Share

Bab 9. Pelukan

last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-31 19:36:38

“Maaf ya, Tuan.” Gadis itu mendekat, lalu mulai memijat tengkuk leher Tuannya. Baru saja satu  pijatan mengenai tubuhnya, Aksara langsung menghindar. Ia merasa aneh pada dirinya. Suatu sengatan yang tak diinginkan kembali hadir. Padahal, ia kerapkali melakukan pijat di tempat massage.

“Maaf, Tuan, apa ada yang salah?” tanya Celine terkaget.

“Ada. Kamu salah, diam-diam mencuri hati saya,” batin Aksara. 

“Saya takut kamu meminta imbalan,” ucap Aksara yang terkesan dingin dan berlalu begitu saja. 

Celine mematung. Ia masih bingung dengan tuannya yang selalu berubah sikap dengan cepat. Terkadang hangat dan terkadang galak seperti macan. Seperti ini tadi, bukankah tuannya yang meminta? Lalu imbalan, bukankah Celine tak pernah memintanya? Andai pun iya, sudah pasti Aksara sanggup membayarnya, karena hartanya yang berlimpah.

Gadis itu menggeleng. Ia mengambil cangkir kotor bekas Tuannya. Membersihkan benda tersebut dan kemudian masuk ke dalam kamarnya. 

***

Celine menyiapkan sarapan lebih awal. Ia teringat dengan pesan Tuannya kalau hari ini akan masuk kerja lebih cepat. Dilihatnya jam yang menggantung di dinding. Waktu sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Tapi, tuannya belum juga tiba. 

Gadis itu mengayunkan langkah menuju kamar. Ia mengetuk pintu berkali-kali. Namun, sama sekali tak ada jawaban dari sebrang sana. Ketika tangannya mulai memutar gagang pintu. Justru benda persegi panjang itu sedikit terdorong dan membuka. 

“Ya Tuhan, apa Tuan akan marah?” ucapnya lirih bermonolog. 

Dilihatnya ruang pribadi majikan itu. Tertata rapi dan terlihat sangat bersih. Celine memang turut membersihkan semua bagian ruangan di rumah ini, terkecuali kamar besar Aksara. Tempat itu terlalu privasi hingga tak ada yang berani masuk. 

“Tuan, ini Celine, Tuan. Tuan sudah bangun belum?” tanya gadis itu. 

Tak ada jawaban, melainkan dengkuran halus yang terdengar. 

Celine mulai memberanikan diri untuk melangkah. Ia mengayunkan kakinya untuk masuk. Dengan ragu, netranya menjelajah mencari sumber suara berirama itu. Majikannya tengah tertidur pulas dengan tangan direntangkan, mengisi semua ranjang besarnya. 

“Tuan, bangun, Tuan, ini sudah pagi,” ucap gadis kecil itu dengan ragu. Tak ada respon, melainkan suara dengkuran yang menjawab. 

Celine kembali melangkah, mendekatkan diri ke tubuh gagah tinggi majikannya. Dilihatnya wajah yang tengah tertidur pulas. Cambang halus, hidung mancung dan alis yang tebal. Gadis itu tersenyum kecil. 

“Ya Tuhan, apa yang saya lakukan?” ucap Celine lirih. Baru saja berlaku kurang sopan kepada orang yang seharusnya dihormati. 

“Tuan, ini sudah pagi. Maafkan saya bangunin, Tuan. Ini perintah Tuan semalam. Bangun, Tuan.”

Lagi-lagi tak ada jawaban. 

Semalam Aksara memang lembur sampai larut. Aplaagi efek kopi itu begitu berpengaruh untuknya. Hingga dini hari, ia belum bisa terlelap. 

“Tuan.” Kali ini Celine mencoba menyentuh lengannya. 

“Bangun, Tuan.”

Tanpa sadar Aksara menarik lengan yang memegangnya, di mana tubuh kecil itu justru terperangkap ke dalam dekapannya. Mimpinya terlalu jauh, di mana ia bersama istrinya dan sedang bermanjaan kepada kekasih pujaannya itu. Ya, dia begitu menyayangi wanita yang telah melahirkan Denim ke dunia. 

