di Kanada. "Aku dengar kamu sudah menikah sekarang. Congrats, Dear. Kamu sekarang pasti sudah jadi suami yang hebat.""Elsye, berani-beraninya kamu meneleponku." "Rileks, Than. Mami cuma kangen sama kamu. Masa kangen sama anak nggak boleh? Kamu, kan, anak kesayangan Mami." Suara Elsye mendesah membuat Fathan menjauhkan ponsel dari telinganya. "Ternyata kamu sudah merencanakan semuanya. Dasar wanita licik!""Oh, Dear. Kenapa bicara kasar sama Mami? Hidup memang harus direncanakan, Sayang. Lihat dirimu sekarang. Kamu masih muda, punya istri cantik, punya anak lucu, punya perusahaan besar. Ah, yang terakhir itu pasti kamu tidak pernah merencanakannya, bukan? Kamu hanya be

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    29. Terjerat Ibu Tiri

    Permainan asmara selalu menuntut penyelesaian. Dari mencoba menjadi ketagihan. Waktu sebulan mereka manfaatkan sebaik-baiknya. Hampir setiap hari Fathan dan Elsye saling memuaskan. Bagi Fathan, ibu tirinya adalah sosok ibu peri yang memberinya pengalaman baru yang sangat menyenangkan.Berbagai macam gaya bercinta dari video yang mereka tonton akhirnya mereka praktekkan tanpa bosan, hingga Elsye memetik hasil didikannya kepada pemuda culun itu. Fathan berubah menjadi pemuda yang sangat tangguh di ranjang dan paham memuaskan wanita seperti dirinya. Fathan makin percaya diri ketika Elsye mendandaninya seperti pemuda gaul yang selama ini hanya dia lihat dari sosial media. Selama ini masalah terbesar Fathan adalah kepercayaan dirinya. Tidak ada yang memedulikan penampilannya, cara berjalannya, juga gaya berbicaranya. Bersama Elsye, Fathan seperti menemukan guru privat sekolah kepribadian. Fathan menjelma menjadi pemuda tampan yang mampu memikat lawan jenis pada pertemuan pertama. Pesona

  • Catatan Rahasia Sekretaris Suamiku    28. Masa Lalu Fathan 2

    "Ini keputusan sulit, tetapi mama dan papa tidak punya solusi lain," ucap Papa pasrah. Setali tiga uang. Ternyata papanya juga begitu enteng bicara tentang perceraian semudah pamit saat akan pergi ke luar kota."Sekarang mungkin kamu belum mengerti meskipun mama dan papa jelaskan. Ada hal-hal di dunia ini yang tidak bisa terjadi seperti keinginan kita. Nanti kalau kamu dewasa, kamu akan paham," imbuh papanya. "Kamu tidak perlu khawatir karena kami tetap orang tuamu. Kamu akan tinggal bersama Mama tetapi bebas datang ke rumah papa, kapanpun kamu mau." Fathan menoleh ke arah mamanya. Mama yang selama ini mendukungnya, malam ini terlihat berbeda. Ada gurat kesedihan yang tak ingin ditampakkan, meskipun begitu Fathan tetap melihat wajah keruh itu."Kamu bebas memilih sekolah yang kamu mau, mama dan papa akan menyekolahkan kamu setinggi-tingginya." Kali ini Fathan menoleh ke arah papanya. Lelaki yang mengajarinya tanggung jawab ini sekarang justru seperti sedang berusaha melepaskan tangg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status