Share

Memalukan

"Mak! Kita mau kemana ini?" tanyaku setelah berada di antara simpang arah ke rumahku dan rumah mertua. Hari  sudah sore dan seharusnya untuk pulang. 

 

"Pulang ajalah, Emak udah capek.  Mertuamu akan menginap di rumah kita," balas Emak yang mulai ngantuk. Aku mengangguk dengan malas. Niat hati untuk khilaf nanti malam, kayaknya akan gagal. Orang tua rempong yang ingin nimang cucu itu akan mengganggu kami. Perlakuan sama harapan tidak berbanding lurus. 

 

Aku menoleh pada Bapak yang sudah mendengkur  di sampingku, sementara Rika? Aku tak melihatnya duduk di samping Emak. 

 

"Mak! Rika di mana?" tanyaku khawatir. Emak tersenyum lalu memandang ke bawah. Astaga! Itu anak malah tidur. Pantas saja aku tak melihatnya karena kepala Rika di atas paha Emak. Aku juga terlalu panik setelah tadi malu dan tak berani menatap ke belakang. 

 

"Bangunkan ajalah, Mak. Nanti kaki Emak kebas," usulku. Sebenarnya kasihan juga sih, karena dia sudah capek menemani Emak dan Ibu mandi-mandi, tapi tidak basah. Setelah habis sholat ashar, Emak ngajak balik ke plaza. Kalian tahu mau ngapain? Sungguh di luar nalar. Mereka mau mandi bola. Aku tak tahu rayuan apa yang Emak keluarkan hingga wahana bermain untuk anak-anak itu bisa dimasuki anak-anak yang sudah tua. 

 

"Gapapa. Kamu hati-hati nyetirnya! Tak usah bayangin kalau kamu yang berada di posisi emak." Kan ... kan … kan ...? Aku hanya memperlihatkan baktiku pada Emak, tetap aja diledekin. Auw ah. 

 

"Kamu gak nanyain ibu mertuamu, Di?" tanya Emak. Aku memandang ke belakang, hanya mereka berdua.

 

"Mana Ibu, Mak? Apa ketinggalan?" Aku mulai panik. 

 

"Hmm. Ibu mertuamu tidur di kursi belakang. Anaknya aja kamu cariin, lah ibunya kamu abaikan." Emak mulai menggodaku. Aku tersenyum tipis, salah tingkah lagi. Sudah terlanjur digodain, aku menyempatkan mata untuk memandang sang permaisuri yang lagi ngences. Ahaa! Kartu merah muda nih. Aku bisa meledek Rika yang melukis sketsa pulau di baju Emak. 

***

 

"Besan! Bangun! Kita udah sampai," seru Emak.  Aku tak tahu besan yang mana yang dimaksud perempuan yang duduk dibelakangku. Kalau Bapak, aku bisa mudah membangunkannya, karena beliau tepat di sampingku. Kalau Ibu? Andai dia terbangun, apa harus keluar dari bagasi? Toh, menantunya saja masih molor di pangkuan Emak. 

 

"Mak! Bangunin Rika dulu, baru ibunya! Anak perempuan itu jangan suka dimanjain. Perlakuin mantu kok kayak ratu saja. Kalau dia ngelunjak, Emak juga yang susah," celetukku, lalu keluar hendak membantu Emak keluar. 

 

"Hadi! Kamu aja yang gantiin emak mangku kepala Rika, ya! Udah pegel," ujar Emak. Yaelah, kenapa gak dibangunin aja sih. 

 

"Bangunin ajalah, Mak! Kita akan istirahat di dalam," balasku cuek. 

 

"Cieee, yang pengen dua-duaan. Ya udah, kamu gendong Rika ke dalam," titah Emak. Aku sebenarnya ingin bersorak kegirangan, tapi kalau Rika bangun, gagal deh. Dengan muka malas, aku menggendong Rika ke dalam yang terus diledekin Emak dari belakang. Ah, perempuan yang sok muda itu kayak gak pernah jatuh cinta aja. 

 

Aku meletakkan Rika dengan hati-hati di atas ranjang yang menjadi saksi kalau ada seorang pria menatap istrinya penuh cinta. 

 

"Rika, sebenarnya aku sudah mulai mencintaimu. Tapi aku masih takut kalau sejarah mungkin terulang. Oleh karena itu jangan pernah sakiti hatiku! Jaga hatimu untukku seorang, Rika! Kuharap kisah cinta dalam rumah tangga kita bagai huruf idgham bilaghunnah, cuma lam dan ro. Ya, kumau hanya ada kita berdua, Sayang."

 

Aku berputar cepat, membelakangi Rika yang mulai menggeliat. 

 

"Makasih ya, Bang, sudah gendong Rika." ujarnya. Aku membalikkan badan, menatap perempuan yang sudah duduk di sisi ranjang sembari tersenyum. Astaga, dia tadi sudah bangun dan ini semua rencananya. 

 

"Oh, kamu sengaja membuat lutut dan tanganku kebas karena menggendong tubuhmu yang gendut?" sindirku.

 

"Oh, jadi jantung Abang berdegub lebih cepat karena keberatan, bukan karena deg-degan. Ternyata aku salah sangka," gumamnya. Ya ampun, dia tahu segalanya. Untung saja aku mengungkapkan isi hatiku tadi tanpa bersuara. Kuharap, dia tidak mengerti bahasa bibirku yang komat-kamit. 