“Tuan, lepaskan! Celine tidak bisa nafas,” ucap gadis itu dengan nafasnya yang tersengal. Pelukan erat itu membuat saluran pernafasan sedikit terhambat, ditambah lagi berada dalam posisi itu membuat Jantung Celine tidak baik-baik saja. 

Aksara membuka pelupuk matanya. Ia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Gadis yang selama ini mulai mengisi hatinya, berada tepat di atas tubuhnya. 

“Celine, apa yang kamu lakukan?” 

Aksara melerai pelukan ke tubuh gadis itu.

Ya, meskipun ia sadar kalau dia yang memeluk. Tapi baginya, Celine lah yang bersalah. 

“Maaf, Tuan. Bukan niat saya kurang ajar. Saya hanya berniat membangunkan tuan.”

“Kamu ... Masuk kamar saya?” tanya Aksara dengan nada meninggi.

Tubuh Celine gemetar hebat. Ia sangat ketakutan mendapati majikannya yang marah besar. Kalimat pembelaannya pun terasa masih salah untuk lelaki arogan di depannya. 

“Maaf, Tuan. Saya ....”

“Keluarlah!” Aksara menunjuk pintu kamarya.

Kaki-kaki Celine terayun dengan berat. Tubuhnya masih gemetar tak karuan. Bahkan sampai melewati pintu kamar, gadis itu belum bisa menguasai dirinya. 

Aksara memijat pelipisnya. Ia memang salah telah membentak Celine. Ia hanya berusaha menutupi rasanya yang mebuncah begitu saja. Sengatan itu mengalir begitu hebat. Hatinya yang selama dua tahun ini telah mati, nyatanya kembali merasakan getaran yang dahsyat. Aksara belum mampu menerima jika isinya kembali terisi wanita lain. Ia tak mau mengakui. Apalagi, wanita itu adalah gadis belia di bawah umur. 

Aksara menatap jam di atas mejanya. Bergegas ia ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan shower. Berharap semua rasa yang mendadak hadir itu turut luntur bersama air yang mengalir. 

***

Celine tertunduk ketika tuannya memasuki ruang makan. Sekilas ia menoleh dan kembali menundukkan pandangan. Celine begitu takut dengan Tuannya. Nada Aksara yang meninggi terus berputar di otaknya. 

“Denim, papa berangkat dulu ya!” ucap Aksara kepada bocah kecilnya. Ia mencium dahi anak kesayangannya. 

“Dek, salim ya!” perintah babysitter itu dengan ragu. Ia yang tengah menemani Denim makan hanya tertunduk. Tanpa menoleh ke arah tuannya. 

“Ini bekal, Tuan, untuk hari ini,” ucap gadis itu sambil mengambil kotak bekal yang sudah disiapkan. Wajahnya masih menunduk, sama sekali tak berani menatap majikannya. 

“Ya. Terima kasih.” Aksara menjawabnya dengan kaku. 

Aksara mulai mengayunkan langkah, hingga di detik berikutnya, langkah kakinya terhenti. Ia memanggil nama babysitternya.

“Celine.”

“Iya, Tuan.” Reflek mata Celine menoleh ke sumber suara. 

“Saya minta maaf dengan kejadian tadi pagi.”

“Saya yang salah, Tuan.”

“Mohon lupakan kejadian itu. Saya titip Denim.”

“Baik, Tuan.”

Sesampai di kantor, Aksara tak bisa terfokus. Jika hari kemarin ia memikirkan keadaan anaknya yang ditemani babysitter barunya. Kali ini, justru Babysitter barunya lah yang memasuki semua pikiran duda itu. 

Wajah Celine yang berada dalam pelukannya. Ekspresi ketakutan yang terus terlihat lucu di matanya. Bibir ranum dengan mata bulat. Pipinya memerah meskipun tanpa perona. Ya, gadis itu begitu cantik natural. 

“Apa-apaan saya, kenapa saya memikirkan gadis bau kencur itu?” ucap Aksara bermonolog. Ia mengambil figura di atas mejanya, berisikan foto almarhumah istrinya. Wajah cantik dengan rambut panjangnya. Berharap dengan melihat foto itu, bisa sedikit melupakan ingatannya tentng Celine.

“Baik, Tuan. Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu, Tuan?” Mendadak foto itu berubah menjadi  Celine dengan suaranya yang khas. Aksara menggeleng. Ia seperti orang gila. Otaknya tak bisa berpikir dengan waras. 

