Share

Bab 6. Cinta?

last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-27 11:22:24

“Ambillah!Atau mau saya pecat,” ucap Aksara yang memegang tangan kanan Celine. Diletakkannya ponsel tersebut ke tangan gadis itu.

“Tapi, Tuan ....” 

Tangan Celine yang gemetar membuat Aksara terkekeh. Baru kali ini, ia mendapati gadis lugu seperti Celine. Gadis yang diam-diam mencuri hatinya.

“Maaf saya hanya bercanda.”

Celine menghela nafas panjang sambil memegang dadanya yang bergemuruh, “Syukurlah, Tuan. Saya kira, saya beneran dipecat.”

Aksara tersenyum kecil. Ia seperti kembali menemukan kehidupannya yang berwarna. Hari-hari yang dilalui dengan suram itu mendadak seperti mendapatkan secercah sinar. Senyum semu yang biasa ia tampakkan kini menjelma menjadi senyum nyata kebahagiaan.

“Tidak, tidak, saya hanya simpati saja dengan gadis itu, ini bukan perasaan seorang lelaki dewasa kepada wanita,” batin Aksara yang terus menutupi perasaannya. Ia masih belum bisa menerima kalau hatinya tertambat dengan wanita yang lebih macam dipanggil gadis bau kencur.

“Tuan, maaf, kenapa tidak segera jalan?” tanya Celine yang menyadarkan lamunan Aksara. 

“Iya, ini juga mau jalan.”

Roda kendaraan mulai berputar perlahan. Celine kembali bermain dengan Denim. Diberikannya snack anak kepada bocah kecil tersebut, di mana Denim terus menggigit dan mengunyahnya. Aksara menoleh, ia tersenyum melihat kedua orang di sebelahnya tertawa bahagia. 

“Maaf, Tuan, apa ada yang mau dibeli lagi?” tanya Celine ketika kendaraannya kembali menepi. Sebuah bangunan mewah yang tampak tertutup. 

“Iya.”

Celine terdiam. Ia tak berani lagi menanyakan apa pun, meskipun pikirannya kembali berkelana dengan rentetan pertanyaan. “Sudah malam kenapa gak langsung pulang? Tuan Aksara mau beli apalagi si, bukannya sudah belanja banyak hingga jutaan? Apa semua orang kaya itu memang boros, suka membelanjakan sesuatu sesuka hatinya?” batin Celine.

“Ayo turun! Kenapa malah bengong.” Celine terkejut ketika pintu di sebelahnya sudah terbuka. Lelaki gagah dengan cambang halus itu menatap ke arahnya dengan tajam. 

“Maaf, Tuan.”

“Berikan Denim kepada saya! Kamu pasti capek bukan?”

“Tapi, Tuan.”

“Ini perintah, Celine!”

“Baik, Tuan.” 

Celine memberikan Denim kepada papanya. Lalu, ia mulai beranjak turun dari kendaraan Aksara. Celine tak pernah bermimpi bisa duduk di kendaraan roda empat seperti itu. Aplaagi mobil mewah dengan interior yang wah. Sayang, ia tak terlalu betah dengan suhu AC yang dirasanya begitu dingin. 

Aksara yang menggendong Denim masuk terlebih dulu, lalu diikuti Celine yang berada di belakangnya. Lagi-lagi gadis itu dibuat kagum dengan tempat baru yang disinggahi. Netranya ingin berkelana menjelajahi setiap inci tempat ini. Tapi, mengingat statusnya yang seorang bawahan, ia takut kalau Aksara marah karena Celine berbuat memalukan. 

“Duduklah!”

“Apa, Tuan? Duduk?” tanya Celine kaget ketika lelaki dewasa di depannya mulai mendudukkan  Denim di kursi makan anak.

“Iya, kamu mau makan sambil berdiri?”

Celine meneguk salivanya yang mendadak mengering. Padahal baru saja beberapa menit lalu, ia minum air mineral ketika berada di mobil. “Kita satu meja, Tuan?”

“Iya. Mau makan di mana lagi kamu?” tanya Aksara dengan nada meninggi. Celine cukup menguras stok sabarnya. Tapi di sisi lain, ia juga terhibur dengan sifat polos dan penakut gadis itu.

Celine menurut. Ia duduk dengan terus menundukkan pandangan. Gadis itu begitu takut berhadapan dengan lelaki yang dipanggilnya Tuan. Baginya, duduk bersama dalam satu meja adalah tindakan yang tak sopan. Gadis itu menyadari kasta mereka yang jauh berbeda. Ia tak pantas untuk duduk bersama.

Celine memilin bajunya ketakutan, di mana waktu seperti berhenti dan enggan untuk beranjak.

“Kenapa? Apa kamu tak nyaman bersama saya?” tanya Aksara ketika menyadari gelagat babysitter kesayangannya.

“Tidak, Tuan. Saya hanya merasa tidak pantas duduk di sini.”

“Kenapa?”

Celine menatap ke arah pengunjung lain, lalu kembali menundukkan pandangannya, “Semua pengunjung di sini orang kaya semua.”