 

"Geer banget," cetusku, lalu keluar karena kepanasan. Malu banget dah. Walau bibir tak berkata jujur, tapi tubuh ini selalu mempermalukanku. Mulai dari wajah yang memerah dan sekarang jantung yang berdisko ria. Duh, aku butuh angin segaar. 

***

 

Aku menemani Bapak menonton siaran bola. Kulirik jarum jam dinding sudah hampir tengah malam. Ketiga kaum perempuan masih sibuk cerita-cerita di atas kasur lantai yang digelar di ruang tamu. Mereka sesekali cekikikan tanpa sadar kalau ini saatnya memberikan haknya mata dan badan untuk istirahat juga tidur. 

 

"Udah tengah dua belas ya, Pak? Apa Bapak tidak ngantuk?" tanyaku dengan suara yang sengaja dikeraskan. Mereka tak menoleh sama sekali. Duh, Rika! Katanya cinta, tapi kok suaminya dianggurin. Emak sama Ibu juga gak pengertian. 

 

"Tidur duluan, Di. Sebentar lagi mau habis ini," balas bapak mertua tanpa menoleh padaku.

 

"Mak! Bu! Hadi tidur duluan ya!" pamitku, tapi mata melirik pada sang istri. 

 

"Iya. Tidur duluan sana! Berwudhu dulu, baru tidur. Kata Rika, kamu sering ngigau, mimpi buruk," balas Emak. Apa? Jadi mereka tadi sedang membicarakanku. 

 

Kenapa sih Emak dan Rika selalu memojokkanku? Harusnya, aku ini dipuja-puji karena menjadi anak dan menantu yang baik seharian penuh. Mereka tak memandang jasaku sama sekali. Huh. 

 

Aku memang sering bermimpi kalau Rika meninggalkanku pas lagi sayang-sayangnya, persis seperti sang mantan. Semoga saja aku tak pernah menyebut namanya, walau tanpa kesadaran.

 

Aku menuruti perintah Emak untuk berwudhu. Perempuan yang tak lagi muda itu  selalu mengingatkan anaknya seperti anak yang belum baligh. Selalu diingatkan mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Sholat, makan, mandi dan tidur, tetap diomeli jika terlambat kulakukan. Kuharap, Emak tak memarahiku di depan cucunya kelak. 

 

Aku menarik selimut sampai ke kepala saat mendengar suara pintu yang dibuka sang pujaan hati. Lampu telah mati, menyisahkan sedikit cahaya yang menerobos dari ruang tengah melalui ventilasi di atas pintu kamar. Sungguh syahdu sekali. 

 

Karena aku masih enggan menyatakan perasaanku dengan lisan, sepertinya pura-pura khilaf bisa jadi solusi. Aku menahan kantuk sampai setengah jam hingga Rika tertidur pulas. Istriku memang mudah terlelap. 

 

Aku membalikan badan agar menghadap istriku. Dia juga menutup kepalanya dengan selimut. Tak biasanya. Ah, mungkin Rika tahu kalau aku akan .... 

 

Aku meletakkan tanganku di atas pinggang yang ramping itu. Tak ada pergerakan. Syukurlah, Rika sudah tertidur. 

 

Aku memejamkan mata agar tak malu bila ketahuan, lalu menarik selimut itu perlahan. Aku mulai merasa aneh saat meraba rambutnya yang pendek. Ah, mungkin Rika baru potong rambut. Batinku menolak. Aku semakin curiga karena meraba keriput di keningnya dan ... ada bulu-bulu di bawah hidungnya. 

 

"Aaaaah. Kenapa Bapak ada di sini?" teriakku. Bapak terkejut, begitu juga dengan ketiga perempuan lainnya. 

 

"Mak! Kenapa Bapak tidur di sini?" tanyaku, berlari ke belakang Emak. Aku takut kalau mertua mempunyai kelainan. 

 

"Maafin ibu, Nak Hadi! Sudah tiga bulan gak jumpa, ibu kangen sama Rika. Ibu mau tidur sama Rika malam ini. Makanya, Bapak tidur di kamar kamu."

 

Aku jadi tak enak hati sekaligus kesal, tapi entah pada siapa. 

 

"Hanya malam ini, Di. Besok, Rika akan dikembaliin kok. Kasihannya anak emak yang lagi bangun cinta, eh salah satu tukangnya lagi absen. Sini  peluk, Sayang," ledek Emak sambil membentangkan kedua tangannya. 

 

Aku tak berani minta maaf pada Bapak mertua.  Kuambil langkah seribu menuju kamar tamu dsn menguncinya dengan cepat. Mereka bertiga tertawa terbahak-bahak saat Bapak menceritakan segalanya. Di rumah ini banyak kamar, kenapa harus menyuruh Bapak tidur di kamarku? Astaga! Malam ini akan terasa sangat panjang karena sibuk merutuk diri. Ini pasti rencana Emak. Ya Allah, berikan hidayah pada emakku yang jahil!

 

 

Komen (2)
goodnovel comment avatar
sylvia f
nda nyangka, bapaknya, hahahaha
goodnovel comment avatar
Riri Rere
hahahah lucu banget
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status