Ia menyenderkan punggungnya di kursi, memutar benda yang diduduki hingga tubuhnya ikut berputar seirama. Tiba-tiba, sudut matanya tertuju dengan kotak makan yang disediakan oleh Celine. Ia meraih benda itu. Baru tersadar ada  kertas kecil yang ditempelkan di atas bok makannya.

“Saya tidak tahu makanan enak itu seperti apa, Tuan. Yang saya tahu, lauk ini sangat saya dan adik-adik saya gemari. Mereka bisa menghabiskan banyak nasi jika memakan lauk ini.”

Aksara segera membuka bekalnya. Ia tidak sabar melihat menu di dalamya. Dan ...

“Apa ...? Celine memberi saya lauk ikan asin?” Aksara melotot di depan makanannya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Attline-oli Daraeng
saya suka novelnya
goodnovel comment avatar
Nursyamsi Syam
sangat menyenangkan membacanya,dgn kepolosan celine
goodnovel comment avatar
Rifsheshy
saya sangat suka novelnya tapi bagaimana caranya beli koin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Tamat

    “Itu tadi lihatin saya.” Aksara tersenyum smirk, “Kamu itutidak pandai berdusta, Sayang. Terlihat dari matau,” ucapnya kembali.“Iya-iya, Mas. Celine ngaku kalau lihatin Mas Aksara.”Wanita itu masih menunduk tidak berani menatap. Diingatkan tentang hal sepertiini membuatnya malu.“Kenapa tidak jujur dari awal? Lagian, gak ada masalah kankalau kamu pandangin saya. Saya juga sering melakukan itu ke kamu. Karena sayasayang sama kamu.” Aksara memegang kedua pipi istriya dan mendongakkan wajahitu untuk menatapnya, “Kita sudah menikah, Sayang. Untuk apa harus malumengakuinya? Kita seorang suami istri, bukan masa pacaran lagi.”Celine tersenyum. Wajahnya masih memerak bak buah tomatlayak panen.“Ini tuh yang buat saya semakin sayang sama kamu. Wajahmulangsung memerah ketika tersipu.”“Tuh kan digodain mulu.”“Saya tampan kan sampai kamu lihatin terud tadi?”“Iya-iya mas Aksara itu tampan.”Pria itu puas dengan jawaban istrinya. Lalu melepas bajukerja dan celana yang dipakainya. Terlihat tela

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 77. Mengagumi

    “Kenapa sayang? Sah-sah saja kan, sepasang suami istri beli baju dinas seperti itu?”“Mas Aksara emang agak lain, kalau Denim bertanya tentang baju kurang bahan itu bagaimana?”“Saya berniat hanya makan berdua bersama kamu. Sekalian kita kencan. Kamu tahu, kita sudah lama sekali tidak berjalan berdua.”“Ngak-nggak, Celine gak setuju. Denim dan Danisa harus ikut, Mas.”“Sayang ... Danisa masih terlalu kecil. Gak bagus terkena angin malam.”“Ya sudah, kalau begitu Denim saja yang ikut.”“Ok lah. Dari pada kamu menolak makan malam bersama saya.”“Mas Aksara tuh yang aneh-aneh. Di rumah saja, makanan dan lauk banyak, tapi tetap saja ingin makan di luar.”“Ganti suasana saja, Sayang.” Aksara membubuhkan kecupan di dahi istrinya. Tak lupa di kedua pipi berisi yang terasa candu untuk pria bertubuh kekar itu. “See you, Baby. I love you.”“I lop you too, Mas,” ucap Celine dengan logatnya yang terasa kaku berbicara bahasa Inggris. *** Celine kembali berjibaku dengan aktifitasnya seperti biasa