“Bagaimana kamu tahu kalau mereka orang kaya?”

“Pakaian mereka bagus-bagus, Tuan.”

Lelaki bercambang tipis itu tersenyum, “Besok saya belikan baju. Jadi tak perlu minder lagi.”

“Tidak usah, Tuan. Saya -.”

“Apa? Mau nolak? Mau saya pecat?”

“Jangan, Tuan. Saya mohon jangan pecat saya.”

Mendapati jawaban tersebut, Aksara justru terkekeh. Raut wajah Celine yang ketakutan seperti sebuah hiburan tersendiri untuknya. “Makanya jangan sering nolak kalau diberi sesuatu.”

“Saya sungkan, Tuan.”

“Kenapa harus sungkan?”

Belum juga gadis itu menjawab, seorang pramusaji datang membawa makanan yang dipesan oleh Aksara. Tumis tauge, daging asap, gurami saus mangga, dan sup ayam. Celine dibuat Teheran dengan banyaknya makananan yang mengisi mejanya.

“Maaf, Tuan, makanan sebanyak ini untuk siapa?”

“Ya untuk kita. Siapa lagi?”

Celine terdiam. Ia tak brani menyaut, meskipun sejujurnya ia ingin protes dengan majikannya.

“Kenapa harus mengahmburkan uang dengan memubadzirkan makanan? Sedangkan di luaran sana banyak orang yang tak bisa makan.”

“Kenapa kamu menangis?” tanya Aksara kebingungan. 

Secepat kilas Celine menghapus sudut matanya. Ia tak sadar menjatuhkan air mata itu di depan majikannya. 

“Maaf, Tuan, Saya hanya ingat adik-adik saya. Mereka belum pernah makan ikan sebesar ini. Biasanya hanya makan ikan betok kalau ada tetangga yang pulang memancing.”

“Makanlah! Kalau kita pulang kampung, kita bawakan makanan yang enak untuk adik-adikmu.”

“Kita, Tuan?” tanya Celine menunjuk tubuhnya dan tubuh Aksara bergantian. 

Lelaki itu tergagap. Dari dasar hatinya, ia memang ingin menemani Celine pulang kampung nantinya. Ia ingin mempersunting gadis yang belum lama dikenalnya itu. "Tidak, tidak, tidak, bukankah hatiku hanya satu? Dan semua telah diisi oleh istriku?” batin Aksara yang tak mau mengakui. Ia tak bisa terima jika hatinya kembali terisi oleh wanita lain.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Tamat

    “Itu tadi lihatin saya.” Aksara tersenyum smirk, “Kamu itutidak pandai berdusta, Sayang. Terlihat dari matau,” ucapnya kembali.“Iya-iya, Mas. Celine ngaku kalau lihatin Mas Aksara.”Wanita itu masih menunduk tidak berani menatap. Diingatkan tentang hal sepertiini membuatnya malu.“Kenapa tidak jujur dari awal? Lagian, gak ada masalah kankalau kamu pandangin saya. Saya juga sering melakukan itu ke kamu. Karena sayasayang sama kamu.” Aksara memegang kedua pipi istriya dan mendongakkan wajahitu untuk menatapnya, “Kita sudah menikah, Sayang. Untuk apa harus malumengakuinya? Kita seorang suami istri, bukan masa pacaran lagi.”Celine tersenyum. Wajahnya masih memerak bak buah tomatlayak panen.“Ini tuh yang buat saya semakin sayang sama kamu. Wajahmulangsung memerah ketika tersipu.”“Tuh kan digodain mulu.”“Saya tampan kan sampai kamu lihatin terud tadi?”“Iya-iya mas Aksara itu tampan.”Pria itu puas dengan jawaban istrinya. Lalu melepas bajukerja dan celana yang dipakainya. Terlihat tela

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 77. Mengagumi

    “Kenapa sayang? Sah-sah saja kan, sepasang suami istri beli baju dinas seperti itu?”“Mas Aksara emang agak lain, kalau Denim bertanya tentang baju kurang bahan itu bagaimana?”“Saya berniat hanya makan berdua bersama kamu. Sekalian kita kencan. Kamu tahu, kita sudah lama sekali tidak berjalan berdua.”“Ngak-nggak, Celine gak setuju. Denim dan Danisa harus ikut, Mas.”“Sayang ... Danisa masih terlalu kecil. Gak bagus terkena angin malam.”“Ya sudah, kalau begitu Denim saja yang ikut.”“Ok lah. Dari pada kamu menolak makan malam bersama saya.”“Mas Aksara tuh yang aneh-aneh. Di rumah saja, makanan dan lauk banyak, tapi tetap saja ingin makan di luar.”“Ganti suasana saja, Sayang.” Aksara membubuhkan kecupan di dahi istrinya. Tak lupa di kedua pipi berisi yang terasa candu untuk pria bertubuh kekar itu. “See you, Baby. I love you.”“I lop you too, Mas,” ucap Celine dengan logatnya yang terasa kaku berbicara bahasa Inggris. *** Celine kembali berjibaku dengan aktifitasnya seperti biasa