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 76. Baju Dinas

    “Kenapa diam saja, Sayang? Kenapa pernyataan cinta saya tidak dibalas.”“Memang wajib dijawab kah, Mas? Bukankah itu bukan pertanyaan.”“Ya terserah.” Aksara mengacak rambut istrinya. Mendaratkan kecupan di pipi tembem itu dan bergegas masuk ke kamar mandi. Tidak selang lamasuara nyanyian dengan suara fals terdengar di ruangan tersebut. Seakanmenyiratkan betapa bahagianya Aksara saat ini. Lirik-lirik nyanyian cinta keluar dari bibirnya dengan semangat.Sementara itu, Celine terus tersenyum kala mengingatmalamnya bersama suami. Ia seperti orang tidak waras yang kadang kala berbicarasendiri. Umur pernikahan yang tidak dibilang muda lagi, nyatanya tidakmengurangi kadar cinta keduanya. Celine menyiapkan pakaian untuk Aksarabekerja. Ia memilah puluhan pakaian yang menggantung di almari.“Ambil yang mana ya?’ tanyanya bermonolog sambil menyibaksatu persatu pakaian itu.Hingga tiba-tiba, ia dikejutkan dengan lengan yang melingkardi perutnya dari belakang. Aksara memeluknya dengan kepala yang

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 75. Anggaran

    “Papa mau main?”“Mas Aksara mau main?” tanya Celine dan Denim dalam waktu bersamaan.“Iya. Kenapa?” tanya Aksara menoleh ke arah istri dan anaknya bergantian.Wanita berambut pendek itu pun tertawa lebar. Begitu pun dengan anak prianya yang tengah memegang pistol mainan. “Door ... door ... door ... kejar aku papa! Papa jadi Pak Ladushing.” Denim mengarahkan pistolnya ke arah Aksara lalu berlari menjauh. Sedangkan Aksara menoleh ke arah istrinya dengan menaikkan alis hitamnya. Paham dengan maksud Aksara, Celine tersenyum dan memberikan pistol yang dipegangnya. “Pak Ladushing itu polisi India. Tokoh di serial Shiva. Orangnya gendut, hitam, kumisnya tebal.”Aksara memegang kumisnya yang tumbuh tipis. “Apa saya seburuk itu?”Celine meringis.“Apa maksud senyummu adalah iya?’ tanyanya kembali.“Ya gak lah, Mas. Mas Aksara itu ganteng.”“Apa? saya tidak mendengarnya, Sayang. Sepertinya indra pendengaran saya kembali bermasalah,” ucap aksara yang memang sengaja menggoda. Kalimat yang teru

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 74. Jadi Bocil

    “Mas, jangan yang itu. Untuk apa?” protes Celine ketika suaminya mengambil sebuah boneka besar berwarna merah muda.“Ya untuk main Danisa lah, Sayang.”Celine menggeleng. Ia mengembalikan boneka yang dipegang suaminya ke tempat semula.“Kenapa sih, Sayang? Apa karena harganya? Uang saya lebih dari cukup untuk membeli boneka itu bersama pabriknya.”“Mas, Danisa itu baru berumur beberapa hari. Belum pahamboneka sebesar itu. Mending ini saja,” ucap Celine sambil memperlihatkan sebuahmainan bayi dengan pegangan dan suara gemerincing.“Suara ini untuk menstimulus indra pendengarannya.” Celinemembunyikan suara mainan itu dengan menggerakkan ke kanan dan kiri.“Pegangan ini untuk menstimulus indra perabanya, Mas. Bonekajuga bisa. Tapi, gak sebesar itu.” Celine tersenyum. “Bukan karena Mas Aksarapunya banyak uang, terus membeli sesuatu yang tidak penting. Itu namanyamemubadzirkan sesuatu, Mas. Bisa menghambat rejeki.”Aksara tersenyum tipis. Kalimat dari istrinya yang panjangkali lebar dan te

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 73. Cokelat

    “Pak, ini tidak mungkin,” ucap Celine masih tidak percaya.Ia mencubit lengannya sendiri berharap apa yang terjadi saat ini adalah mimpi.“Mbak Celine ada apa?” tanya Asih- babysitternya Danisa. Iamendapati wajah nonanya seputih susu.“Mbak Asih, tolong panggilkan Pak Baskoro,” ucap Celinedengan pandangan kosong. Wanita cantik itu dihantui rasa bersalah. Semua jauhdari apa yang dimimpikan. Semalam Aksara menelfon kalau ia hendak memberikejutan. Nyatanya, kejutan itu berhasil membuat Celine terperangah. Kejutanyang menggoreskan luka yang menganga.Seorang pria berlari menuju kamar Danisa. Baskoroterengah-engah. Ia menatap sendu ke arah majikannya, “Bu, Pak Aksarakecelakaan.”Entah, kabar itu didengar Baskoro oleh siapa. Meyakinkantentang kabar buruk yang tidak ingin didengar oleh Celine.Wanita itu masih tidak merespon. Hanya butiran air beningyang ke luar dari sudut matanya.Hening. Semua dalam kebisuan. Terkecuali Danisa yang kinimenangis dengan suara yang melengking.“Saya ijin ke lo

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 72. Tragedi

    Dua hari berlalu, di mana koper Aksara telah dipersiapkan oleh Celine. Sedang pria itu masih terjaga dalam mimpinya. Tidak seperti hari biasa yang akan bangun pagi di tiap jam kerja. Sudah beberapa kali Celine membangunkan. Aksara tidak beranjak. Hanya menyaut “iya” tapi dengan mata tertutup. “Mas Aksara, nanti ketinggalan pesawat, Mas. Baju Mas sudah Celine siapkan, juga dengan perlengkapan lain di dalam koper.” Untuk kesekian kali, wanita cantik itu menggoyang lengan suaminya. “HM ....” Sautnya dengan mata yang enggan membuka.“Mas, jangan ham-hem aja. Ayo bangun!” Kali ini, Celine mengelus lembut pipi Aksara. Sedikit jambang yang membuat pria itu terlihat mempesona di mata wanita. Celine akui, terlalu banyak perempuan yang menginginkan suaminya. Saat ia berada di kantor Aksara, selentingan wanita yang mengagumi sosok Aksara terus terdengar di indranya. Sebagai wanita sederhana dan kolot, ia yakin sekali kalau perempuan di sana banyak yang luar biasa cantiknya dan kecerdasannya. M

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   bab 71. Asi

    “Ada-ada aja deh. Lagian, mana mungkin saya tega gigit MasAksara.”“Mencakar sampai berdarah saja biasa, Sayang. Apalagi hanyasekedar menggigit.”“Mas Aksara.” Wanita cantik itu mendelik.“Saya serius. Lihat saja lengan saya,” ucap Aksara sambilmemperhatikan tangan yang dimaksud. Beberapa bekas cakaran masih membekas.“Kenapa harus bahas itu lagi? Kan Celine gak sengajamelakukannya. Celine juga sudah minta maaf.” Celine merasa bersalah.“Iya, iya, Sayang. Maaf. Saya hanya bercanda.”“Nggak mau maafin.” Celine pura-pura marah. Ia melipattangannya di dada, sambil sedikit menghindar dari wajah suaminya.“Kamu itu gak pandai berbohong, Sayang. Kamu gak pandaimarah.” Aksara terkekeh dan mendaratkan ciuman di pipi istrinya. Seketika,wajah Celine memerah layaknya buah tomat layak panen. “Tuh kan, wajahnyalangsung memerah.”“Mas ...” Celine berucap manja sambil memegang keduapipinya. Menutup warna merah alami yang ke luar ketika ia tersipu.“Buka mulutnya! Kamu nanti gak bisa tidur kalau belu

  • Celine (Babysitter Kesayangan Tuan Aksara)   Bab 70. Gigitan

    Celine meminta Babysitter Danisa untuk ke luar kamar. Ia merasa risih jika harus menyusui dengan orang lain berada di sebelahnya. Celine menatap wajah Danisa dan membelai rambutnya yang tebal. Celine tidak menyadari ada sepasang mata yang tengah memerhatikan di ambang pintu.“Mas Aksara,” ucap Celine kaget ketika ekor matanya menangkap seorang pria berdiri bersandar di pintu.Ia sedikit bergeser. Supaya posisinya yang tengah menyusuitidak terlihat.“Kenapa harus ditutupi, Sayang? Saya kan sudah tahu.” Aksaratersenyum dan mendekat ke arah istrinya.“Mas Aksara tuh sedang haus. Celine takut kalau Mas Aksaratergoda.”Pria itu terkekeh. “Hm, seburuk itu saya di mata kamu?”“Kok buruk? Itu bukan buruk, Mas. Hanya saja, Celine belumbisa menuruti keinginan Mas Aksara.”“Saya juga tahu, Sayang. Mana mungkin saya meminta itu,sedangkan kamu baru saja melahirkan. Saya bukan jalang.” Pria itu turut dudukdi sebelah Celine dan membelai rambut anaknya. “Danisa cantik sekali ya.”“Ya. Bundanya kalah,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status