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 76. Baju Dinas

    “Kenapa diam saja, Sayang? Kenapa pernyataan cinta saya tidak dibalas.”“Memang wajib dijawab kah, Mas? Bukankah itu bukan pertanyaan.”“Ya terserah.” Aksara mengacak rambut istrinya. Mendaratkan kecupan di pipi tembem itu dan bergegas masuk ke kamar mandi. Tidak selang lamasuara nyanyian dengan suara fals terdengar di ruangan tersebut. Seakanmenyiratkan betapa bahagianya Aksara saat ini. Lirik-lirik nyanyian cinta keluar dari bibirnya dengan semangat.Sementara itu, Celine terus tersenyum kala mengingatmalamnya bersama suami. Ia seperti orang tidak waras yang kadang kala berbicarasendiri. Umur pernikahan yang tidak dibilang muda lagi, nyatanya tidakmengurangi kadar cinta keduanya. Celine menyiapkan pakaian untuk Aksarabekerja. Ia memilah puluhan pakaian yang menggantung di almari.“Ambil yang mana ya?’ tanyanya bermonolog sambil menyibaksatu persatu pakaian itu.Hingga tiba-tiba, ia dikejutkan dengan lengan yang melingkardi perutnya dari belakang. Aksara memeluknya dengan kepala yang

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 75. Anggaran

    “Papa mau main?”“Mas Aksara mau main?” tanya Celine dan Denim dalam waktu bersamaan.“Iya. Kenapa?” tanya Aksara menoleh ke arah istri dan anaknya bergantian.Wanita berambut pendek itu pun tertawa lebar. Begitu pun dengan anak prianya yang tengah memegang pistol mainan. “Door ... door ... door ... kejar aku papa! Papa jadi Pak Ladushing.” Denim mengarahkan pistolnya ke arah Aksara lalu berlari menjauh. Sedangkan Aksara menoleh ke arah istrinya dengan menaikkan alis hitamnya. Paham dengan maksud Aksara, Celine tersenyum dan memberikan pistol yang dipegangnya. “Pak Ladushing itu polisi India. Tokoh di serial Shiva. Orangnya gendut, hitam, kumisnya tebal.”Aksara memegang kumisnya yang tumbuh tipis. “Apa saya seburuk itu?”Celine meringis.“Apa maksud senyummu adalah iya?’ tanyanya kembali.“Ya gak lah, Mas. Mas Aksara itu ganteng.”“Apa? saya tidak mendengarnya, Sayang. Sepertinya indra pendengaran saya kembali bermasalah,” ucap aksara yang memang sengaja menggoda. Kalimat yang teru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 74. Jadi Bocil

    “Mas, jangan yang itu. Untuk apa?” protes Celine ketika suaminya mengambil sebuah boneka besar berwarna merah muda.“Ya untuk main Danisa lah, Sayang.”Celine menggeleng. Ia mengembalikan boneka yang dipegang suaminya ke tempat semula.“Kenapa sih, Sayang? Apa karena harganya? Uang saya lebih dari cukup untuk membeli boneka itu bersama pabriknya.”“Mas, Danisa itu baru berumur beberapa hari. Belum pahamboneka sebesar itu. Mending ini saja,” ucap Celine sambil memperlihatkan sebuahmainan bayi dengan pegangan dan suara gemerincing.“Suara ini untuk menstimulus indra pendengarannya.” Celinemembunyikan suara mainan itu dengan menggerakkan ke kanan dan kiri.“Pegangan ini untuk menstimulus indra perabanya, Mas. Bonekajuga bisa. Tapi, gak sebesar itu.” Celine tersenyum. “Bukan karena Mas Aksarapunya banyak uang, terus membeli sesuatu yang tidak penting. Itu namanyamemubadzirkan sesuatu, Mas. Bisa menghambat rejeki.”Aksara tersenyum tipis. Kalimat dari istrinya yang panjangkali lebar dan te

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 73. Cokelat

    “Pak, ini tidak mungkin,” ucap Celine masih tidak percaya.Ia mencubit lengannya sendiri berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi.“Mbak Celine ada apa?” tanya Asih- babysitternya Danisa. Iamendapati wajah nonanya seputih susu.“Mbak Asih, tolong panggilkan Pak Baskoro,” ucap Celinedengan pandangan kosong. Wanita cantik itu dihantui rasa bersalah. Semua jauhdari apa yang dimimpikan. Semalam Aksara menelfon kalau ia hendak memberikejutan. Nyatanya, kejutan itu berhasil membuat Celine terperangah. Kejutanyang menggoreskan luka yang menganga.Seorang pria berlari menuju kamar Danisa. Baskoroterengah-engah. Ia menatap sendu ke arah majikannya, “Bu, Pak Aksarakecelakaan.”Entah, kabar itu didengar Baskoro oleh siapa. Meyakinkantentang kabar buruk yang tidak ingin didengar oleh Celine.Wanita itu masih tidak merespon. Hanya butiran air beningyang ke luar dari sudut matanya.Hening. Semua dalam kebisuan. Terkecuali Danisa yang kinimenangis dengan suara yang melengking.“Saya ijin ke lo

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status